Setengah tahun menjalani hidup tanpa Bundo, saya mencoba berbagai aktivitas baru yang asing tapi menyenangkan untuk dicoba. 
Satu di antaranya adalah Yoga, yang mengajarkan saya untuk sabar dalam diam, untuk tenang dalam segala proses, dan setelah aktif mengikuti berbagai kelas yoga selama hampir satu tahun, di akhir bulan September 2025 saya menemukan kelas Bunga Yoga yang diadakan oleh komunitas Mekaris Universe via Instagram dan mencoba kelasnya ketika mereka hadir di Bogor.
Acara tersebut dimulai pukul delapan pagi di Whiz Prime Hotel Padjajaran Bogor. Sebagai anak night owl yang tidak terbiasa melakukan aktivitas pagi, berhasil bangun dan secara sadar datang ke lokasi hari itu adalah sebuah tindakan hebat yang telah saya lakukan.
Peserta untuk event ini dibatasi hanya 30 orang, dengan total fix kehadiran 25 orang. Saya datang bersama kawan blogger yang sudah dikenal selama 10 tahun— Mita Oktavia, dan kami membayar kegiatan ini sebesar 170 ribu rupiah, sepuluh hari sebelum acara dimulai.
Sejujurnya, saya dan Mita melakukan diskusi panjang dan berpikir cukup lama apakah kami benar-benar ingin mengikuti kelas ini, dan apakah kami siap mengikuti keseluruhan prosesnya? Selain itu, sebelum memutuskan ikut kami juga membaca e-book Kak Elia Cahaya tentang Kriya Bunga Yoga dan khatam dalam sekali duduk— kemudian atas izin Allah kami putuskan untuk ikut kelas ini.
Pagi itu Mita sudah datang lebih awal, dan saya datang belakangan sehingga tempat kami duduk tidak bisa berdekatan. Tapi dalam hal berkegiatan yoga, duduk di mana saja seharusnya tidak masalah karena kita akan fokus pada diri sendiri saat kelas berlangsung. Di kegiatan ini saya pun berkenalan dengan Flo, kawan kenal dari Threads! :)
Saya hadir memberi waktu untuk tubuh, pikiran, dan jiwa dengan mengikuti Bunga Yoga bersama komunitas mekarisuniverse. Di kegiatan ini disediakan matras untuk disewa, walaupun jadi catatan untuk kita semua, lebih baik bawa mat sendiri saja yaa.
Bersama perempuan lain, kami dikenalkan 123 kriya (gerakan) Bunga Yoga oleh Guru Elia Cahaya, dan pada sesi ini mencoba tujuh kriya. Pada setiap satu kriya, kami harus menahan pose tersebut selama tujuh menit. Terlihat sederhana, tapi keringat terus menetes selama satu jam.
Kegiatan yoga ini berbeda dari kelas yoga yang saya lakukan setiap hari, karena ada proses meditasi selama tujuh menit tersebut. Gerakannya tidak sulit, tapi harus menahannya selama tujuh menit jadi tantangan tersendiri apalagi untuk saya yang tidak sabaran ini.
Kriya yang diberikan adalah kriya yang biasa saya lakukan di kelas yoga rutinan, tetapi untuk kelas Bunga Yoga ini kamu harus menahan kriya tersebut selama tujuh menit dan ternyata itu bukan hal mudah. 
Dari perkenalan tujuh gerakan, saya sempat gagal di tiga gerakan karena berkali-kali harus mengistirahatkan lengan kiri yang sedang cedera otot. Tapi sepulang dari kegiatan ini, saya tetap mencoba mengulang melakukan gerakannya di rumah dan ternyata seru sekali! Sekarang saya melakukannya setiap pagi sebelum beraktivitas.
Saya sepenuhnya menikmati momen yoga tersebut, dan setelah sesi berakhir, kami juga diberikan waktu untuk melakukan journaling singkat tentang perasaan kami setelah mengikuti kelas yoga.
Proses journalling dilakukan sekitar tujuh sampai sepuluh menit dan kami diberikan selembar memo untuk menuliskan perasaan setelah mengikuti kelas Bunga Yoga serta menuliskan perasaan lain yang masih tertinggal. 
Setelah proses itu, tiap peserta diberikan bunga Matahari yang mekar sempurna sebagai apresiasi dan sebagai bentuk simbolis kalau kita telah mekar dan siap menjalani hidup dengan perasaan suka cita.
Ini jadi pengalaman menarik bagi saya dan Mita, sekaligus sebagai penghiburan karena sedang masa berduka.
Hari itu, saya adalah (bunga) Bougenville. Dan saya tidak sendiri, saya mekar bersama perempuan lainnya.









Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus