Assalamualaikum..
Subuh tadi hujan
turun rebas-rebas dan langit masih gelap, seolah-olah matahari tidak akan
terbit tetapi kita dengan apatisnya harus menjalani aktivitas. Sebuah kabar
duka masuk ke mesej di ponsel dan membuat saya jadi tidak begitu bersemangat hari ini. Seorang
kawan baik akhirnya pergi, padahal terakhir kali bertemu sungguh semangat berjuang
melawan tumor. Ia bahkan masih bisa tersenyum menyambut saya sambil
menyembunyikan rasa sakitnya.
Pukul sebelas
pagi, dan langit tambah gelap. saya ingin kembali menyelimuti tubuh dengan
selimut dan berbaring sepanjang hari karena tidak begitu berselera sejak kabar
duka tiba, tapi mendadak saya teringat sesuatu. Percakapan saya dengannya beberapa
tahun lalu.
“Kamu orang yang
tidak takut pada apa pun, kenapa juga harus takut mati karena mecin?” katanya
sambil tersenyum. Saat itu kami tengah makan siang dan ia melihat saya memilih
makanan yang sebetulnya tidak bisa dibilang sehat, tetapi sama sekali tidak ada
penyedap rasa dalam makanan yang saya bawa.

Bukan, bukan
ketakutan akan mati yang ada dalam pikiran saya. Tubuh saya cukup peka dalam
menanggapi MSG. Katakanlah ada makanan yang memakai penyedap rasa, tubuh saya
akan bereaksi mulai dari bahu sampai pungung bawah ditandai dengan rasa pegal
dan nyeri. Beberapa dokter pernah mengatakan tidak mungkin ada orang yang sakit
karena penyedap rasa. Namun, pada kenyataannya saya dan semua keluarga mengalaminya.
Barangkali karena memang tubuh kami tidak pernah terbiasa dengan itu, sehingga
menimbulkan reaksi berlebihan sampai-sampai membuat kami sakit dan akhirnya
memutuskan untuk berhenti mengonsumsi.
Tapi bukan
karena kami takut bodoh.
Masyarakat pada
umumnya menganggap mecin dapat membuat orang jadi bodoh dan lambat dalam
berpikir. Pada kenyataannya, orang-orang cerdas seharusnya tidak perlu takut
untuk konsumsi MSG, sebab jika pada dasarnya kamu orang yang cerdas dan
berpendidikan, MSG saja tidak akan berpengaruh membuat kamu jadi bodoh. Seharusnya
yang harus diperhatikan adalah, apakah asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh
sudah cukup, apakah kita sudah cukup benar dalam menjaga pola makan, dan apa
sudah yakin kalau makanan yang dikonsumsi diolah dengan baik sehingga jadi
makanan sehat? Intinya, jika kita tahu kita tidak bodoh, tidak perlu takut
menggunakan mecin dan penyedap rasa, kecuali kalau memang tubuh kamu bereaksi
berlebihan seperti yang saya alami. Itu pengecualian. Karena sakit, bukan
karena takut bodoh.


Tidak dipungkiri,
dalam hal ini rasa penasaran saya mengenai mecin memang semakin bertambah. Apakah mecin bisa membuat bodoh?
Bertepatan dengan pemikiran itu, berangkatlah saya ke kantor AJINOMOTO di Sunter atas undangan
mereka sekaligus food marathon bersama
#umamifoodmarathon Sabtu lalu (16/12).
Food Marathon merupakan ajang kuliner yang mana dalam satu hari kami pergi ke beberapa tempat dan memilih rumah makan yang menggunakan
Ajinomoto. Diantar dengan bus, kami dari Sunter bergegas menuju Rawamangun untuk sarapan
di Warung Mak Dower yang semua
makanannya khas dengan menu Betawi. Pagi itu cukup cerah meskipun tidak terik,
dan angin sedikit bergejolak sehingga dengan cuaca seperti itu, sangat cocok
menyantap makanan pedas. Saat satu-persatu makanan mulai dikeluarkan ke meja
tamu, saya baru tahu bahwa makanan Betawi rupanya khas dengan rasa yang pedas
dan gurih, dilihat dari banyaknya sambal di setiap menu. ini menarik. Saya sampai
berpikir ini seriusan Betawi, bukan makanan Sunda? Atau jangan-jangan selama ini di rumah saya, Bundo
masak ala Betawi? Sebab rasanya mirip sekali dengan makanan rumahan dan membuat
saya cukup puas dengan rasa yang ada di setiap menu.

