Hi, Assalamualaikum!
; Tentang Dia
Seumur-umur, saya paling tidak akrab dan tidak mau PDKT juga dengan segala hal berbau Jawa (kecuali Jawa Barat, ya). Tetapi suatu hari, Tuhan pertemukan saya dengan seseorang yang mana saya jadi suka sekali dengan dia, dan setelah mengenal beberapa bulan, Tuhan kembali jauhkan dia dari saya.
Dia orang Jawa. Jogja, sih, tepatnya. Konon, orang Jogja nggak ingin disebut Jawa(?). Nah, melalui dirinya saya jadi mengenal macam-macam kebiasaan, istilah, tata krama, sedikit kosakata, juga jadi tahu citra rasa masakan sekitaran sana.
"Pakai jaket?"
"Nggak usah. Makasih," jawab saya di suatu malam.
"Ini bersih, nggak bau. Pakai jaket?"
"Nggak perlu, nggak apa kok ini nggak dingin."
"Pakai jaket, ya?"
"No, I've told you million times I don't need that."
Suatu waktu, terjadi percakapan begitu. Lalu di hari lain, dia kasih tahu supaya tidak menolak tawaran demi menghormati orang. Itu juga beda dengan didikan keluarga saya. Kami terbiasa bilang tidak kalau memang tidak mau. Kami terbuka untuk menolak kalau memang tidak ingin.
"Pakai jaket?"
"Nggak usah. Makasih," jawab saya di suatu malam.
"Ini bersih, nggak bau. Pakai jaket?"
"Nggak perlu, nggak apa kok ini nggak dingin."
"Pakai jaket, ya?"
"No, I've told you million times I don't need that."
Suatu waktu, terjadi percakapan begitu. Lalu di hari lain, dia kasih tahu supaya tidak menolak tawaran demi menghormati orang. Itu juga beda dengan didikan keluarga saya. Kami terbiasa bilang tidak kalau memang tidak mau. Kami terbuka untuk menolak kalau memang tidak ingin.
Dia juga berbagi pandangan mengenai tata krama di sana. Dia bilang, saya tidak boleh makan duluan, bahkan mengambil lauk juga tidak boleh, sebelum dia. Jadi kalau saya makan dengan orang, saya harus menunggu dan membiarkan yang lebih tua untuk ambil duluan. Lalu diam dan makan dengan khidmat. Katanya.
Ini berbeda dengan keluarga saya yang kalau makanan sudah jadi, ya kami asal raup lalu makan sambil ngobrol. Di keluarga saya, meja makan jadi tempat untuk bertukar cerita.
Dia cerita soal gudeg. Soal A. B. C. Soal makanan di sana yang manis. Dia bilang, suatu hari saya harus coba semua makanan itu biar lidah saya tahu rasa gula. Biar bukan sambal yang selalu masuk ke perut. Sayangnya, sebelum dia sempat mengajak saya makan makanan tersebut, kami kehilangan kontak.
Saya nggak tahu dan nggak ingin tahu kabar dia sekarang. Namun, saya percaya, Tuhan sempat pertemukan kami untuk memberikan pelajaran ke saya. Bahwa saya harus menghormati semua orang dari suku manapun. Bahwa saya tidak boleh deskrit dan sinis terhadap satu suku. Dan Tuhan itu memang Mahabaik. Saya akhirnya dapat kesempatan makan makanan khas Jawa. Bukan Jogja, sih. Kali ini makanan Solo. Mungkin makanannya Solo dan Jogja berbeda. Sama seperti Bandung dan Bogor, seperti sama tapi berbeda. Tapi manisnya ini, dan juga suasana joglo rumah makannya, membuat saya senyum sendiri.
Di sini hanya menggunakan Bedak Cathy Doll Magic Gluta Pact SPF 30.
Saya tidak pakai maskara seharian ini. Nggak apa matanya jadi sayu, yang penting sehat, deh. Sudah tahu, kan, Kenapa Maskara Tidak Boleh Dipakai Setiap Hari?
.
Waktu coba semua makanan di Waroeng Solo & Joglo Beer, Jakarta Selatan, saya, tiba-tiba ingat dia. Semoga dia baik-baik saja dan sukses selalu, seperti saya, yang sedang belajar jadi perempuan baik-baik dan sukses, tanpa dia.
Ps. Nah, tunggu liputan kulinernya hari Rabu, ya.
Ps. Nah, tunggu liputan kulinernya hari Rabu, ya.
Ini antara seneng tapi bacanya jadi baper. :(
BalasHapusseneng karna uni bisa tau macem-macem hal tentang jawa sekaligus baper karna yang ngenalin ttg jawa sekarang entah dimana. :(
Kita nggak pernah benar-benar memiliki apa pun. Yang datang, pasti akan pergi :) Dan ya, kepergiannya Uni rayakan dengan sukacita. Jadi banyak tahu ttg tata krama jawa dan juga mulai menghormati segala suku :)
HapusTerima kasih sudah baca :')
<- orang jawa dan emang kayaknya selalu ribut soal makanan sama temen yang orang padang. Muahahaha. :))
BalasHapusIya, pasti ribut haha. Tapi jadi seru. Manis di Jawa dan gurih pedas di Minang, jadi bukti bahwa makanan Indonesia kaya bumbu :)
Hapusduuh ceritanya bikin baper..
BalasHapusyang sabar ya uni, kalau jodoh pasti ga bakalan kemana-mana :)
Haha, jangan bapeer :) Iya, jodoh nggak bakal ke mana. Seperti dia yang mungkin sudah menemukan orang lain, begitu pun saya nantinya.
HapusUni curhat terselubunggg....
BalasHapusBikin baper dan jadi kebawa suasana cerita.
Semoga nanti kamu deket sama mas Jawa lagi ya :D #Ehgimana :))
Haha ini nggak terselubung, ini memang curhat nostalgia :) Makasih untuk doanya, tapi saya lebih suka didoakan semoga saya dapat yang lebih baik lagi. Sebab kita memang tidak baik meminta kembali yang sudah pergi
HapusDuhhh unii, semoga doa driver Uber Untuk kita bertiga segera terkabhl :))
BalasHapusAmiiin. Dan biarkan tangan Tuhan yang bekerja. Kita jangan ikut campur :)
HapusDuhhh unii, semoga doa driver Uber Untuk kita bertiga segera terkabhl :))
BalasHapusHallo Uni, salam kenal...
BalasHapuscurhatnya kece :)
nggak menye menye...
semoga menemukan yg lebih baik lagi dari mas yogya...
Terima lasih sudah baca :)
Hapus