Di tanggal 20 Oktober 2025 ini, tepat satu tahun masa kepemimpinan Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka. Dari sudut pandang saya, ini menjadi momen refleksi penting—bukan hanya untuk melihat janji-janji kampanye, tetapi juga bukti nyata yang telah tercapai.
Dalam banyak kesempatan, pemerintahan ini menyebut bahwa era baru “Mandiri, Berdaulat, dan Maju” dijadikan landasan kerja. Dan saya ingin mengajak kamu menyusuri capaian-capaian dari berbagai sektor: swasembada pangan, pariwisata, pendidikan, komunikasi, hingga peran AHY serta sebuah entitas media yang turut tumbuh, yaitu Garuda TV. Karena di malam 20 Oktober ini, saya berkesempatan hadir menyaksikan langsung para menteri di acara live Garuda TV.
Pencapaian di sektor swasembada pangan: menegakkan kedaulatan pangan
Poin paling gemilang menurut saya ada di sektor pertanian dan pangan. Presiden Prabowo menyampaikan bahwa produksi beras nasional pada periode Januari–Oktober 2025 mencapai 31.338.197 ton— tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.
Selain itu, dikutip dari tirto.id, cadangan stok beras nasional disebut mencapai 4,2 juta ton— sebuah angka yang dianggap sebagai “stok tertinggi yang pernah kita miliki”. Dalam narasi pemerintahan, pencapaian ini menunjukkan bahwa target swasembada yang awalnya diberikan empat tahun, malah berhasil dipercepat dalam satu tahun.
Bagi saya, ini adalah fondasi yang sangat penting: ketersediaan pangan merupakan syarat utama untuk stabilitas sosial dan ekonomi.
Keberhasilan MBG Sebagai Program Utama
Menurut laporan, hingga 20 Oktober 2025 program MBG telah menjangkau sekitar 36.773.520 orang penerima manfaat, yang mencakup anak usia PAUD, siswa SD hingga SMA, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.
Angka ini menunjukkan bahwa dalam waktu kurang dari satu tahun pelaksanaan (program mulai Januari 2025) skala jangkauan telah cukup signifikan.
Analisis menyebut bahwa program MBG dengan alokasi anggaran sekitar Rp 71 triliun (untuk tahun 2025) dapat mendorong pertumbuhan ekonomi minimal sekitar 0,86% apabila belanja direalisasikan secara penuh dan tepat sasaran.
Selain itu, riset dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan bahwa alokasi tersebut bisa mendorong pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,19% dan kenaikan upah sebesar 0,39%. Bagi saya, ini berarti MBG bukan sekadar program sosial, tetapi juga punya potensi sebagai motor ekonomi dan penggerak rantai pasok lokal (UMKM, bahan pangan).
Satu aspek yang patut diapresiasi adalah langkah untuk memperkuat tata kelola data. Pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN), Badan Pusat Statistik (BPS) dan juga dari Kementerian PPN / Bappenas telah menggelar rapat koordinasi untuk mengembangkan dashboard monitoring - evaluasi MBG, memastikan data multi-sektor terintegrasi.
Saya memandang ini sebagai sinyal bahwa pemerintah menyadari pentingnya data yang bisa dipertanggungjawabkan dalam menjalankan program sebesar ini.
Di sisi lain, saya juga mencatat sejumlah kendala dan tantangan yang masih menggantung. Memahami sisi ini penting agar narasi pencapaian tidak menjadi sekadar retorika.
Meski target anggaran besar, hingga pertengahan tahun 2025 realisasi belanja untuk MBG disebut masih sangat rendah. Misalnya disebutkan bahwa dari anggaran Rp 71 triliun baru sekitar Rp 5 triliun yang terserap hingga pertengahan tahun.
Ini menunjukkan bahwa “menganggarkan” dan “merealisasikan” adalah dua hal berbeda — implementasi di lapangan ternyata lebih kompleks.
Saya melihat jika wilayah-wilayah dengan tantangan logistik dan infrastruktur lemah tidak segera tertangani, maka potensi ketimpangan antar-wilayah bisa muncul.
