Hi, Assalamualaikum!
Hai, Dear. Pernahkah kamu tiba-tiba merasa minder? Minder atau hilangnya kepercayaan diri, salah satu fase dalam hidup, kok. Minder itu, menurut KBBI, artinya rendah diri. Ngerasa diri sendiri nggak berharga, nggak berguna, nggak cantik, nggak kaya, nggak punya kuasa, nggak berani jatuh cinta, pokoknya nggak percaya diri, ngerasa nggak sebanding sama si A, terus aja mikir gitu sampai kiamat.
Minder itu, apa?
Saya sempat tuh, ada di titik di mana saya bertanya pada diri sendiri, "Sebetulnya, apa dirimu pantas untuk dicintai? Kamu sama sekali nggak ada apa-apanya dibanding Tjajana Safira ."
Saya ada diposisi ketika orang memuji secara tulus, saya malah membantin pada diri saya, "You see me wrong, I'm nothing."
Selengkapnya mengenai pengalaman minder saya, baca di sini, ya. (Will available on 1st February)
Waktu nanya sama kamu semua pun jawabannya beragam, ya. Saya tanya di Path, Fb, dan banyak yang langsung curhat di Line. Well, sebelum saya membahas tips mengatasi rasa minder, dibaca dulu yuk, pengalaman beberapa orang yang sudah mau cerita ke saya. Ini saya transkrip beberapa curhatan pembaca saya yang, yang bikin perih. Sedih. Saya jadinya pengin peluk mereka satu-satu :( *modus
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
1/
Responden A : Laki-laki, usia masih di bawah 22, baru kuliah lagi setelah sebelumnya bekerja.
Keluhan : Minder karena pola pikir.
"Gue pernah ngerasain minder karena cewek yang gue suka lebih pinter. Rasanya gimana gitu, aneh, masa cowok nggak bisa mendominasi dalam berpikir. Pokoknya, kebanyakan cowok tuh gitu kalau perempuannya lebih pintar. Next mau cari cewek yang biasa-biasa aja."
➖➖➖➖
2/
Responden B : Laki-laki, usia di bawah 22, bekerja di salah satu perusahaan.
Keluhan : Minder karena pendidikan.
"Gue sering nih, minder apalagi sama perempuan yang berpendidikan. Jujur, sama Uni aja minder, loh, makanya suka nggak mau datang kalau ada pertemuan yang ada Uni-nya. Kadang ngerasa, Gue sebagai cowok nggak punya apa-apa, nggak bisa apa-apa, malu."
➖➖➖➖
3/
Responden C : Perempuan, 23 tahun, anak lulusan jurnalistik, berkerja lepas di salah satu media koran.
Keluhan : Minder secara fisik.
"Gue pernah banget! Waktu SMP, dulu tuh muka penuh jerawat. Banyak banget jerawat semuka, sampai kayak cewek di film Shaolin itu. Yang nge-bully udah dari temen sekelas, kelas sebelah, sampai guru pun, semua ikut ngejek. Akhirnya selama dua tahun gue nggak mau ngaca sama sekali dan kerjaannya nunduk doang. Down banget digituin."
➖➖➖➖
4/
Responden D : perempuan, 22 tahun, kuliah Bahasa Inggris, pemilik toko kue di Bogor.
Keluhan : Minder sama gaya hidup.
"Ada yang ngajak gue jadi pacarmya, tapi dia itu anak kampus yang hedon. Pergaulannya luas dan gaul banget. Terus orang berada yang semua apa-apa langsung ada. Beda sama gue yang terbiasa mandiri dan nggak suka hura-hura. Sayang, sih, tapi jadinya minder kalau inget itu."
➖➖➖➖
5/
Responden E : laki-laki, 24 tahun, pegawai bank.
Keluhan : Minder sama pergaulan.
"Minder? Duh, sering. Cuma ya, kalau cowok mah bisa nyembunyikan perasaan itu. Cowok kebanyakan, kami tuh sering mindernya, kok. Lihat perempuan cantik terus sadar muka kita pas-pas-an, minder. Ngajak perempuan makan terus dia maunya di tempat wah lalu kita kelabakan bayarin, besoknya, minder. Pokoknya hal sepele mudah bikin nggak percaya diri."
➖➖➖➖
6/
Responden F : Perempuan, 24 tahun, Dokter umum.
Keluhan : Minder karena diputusin.