Saya dan menu yang disajikan di Warung Mak Dower.

Menu yang disajikan ada jengkol, cumi, tutut, ikan, juga lalapan

Saat demo masak berlangsung setelah sarapan




Dan ajaibnya, tubuh
saya sama sekali tidak merasa sakit padahal ada MSG di dalam semua makanan yang
saya makan pagi itu. Dalam acara ini bahkan AJINOMOTO membawa seorang dokter
yang siaga memberikan edukasi untuk kami, dan dari situ saya tahu, bahwa penggunaan MSG yang tepat dan secukupnya
tidak akan membuat tubuh saya bereaksi berlebihan. Dan saya juga baru
menyadari, PT Ajinomoto Indonesia ini bukan hanya memproduksi mecin saja, ada
juga bumbu penyedap lainnya yang dibagi berdasarkan kategori, yaitu: AJI-NO-MOTO
sebagai penguat rasa, Sajiku sebagai bumbu praktis siap saji, SAORI untuk bumbu
masakan Asia, Mayumi sebagai mayonanaise, dan Delito yang digunakan untuk saos
pasta. Sering kali produk ini saya temui saat belanja keperluan, tapi sugguh baru tahu mereka satu PT.
Menguak Fakta Tentang MSG
MSG (Mono Sodium
Glutamate) berbentuk seperti kristal kecil, kali pertama ditemukan oleh seorang professor Kikunae Ikeda. Sedikit pengetahuan,
dalam MSG terkandung ASAM GLUTAMAT atau ASAM AMINO yang berguna sebagai
penyusun protein dan sebetulnya dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain dalam MSG, Asam
Glutamat ada di sumber makanan alami seperti tomat, ikan, daging merah, ayam,
jamur, brokoli, keju dan susu (termasuk ASI). Hanya saja, penggunaan MSG ini
harus tepat dan tidak boleh berlebihan.
MSG yang ditemukan Professor ini menjadi bumbu yang ideal loh, karena tidak berbau sehingga tidak merusak aroma makanan, dan bentuk teksturnya sangat bening serta mudah larut sehingga dapat digunakan untuk berbagai hidangan yang berbeda. Singkat cerita, hak paten hasil penelitian tersebut dijual kepada perusahaan penyedap makanan Ajinomoto yang sampai detik ini masih menjadi produsen MSG terbesar di dunia. Daebak :')
Ada hal penting
yang harus kita luruskan di sini, dan betapa saya sendiri sudah salah kaprah
dalam menanggapi. Ternyata MSG itu aman dikonsumsi selama pengunaannya tidak
berlebihan atau 0,2-0,8% dari volume makanan yang disajikan. Kadar yang di luar volume itulah yang dapat membuat pusing karena banyak
dari masyarakat kita yang berlebihan dalam memakai dan berpikir bahwa MSG dapat
menjadi bumbu yang membuat makanan lebih nikmat. Seharusnya, MSG dipakai
sebagai PENGUAT RASA, bukan sebagai bumbu utama makanan. Sehingga sangat salah
jika kita berpikir semakin banyak dituangkan MSG, rasa makanan akan semakin
sedap.