Pelaksanaan MBG sangat dipengaruhi oleh kesiapan dapur umum (SPPG), rantai pasok bahan pangan lokal, dan sumber daya manusia di lapangan. Laporan menyebut bahwa keterlambatan terjadi karena dapur-dapur belum siap dan petugas belum terlatih. Bagi saya, ini menunjukkan bahwa program “besar” butuh kesiapan logistik dan manajemen operasional yang tak sederhana.
Dari pemaparan di atas, saya menarik beberapa poin refleksi, agar teman-teman dapat memahami secara jernih, yaitu;
• MBG telah berhasil menembus angka jutaan penerima dalam waktu relatif singkat— ini bukti bahwa pemerintah dapat menggerakkan program besar dengan skala nasional.
• MBG memiliki potensi untuk menjadi pengungkit ekonomi melalui rantai pasok pangan dan distribusi, serta mendukung penyiapan SDM unggul.
• Namun, MBG masih menghadapi tantangan serius: realisasi anggaran rendah, pemerataan belum merata, kesiapan infrastruktur belum optimal, dan kritik tentang efisiensi anggaran belum hilang.
Program MBG merupakan langkah strategis yang sangat positif dalam narasi pembangunan nasional: “Indonesia sehat, Indonesia cerdas, Indonesia berdaya saing”. Namun, seperti dalam cerita pembangunan lainnya, “niat baik” saja tidak cukup — yang menentukan adalah eksekusi, kualitas, dan kontinuitas.
Walaupun begitu, mari kita apresiasi keberhasilan yang sudah ada, yaitu 36,7 juta penerima manfaat, ribuan SPPG terbangun, data mulai difokuskan. Dan juga mari kita awasi bersama tantangan yang masih muncul. Karena program sebesar ini layak kita dukung dan kita tuntut untuk berjalan baik.
Pencapaian di sektor Pariwisata dan ekonomi: membuka sayap Indonesia
Dalam perjalanan saya mengamati data yang dipaparkan oleh menteri dan wakil menteri kabinet Merah Putih, sektor pariwisata juga menunjukkan kemajuan yang patut diapresiasi. Pemerintah menyebut bahwa realisasi investasi Januari–September 2025 mencapai Rp1.434 triliun, naik 13,7 % dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Lebih dari itu, menurut wakil menteri pariwisata, Ibu Ni Luh, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara naik sebesar 12 % menjadi sekitar 14,8 juta kunjungan pada 2025.
Indonesia bukan hanya kembali pulih dari tekanan global pandemi, tapi juga mulai menampilkan diri sebagai destinasi yang semakin kompetitif. 33 hotel dan resor Indonesia bahkan memperoleh pengakuan dari bintang Michelin—menunjukkan bahwa kualitas layanan ikut naik.
Karena itu dalam setahun terakhir ini, pariwisata bukan sekadar “wisata” tetapi juga pembuka lapangan kerja, penggerak UMKM, dan penggerak ekonomi regional. Pemerintah menyatakan bahwa program makan bergizi gratis (MBG) ikut menyerap 18.895 UMKM dalam rantai pasoknya.
Jadi, sektor pariwisata bagi saya bukan hanya “nice to have”, tetapi bagian dari strategi nasional untuk ekonomi yang lebih inklusif.
Pendidikan & komunikasi: membangun sumber daya manusia
Dalam sektor pendidikan, Pemerintah menetapkan pendidikan sebagai “investasi masa depan bangsa”. Sejalan dengan pendidikan, program makan bergizi gratis (MBG) dilaporkan telah menjangkau lebih dari 36,7 juta penerima manfaat.
Kemudian, program pemeriksaan kesehatan gratis (CKG) sudah dinikmati sekitar 43 juta warga negara, sekali dalam setahun — sebagai bagian dari kesiapan sumber daya manusia yang sehat.
