Hi, Assalamualaikum.
Semasa kecil, seringkali saya dengar pun mengalami candaan
seperti:
Eh, kamu mau jadi model majalah, nggak?
Mau! Eh, majalah apanih?
Majalah Trubus! (Kemudian teman-teman saling melempar tawa).
Kenapa candaan itu semasa kecil sangat lucu dan jadi bahan
tertawaan? Sebab majalah Trubus biasanya hewan yang jadi model kavernya.
Candaan ini, tanpa bermaksud menjelek-jelekan majalahnya, terdengar begitu lucu
untuk anak 90-an, at least dalam lingkungan saya.
Tapi kemarin saya terkejut mendapat undangan perayaan 50
tahun Majalah Trubus dan saya datang sebagai salah satu perwakilan dari Komunitas Indonesian Social
Blogpreneur. Majalah ini ternyata masih eksis, bahkan mulai melebarkan sayap
dengan launching e-magz untuk generasi milenial.
Trubus membuat platform Trubus.id dan bertekad untuk menjadi
media indormasi yang dapat merangkul anak muda agar menjaga alam tetap hijau
dan lestari sehingga dikenal sebagai The Green Digital. Selain itu, terdapat
enam menu di platform Trubus.id yaitu Trubus Life, Trubus News, Trubus Preneur,
Trubus Shop, Trubus Gallery, Trubus TV dengan berbagai kategori.
Nah, perayaan itu beriringan dengan acara dari Bina Swadaya
yang merupakan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan memfokuskan diri untuk
melayani serta memberdayakan masyarakat khususnya dalam bidang kewirausahaan.
Berdiri sejak 24 Mei 1967, Bina Swadaya telah melakukan
banyak kegiatan pemberdayaan yang dilakukan yaitu pendampingan masyarakat dan
organisasi agribisnis, pengembangan ekonomi dengan mendirikan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) yang berbasis ekonomi mikro, penyediaan sarana pertanian, hingga
membuat media informasi.
“Sebagai pemberdaya masyarakat, sebaiknya juga bekerja
dengan jiwa seniman. Karena seorang seniman bekerja dengan kreativitas dan
semangat eksplorasi,” ucap Om Paulus Sutomo selaku Ketua Pengurus Yayasan Bina
Swadaya.
Penerima Penghargaan Trubus Kusala Swadaya
Dalam acara yang diselenggarakan di audit Bidakara Jakarta
Selatan kemarin (15/07) ini, ada juga ajang penghargaan yang diharapkan dapat
menjadi inspirasi kaum muda untuk mengikuti jejak mereka. Oh ya, di acara ini
juga hadir Om Renald Kasali dan Om Sandiaga Uno. Siapa saja pemenangnya?
Reka Agni
Kak Reka Agni meraih penghargaan untuk kategori personal
karena kontribusinya terhadap dunia pertanian. Beliau ini memberdayakan para
perempuan di Sukabumi yang merupakan
daerah asalnya dan mencoba bercocok tanam di wilayah dengan tanah yang
sebenarnya tidak begitu bersahabat.
Virage Awie
Beliau ini yang mempopulerkan alat musik menggunakan bahan
dari bambu. Beliau menerima penghargaan kategori kelompok dan memang alat
musiknya kreatif semua!
Historia
Ada dua kelompok yang menerima penghargaan di kategori
kelompok dan komunitas Historia dari Semarang yang memiliki program “merawat
kampung” termasuk yang menang di kategori ini.
Lodan Doe
Lodan Doe mendapat penghargaan untuk kategori khusus.
Komunitas ini berasal dari Nusa Tenggara Timur dan menurut cerita Teh Ani Berta, Lodan Doe ini menginisasi pemberdayaan perempuan yang telah menjanda, juga mendirikan dan mengajak masyarakat setempat untuk aktif melakukan hal sosial yang baik.
Dengan turut serta dalam acara ini, saya jadi tertantang untuk
lebih produktif di usia sekarang. Malu dong ya, Trubus saja tetap eksis
bertahan sampai setengah abad dan masih terus berkembang dengan inovasinya.
Kita juga harus semangat!
Kok mirip sama Bunda Haya Aliya ya bercandanya. Jangan-jangan kalian berdua itu dulu satu sekolah. :D
BalasHapusDi sekolah saya juga becandanya sering begini, jangan-jangan saya satu sekolah sama Uni. Zzz
HapusAku paling suka pas bagian para pemenang menceritakan kisah mereka "membesarkan" usahanya :) Ada yang awal2nya dihina, ada yang mau diancam dibunuh seperti kak Bernadette, founder tenun lodan doe itu :)
BalasHapus