"Pernah kok, ngerasain kayak gitu. Waktu diputusin pas lagi sayang-sayangnya. Langsung mikir, salah gue apa? Kurang cantik? Kurang pinter? Kurang baik? Perasaan itu berlarut sampai lama banget."
➖➖➖➖
7/
Responden G : perempuan. 30 tahun. Guru Sastra Jerman.
Keluhan : Minder karena pengalaman hidup.
"Saya pernah jadi korban pelecehan seksual dan itu bikin saya nggak punya lagi kepercayaan diri. Setiap ada yang datang melamar dengan niat baik, saya selalu mikir kalau saya ini nggak pantas dapat lelaki baik. Minder itu melekat."
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Minder itu banyak sekali ragamnya, ya. Cemburu juga bisa jadi karena minder. Baca dulu cara ngatasin cemburu, ya. . Dan perasaan itu menyeramkan. Ketika minder, kita jadi lupa menghargai diri sendiri, lupa bahwa kita, semua dari kita, ialah makhluk yang berharga.
Semula, saya pikir cuma saya yang mengalami down seperti itu. Tapi saya sudah berhasil mengatasinya. Saya tahu, saya banyak kurangnya. Kamu pun begitu. Namanya juga kita manusia, kan, tentu saja nggak sempurna. Tapi, saya akhirnya bisa menerima kekurangan tersebut dan mulai menghargai diri sendiri. Mulai menumbuhkan rasa percaya diri. Mulai membuat orang lain nggak mudah merendahkan saya.
Mengatasi minder, yang saya lakukan, cuma tiga hal :
1/ Focus on Yourself Right Now!
Luangkan sedikit waktu kita, untuk berpikir. Tujuan hidup kamu, apa? Kamu ingin orang mengenal kamu sebagai siapa? Kamu mau orang mengenang kamu dalam hal apa? Lalu, setelah direnungkan, kerjakan!
Contohnya, saya. Butuh waktu tiga bulan untuk merenung. Saya berpikir lama, memetakan tujuan hidup saya, lalu sekarang tinggal menjalani. Saya mau jadi pribadi yang memengaruhi orang dalam hal positif. In this case, melalui tulisan. Saya mau berkontribusi untuk hal baik seperti aktif di komunitas atau kegiatan sosial. Lalu, saya sibuk dengan tujuan hidup saya. Lupa dengan apa itu minder. Saya nggak lagi peduli ketika ada yang bilang, "hidup kamu kok gini gini aja?" Buat saya, nggak masalah. Toh, saya punya tujuan, dan nggak semua orang paham dengan tujuan hidup kita, kan. Coba deh, ketika kita fokus untuk urusan tersebut, hal remeh-temeh jadi terlupakan. Gosip soal Tyas Mirasih Mblewer aja udah nggak bakal saya likirin.
2/ Hargai Sikap, Tindakan, Ucapan, bahkan Karya Orang Lain.
Kita minder karena ngerasa nggak dihargai, nggak diwaro, nggak diperhatikan, berasa butiran pasir pantai Pelabuhan Ratu... Tapi sudahkah kita menghargai orang lain? Ngewaro omongan orang, memerhatikan mereka, sudah?
Contoh kecilnya, baca majalah atau novel, terus ngomel karena isinya banyak typo atau jelek nggak sesuai interpretasi kamu. Kamu nggak mikir kalau untuk bisa nulis satu hal aja susahnya minta ampun.
Contoh lain, kalau bayar ke kasir, kita main hape, cuekin kasirnya yang nawarin promo, dan langsung bayar. Atau, jalan ke mall, nanya ini-itu lantas pergi gitu aja pas tahu mahal. Nggak bikang makasih karena mereka udah jawab pertanyaan kamu? Atau, misalnya, pas lagi berantem sama mantan, sibuk maki-maki di medsos ngatain anjing babi sapi kelinci... Atau ngatain mantan itu setan atau apa pun.
Dear, itu salah satu tindakan nggak menghargai, lho. Kan mereka juga manusia. Saya secara pribadi sadar betul, untuk menghilangkan rasa minder, cara terbaik adalah nggak bikin orang minder . Untuk mengembalikan kepercayaan diri saya, saya belajar untuk meningkatkan kepercayaan diri setiap orang yang saya temui. Memujinya, mengharai, mengucap maaf, tolong, terima kasih. Dan, itu berhasil.
3/ Knowing Yourselves and Love in Every Inches on You.