Dari sisi pendidikan formal, ada juga program target pendirian “Sekolah Rakyat” atau sekolah unggulan yang menjangkau seluruh Indonesia dan ini sudah berjalan di beberapa wilayah. Bagi saya, ini menunjukkan bahwa pemerintah mulai menyiapkan generasi yang tidak hanya cukup secara kuantitas, tetapi juga mulai meningkatkan kualitas: sehat, mampu, dan terjangkau.
Peran AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) dalam pemerintahan:
Tidak lengkap rasanya jika saya tidak menyoroti peran Mas Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang menduduki jabatan penting dalam kabinet sebagai Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (atau koordinasi infrastruktur).
AHY secara publik menyampaikan bahwa salah satu prioritas utama adalah irigasi, air bersih, dan swasembada pangan — terutama integrasi antara ketersediaan air rumah tangga dan pertanian. Hal ini disampaikan langsung lengkap dengan pemaparannya di siaran Garuda TV, 20 Oktober 2025 kemarin.
AHY juga memberikan contoh konkret seperti melakukan kunjungan ke Desa Kelor, Kabupaten Gunungkidul, untuk meninjau proyek pompa air tanah yang mampu mengalir 40 liter per detik dan meningkatkan indeks tanam dari dua kali menjadi tiga kali panen setahun.
Menurut saya, kehadiran AHY dalam kerangka ini menunjukkan bahwa pemerintahan tidak hanya bicara “pangan”, tetapi juga “air”, “infrastruktur” dan “pertumbuhan produktivitas” yang padu. Infrastruktur dan pembangunan wilayah yang efektif akan memperkuat ketahanan pangan dan kesejahteraan secara menyeluruh.
tonton di sini untuk lihat kegiatan lengkapnya! (ada saya in frame sedikit sedikit masuk tv 😭🤣)
Sekilas Tentang Garuda TV: media sebagai bagian dari narasi nasional
Keberadaan media yang mendukung penyebaran informasi menjadi bagian penting. Di sini muncul Garuda TV — saluran televisi nasional yang pada Agustus 2025 merayakan ulang-tahun ke-2 dengan tema “2 Tahun untuk Indonesia”.
Garuda TV menyelenggarakan rangkaian aktivitas spesial seperti “Indonesia Kita Awards”, menampilkan tokoh-tokoh inspiratif dari UMKM, pendidikan, kesehatan, lingkungan.
Bagi saya, peran Garuda TV dalam era digital dan media modern menjadi wadah untuk menyebarkan berbagai narasi pembangunan, memperkuat nasionalisme dan memberi ruang kepada cerita rakyat yang terhubung dengan kebijakan nasional. Sebagai blogger, saya melihat bahwa media semacam ini bisa menjadi “penguat” agar pencapaian-pencapaian pemerintah bisa lebih dikenal publik lebih luas.
Setahun sudah terlewati dengan banyak ujian dan pencapaian. Tentu saja, satu tahun memang tidak cukup untuk menyelesaikan seluruh tantangan. Namun, apa yang telah dicapai pemerintahan Prabowo-Gibran dalam satu tahun ini— mulai dari swasembada pangan, pariwisata yang membaik, pendidikan dan komunikasi yang diperkuat, irigasi dan air bersih via AHY, hingga penguatan media informasi melalui Garuda TV— semuanya menunjukkan bahwa ada fondasi yang sedang dibangun.
Saya percaya bahwa narasi positif dan konstruktif penting untuk menjaga optimisme— bahwa pemerintahan ini tidak hanya membuat janji, tetapi juga mulai menghasilkan angka-angka konkret: produksi pangan terbesar dalam sejarah, meningkatnya investasi dan wisata, program sosial yang menjangkau jutaan orang.
Tentunya masih banyak pekerjaan rumah seperti efisiensi anggaran, pemerataan pembangunan hingga ke daerah terpencil, serta penguatan kualitas layanan publik. Tapi sebagai masyarakat berdaya, mari terus kita pantau pekerjaan ini dengan hati yang positif.
Semoga tahun-tahun setelahnya, fondasi yang diletakkan hari ini akan menghasilkan manfaat yang lebih besar.
Tidak ada komentar:
Ada pertanyaan atau kamu ada masukan?
Ditunggu komentarnya!:)