Salah satu
contoh Rumah Makan yang berhasil menerapkan MSG sebagai penguat rasa adalah
Rumah Makan SOTO BETAWI Haji Husen di
kawasan Setiabudi. Ini adalah destinasi kedua dalam acara Food Marathon dan
kami tiba pukul sebelas siang. Hujan semakin deras padahal paginya tidak ada
tanda-tanda akan hujan. Tapi bagian paling mengejutkannya adalah, rumah makan
tersebut sangat ramai bahkan pengunjung sampai tumpah keluar jalan. Ada satu
pengunjung yang mengatakan pada saya bahwa ia dan istrinya sudah menunggu
hampir sejam untuk mendapatkan dua mangkuk soto. Mereka rela menunggu lama
hanya untuk soto Betawi yang sebetulnya di tempat lain juga ada banyak soto
serupa.
“Kenapa mau
lama-lama menunggu, Pak?” Tanya saya. Bapak itu terkekeh, begitu pun dengan
istrinya. Mereka pun bercerita, tempat ini sudah ada sejak lama dan dari mulut
ke mulut seirng dibicarakan sebagai tempat soto paling enak karena bumbunya pas
dan isinya banyak. Tersedia soto daging, daging muda, babat, paru, juga bisa
memesan campur dalam satu mangkuk.
Mangkuk saya tiba, dan ternyata isinya benar-benar banyak, bukan hanya soto yang banjir kuah tapi pelit daging. Bukan itu saja, bumbunya melimpah ruah dan saat saya mencoba, rasanya memang pas. Asinnya, manis dan gurihnya, serta tidak begitu berminyak, membuat soto ini sangat worth it to try dan mereka tidak perlu membubuhkan MSG terlalu banyak karena rasanya sendiri sudah cukup enak. Sekali lagi, MSG memang hanya penguat rasa, bukan bumbu utama.
Mangkuk saya tiba, dan ternyata isinya benar-benar banyak, bukan hanya soto yang banjir kuah tapi pelit daging. Bukan itu saja, bumbunya melimpah ruah dan saat saya mencoba, rasanya memang pas. Asinnya, manis dan gurihnya, serta tidak begitu berminyak, membuat soto ini sangat worth it to try dan mereka tidak perlu membubuhkan MSG terlalu banyak karena rasanya sendiri sudah cukup enak. Sekali lagi, MSG memang hanya penguat rasa, bukan bumbu utama.
Di kunjungan
ketiga, selain untuk makan, kami juga melakukan Kunjungan Budaya ke Kampung
Setu Babakan yang ternyata biaya masuknya GRATIS tapi tempatnya sangat besih karena
adanya pemeliharaan. Beberapa tukang jajan zaman sekolah anak 90-an juga
berjejer di sepanjang area.








