Sehabis memunguti hening yang berserak di jalan, perempuan itu mendedah sepinya di kedai kopiku. Kusodorkan segelas air mineral dingin. Ketika wajahnya menengadah, kulihat memar di tulang pipi kanannya. Dan matanya, basah.
Adakah kopi yang sesuai dengan isi hati saya?
Aku mengangguk, gegas meracik sesuatu. Ini, kataku sambil menyodorkan Ice Machiatto.
Pahit.
Teguk sampai habis, jawabku. Ia meneguknya, setengah terkejut menatapku.
Machiatto itu pahit di awal, manis di akhir, Nona. Jika harimu pahit, semoga esok manis.
Di pipinya hujan mulai mengalir, tapi kulihat senyuman terbit dari bibirnya. Entah karena filosofi itu, atau tersenyum karena tatapan kami tak mau lepas sejak tadi.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Ps.
1/ FF sejumlah 100 kata tanpa catatan kaki.
2/ Silakan klik untuk tahu mengenai setting tempat yang terinspirasi dari Jung Coffee.
3/ Dibaca juga : Mengapa Aroma Kopi Mengikat Kenangan?
Uniiiiiiii
BalasHapus#BigHug!!!
Suka sama semua kalimat di tulisan ini Mbak, tapi saya tulisannya terlalu ringkas :)
BalasHapusUdah lama gue nggak bikin beginian. Hahaha. :D
BalasHapuspas baca dari awal, dikira mau beberapa paragraf, pas di scroll, eh habis... :D terasa kurang klimaks hihihi...
BalasHapusSehabis memunguti hening yang berserak di jalan .. duh pilihan kata2nya Mbaaak, bikin hati meleleh :)
BalasHapusUni semakin yahut aja bung. MANA JANJI MANISMU KATANYA MAU KETEMU DAN BAYARIN GUE HAH HA HAH HAHH?!! *bakar ban di headernya*
BalasHapuspemilihan kata-kata mbak uni emang selalu unik dan bagus mbak, keren :D
BalasHapus"Machiatto itu pahit di awal, manis di akhir, Nona. Jika harimu pahit, semoga esok manis."
BalasHapussemoga ^-^