Susah-susah gampang memang, untuk mencintai diri sendiri. Kelebihan, jadinya narsis. Kedikitan, malah minder. Tapi, kalau menurut saya, menurut saya nih ya, kita mesti tahu apa saja kekurangan dan kelebihan diri sendiri. Ketika kepercayaan diri tiba-tiba selangit, mesti sadar bahwa kita punya kekurangan. Ketika lagi down banget, mesti ingat apa-apa kelebihan kita. Saya sampai di kamar tuh ada list 100 kekurangan saya, dan 100 kelebihan saya. Ketika kita tahu diri kita dengan sangat baik, kita nggak akan mudah minder, nggak bakalan ngejatuhin harga diri sendiri.
Jadi, belajarlah mengetahui diri sendiri, dan naikan derajat kita dengan bebagai macam sikap yang positif.
Good luck!
Saya minder soal masa depan, Un. Lebih ke cinta, sih. Halah. Saya sayang banget sama cewek itu, tapi saking sayangnya. Saya takit nyakitin dia. Takut gak bisa bahagian dia. Takut macem-macem gitu deh. :')
BalasHapusKadang ngerasa dia itu terlalu berharga untuk saya miliki. Padahal, ya. Dia juga banyak kekurangan. Ehehe. Tapi sering banget minder. Penginnya dia dapetin yang lebih baik dari saya. Ini gimana?
Emaap curhat. Wakaka
*buka lapak curhat*
Hapusjatuh cinta ya cinta aja, nggak usah banyak mikir :)
yah uni, aku tahunya cuma kekurangan yg aku punya. :(
BalasHapusemang sih sering minder ngeliat orang yg lebih sukses dari aku, tapi jadiin motivasi aja. kalau dia bisa, kenapa aku engga? he he. btw thanks uni. salam dari wardah.
Salam! Ayo, digali terus apa kelebihan diri sendiri. Kalau bukan kita yang menghargai diri sendiri, siapa lagi? Hehe.
Hapuswahhhh....
BalasHapusAda oengalaman, mbak? Share! :))
HapusSekarang sih jadi lebih menghargai sekitar heheh karena biar gimanapun saya pernah ada diposisi itu, jadi akan berpikir berulang kali kalo mau ngomong sesuatu takut apa yang sampein jadi malah melabelkan orang itu, yang padahal itu cuma point of view dari saya hhehe :)
BalasHapusSetuju :) mulai banyak mikir apakah perkataan kita nyakitin atau nggak atau gimana, pokoknya mulai berkaca deh :)
HapusMinder? Pas jadi emak2 mah udah ga pernah Minder lagi kayanya deh. Lebih cuek kayanya
BalasHapusWah, keren. Aku kok kepikiran bakal minder sama suami kalau nikah nanti :0
HapusAku minder fisik nih :v
BalasHapusKenapa? Mbak cantik banget padahal, kan. *hugs*
HapusSaya minder pas SMP dan SMA karena culun dan jelek. Takdir membawaku kecemplung jadi aktivis OSIS. Semenjak itu saya lebih paham bahwa fisik bukan segalanya :D
BalasHapusIya, bener kak, fisik bukan segalanya, tapi dengan tampilan fisik yan oke, kita bisa melakukan segalanya. Doesn't it? Dunia kejam :)
HapusPernah, aku minder dalam segi ekonomis. Tetapi, begitu melihat orang orang yang tuna wisma dan tuna lainnya yang biasa di pinggir jalan itu, aku jadi ngerasa iba gitu. Disitu jadi mikir lagi, harusnya tuh bersyukur dengan apa yang kita punya sekarang ini ya.
BalasHapusIya, betul. Intinya banyak bersyukur, ya :)
HapusPernah minder karena merasa kurang menarik pas mau ketemu orang. Untungnya pas ketemu orangnya asyik. Jadi senyumin aja
BalasHapusNggak usah minder lagi, ya :) karena orang melihat apa yang kita tunjukan.. Kalau pede, orang akan lihat kita oke.
HapusBerhubung kak Uni komen di blog saya, saya mau komen balik. Tapi artikel-artikel terbaru susah banget mau dikomen. Produk kecantikan semua :')
BalasHapusKalo saya sih lebih sering minder gara-gara temen lebih menguasai pelajaran eksak, dibanding saya, yang cuma suka pelajaran Bahasa Indonesia. Kan, anak IPA kesannya harus pinter ngitung. Jadi merasa gagal sebagai anak IPA. Gitu deh mindernya saya.