Di kunjungan budaya ini kami juga menikmati Kerak Telor (KESUKAAN UNIII!!!) yang menggunakan Ajinomoto sebagai pelengkap, dan dihidangkan bir pletok yang tentu saja tidak pakai MSG :D Cuacanya kali ini agak dingin, hujan makin deras sehingga menikmati Bir Pletok di suasana begini sungguh menghangatkan badan. Sayangnya, saya sibuk menikmati sampai lupa memotret mereka. :(
Oh ya, ada satu fakta lagi
yang menurut saya wajib kamu ketahui. MSG
ternyata dinyatakan aman oleh lembaga berwenang seperti JECFA (FAO/WHO), USFDA
dan BPOMRI. Bahkan AJINOMOTO sendiri sudah mendapat sertifikat halal yang
artinya aman dan dapat digunakan oleh keluarga muslim. Saya pikir, mulai hari
ini saya tidak perlu lagi menghindari mecin.
Kadang-kadang
ketakutan itu harus dihadapi, bukan dihindari. Begitu kan?
Jadi tercerahkan ya tentang Ajinomoto,, ingat ya micin itu bukan penyebab kebodohan yaa
BalasHapusBetul sekali hehe :)
HapusWah punya masalah yang sama ya, Uni. Kalau saya nyeri di PD dan kata dokter memang semacam alergi MSG kalau berlebihan. Senang memang kalau kulineran pada menu yang takaran MSG-nya pas, jadi no nyeri deh, haha... Saya pun masak juga nggak pakai penguat rasa, karena memang MSG-nya udah ada pada saus masak atau makanan lainnya. Moga kita sehat2 terus ya, Uni :D
BalasHapusIya, saya juga baru tahu ternyata kalau sampai sakit gitu tanda penggunaannya berlebihan. Amiiiin, semoga sehat terus jadi bisa makan sepuasnya :D
HapusAku juga biasanya migrain kalau kebanyakan msg, makanya again parno sama masakan2 berMSG. Tapi ternyata itu tergantung pemakaiannya yaa
HapusIntinya dalam memasak tetap yg jadi prioritas adalah bumbu dan rempah ya kaya di warung makan mak dower dan soto betawi bang husein, MSG jadinya hanya utk final touch aja 😊😊
BalasHapusIya betul sekali, jangan sampai msg malah dijadikan bumbu utama :D
HapusMSG masih dipakai sama ibu mertua aku, medok banget klo masak. Bumbunya banyak, MSG hanya secukupnya deh. Jadi tau gimana mecin yg sebenarnyaaa ya
BalasHapusIya, anyak yang masih belum tahu dan pakai medok sampai akhirnya kita merasa mual, semoga makin banyak yang sadar mengenai penggunaannya ya Kak :)
HapusHmm baru ngerti deh. Berarti rasanya harus enak duluan, baru dikasih MSG biar lebih nendang aja gitu yak?
BalasHapusDi rumahku jarang juga pake msg sih, aku kalo makan micin kebanyakan dari jajan di luar nggak pegel pegel, tapi pusing dan lidahnya jadi ga enak😂
iya lidah jadi suka kebas ya kalau kebanyakan makanya sekarang jajan pun mesti pilih tempat :D
HapusDan, iya, MSG bukan bumbu utama tapi hanya penyedap
Tapi micin jangan di Gadoin juga ya mba hehhehe. Mantab acara nya seru dan menyenangkan.
BalasHapusIya palingan gadoin mecin di ciki :D
HapusUni, foto-fotonya bagus dan artistik. Kereeen :)
BalasHapusHuah masih berantakan dan perlu belajar lag ini juga, terima kasih Kak :D
HapusSikaaat!!! Meski makan enak seharian tetap aman karna MSG dalam masakannya punya takaran yg pas :)
BalasHapusBetul sekali, dan mesti diimbangi dengan perbanyak minum air mineral :D
HapusMSG termakan hoax juga ya, hehehe. Sejak bayi kan kita sudah konsumsi MSG
BalasHapusSejak bayi?
HapusMSG mah sama kayak bumbu lainnya, dirasa udah cukup ya sudah.
BalasHapusSama kayak cinta ya, secukupnya saja, jangan berlebihan
HapusSama. Saya pun seharian kulineran tetap nyaman :)
BalasHapusIya, karena penggunaannya sesuai dengan takaran hehe
HapusWaaah bisa gitu ya? Makan MSG bisa jadi nyeri di punggung? Tapi bisa ga nyeri ya pas makan di umami food restoran. Mgkn krn yg sebelumnya, takaran msgnya kelewat banyak ya, Mba jadi bereaksi ke punggung
BalasHapusIya reaksi tubuh karena terlalu berlebihan hehe, tapi itu menandakan kemarin makanannya sesaui takaran dan gak berlebihan
HapusMakasih banyak uni, jadi paham bagaimana MSG harus diberikan pada makanan
BalasHapusSama-sama Kak, semoga bermanfaat ya :D
Hapusjadi, siapa pencetus pertama bilang MSG jadi bego.
BalasHapuskalo bego yaa bego aja :p
aku kulineran seharian, enak-enak ajaahh..yg gak enak klo bayar sendiri
Iya haha, mungkin bego dan pusing ini disebabkan karena penggunaannya berlebihan ya, mirip-mirip kayak jatuh cinta, terlalu cinta jadi bego :D
HapusInfoenarik nih. MSG ternyata aman ya ka dikonsumsi. Asal sesuai takaran, tidak berlebih.
BalasHapusBetul, aman dan halal :D
Hapuskurang sedap rasanya bila masakan ngga dikasih micin
BalasHapusAsal jangan berlebihan, its OK :D
HapusIya, Un. Saya juga kalau makanan kebanyakan sahang (lada) dan micin (MSG), tubuh saya akan bereaksi, terutama tenggorokan dan perut. Sampai saat ini, kalau di rumah, tetap ndak pernah pakai micin kalau masak. Cuma sekali-kali makan yang ada micinnya kalau jajan di luar bolehlah.
BalasHapusHaha ini benar sekali, jajan di luar sesekali bolehlah ya bandel dikit :D
HapusMakasih un, ku baru tahu klo MSG cuma sekedar penguat rasa, krn selama ini MSG kudu ada disetiap masakan hehe
BalasHapusGak harus selalu ada tapi kalau mau pakai, gunakan secukupnya :D
HapusTernyata MSG aman dikonsumsi ya, selama dalam jumlah yang aman tentunya. Makanan jadi lebih nikmat pakai MSG.
BalasHapusIya, betul sekali
HapusHal yang berlebihan memang nggak baik. Lalu, kalau kenapa-kenapa bukan jadi menyalahkan suatu objek tertentu, ya. Tinggal dibatasi aja
BalasHapusBetul, kadang-kadang yang salah diri sendiri tapi nyalahinnya ke yang lain :D
Hapus