Assalamualaikum!
Akhir tahun ini, kita banyak mendengar pun membaca berita yang berjubelan, saling tindih, sampai bingung mau bahas yang mana. Mulai dari kasus Setya Novanto, freeport, Tertangkapnya PR dan NM dalam kasus prostitusi, trend makeup tahun depan, munculnya film Indonesia yang serentak tayang di bioskop, sampai larangan berkendara untuk driver yang dipesan secara daring.
Baca deh, Would the World be Better Without Islam?
Selain itu, ada yang lebih membuat saya dan orang-orang di circle blogger kasak-kusuk. Beritanya nggak heboh, nggak wah, dan biasa saja. Tapi heboh di jalur belakang. Tentang pilihan seseorang publik figur untuk membuka kerudung.
Iya, mungkin buat kalian itu urusan pribadi, bukan hak kita mencampuri, dan nggak penting dibahas. Tetapi, tetapi untuk saya sendiri, itu jadi tamparan yang sangat, sangat keras.
Saya ingat perjuangan kakak saya di tahun '98-an saat memutuskan pakai kerudung. Ditentang keluarga, dipandang sinis tetangga, bahkan ditimpukin batu sepanjang jalan Semanggi Jak-Sel. Tapi itu pilihan dia, yang bahkan sampai tahun ini masih dia kenakan, dan ukuran panjangnya pun nggak berubah dari kali pertama pakai.
Beda dengan saya. Pakai kerudung pada mulanya adalah sebuah keterpaksaan. Pakai kerudung itu panas. Bikin lepek. Telinga suka engap. Terus, ngapain coba punya rambut tapi ditutupin? Aneh banget kan agama Islam kok ngasih aturan harus kerudungan. Namun, saya harus tetap pakai karena masuk sekolah Islam Terpadu. Dan di sana, selama enam tahun, saya belajar, bahwa kerudung itu lebih dari sekadar penutup kepala.
Kerudung itu identitas.
Tanpa perlu bertanya, orang akan tahu bahwa saya seorang muslimah.
Kerudung adalah tameng.
Dengan memakainya, orang akan segan dan sopan sama saya. Nggak berlaku senonoh, nggak kurang ajar. Palingan cuma digodain salamualaikum pas di jalan doang. Nggak dicolek. Nggak digrepe-grepe. Pokoknya nggak lebih.
Kerudung menjaga perasaan.
Some ppl says, hati dan prilaku dibenerin dulu, baru pakai hijab. Buat saya, dengan memakai kerudung terlebih dahulu, maka hati saya dengan sendirinya menjaga sikap. Saya bukan perempuan suci, belum mulia, belum berakhlak baik. Bahkan jauh dari santun. Tetapi karena saya berkerudung, saya jadi bisa mengontrol hati saya. Karena berkerudung, saya menghindari acara-acara yang di bar. Karena berkerudung, saya nggak mau merokok. Saya nggak mau melakukan hal-hal buruk karena saya nggak ingin orang memandang buruk soal hijab yang saya kenakan. And it comes by nature.
Kerudung mengikat tali persaudaraan.
Di jalan, kalau ketemu orang-orang kerudungan -entah siapa itu saya nggak kenal, mereka senyum ke saya. Saya ikut senyum dan merasa tidak sendirian. Saya jadi tidak kesepian.
Kerudung menjadi sahabat saya.
Saya akui, saya memendekkan ukuran kerudung. Dulu panjang banget dan rasanya risih kalau di atas dada. Mesti dua jengkal dari leher, dua jengakl dari samping bahu, dua jengkal di belakang. Sekarang nggak. Pendeknya keterlaluan, banget :D Tetapi saya masih mempertahankan untuk nggak terawang, untuk tetap menutup dada. Dipendekin soalnya aktivitas saya grasak-grusuk keliling kota, pulang-pergi dan ini-itu, yang bikin saya nggak bisa anggun dan mesti dipendekin biar leluasa bergeraknya. Pun saya kecil, pendek, kurus, kalau panjang kerudungnya bisa kelelep. #AhAlesanMulu . Maafin saya ya Allah, masih jauh dari sempurna :'(
Lantas, haruskah saya buka kerudung? Iya, harus dong, kalau di rumah dan lagi nggak ada orang yang bukan mahrom. Iya, kan? Ehehehehe.
Intinya, berkerudung yang awalnya bukan dari ketulusan, sekarang malah tidak akan saya lepas sampai meninggal nanti, biidznillah, bismillah.
Tetapi, orang di luar sana yang membuka kerudung, adalah keputusannya. Dan kita tentu tidak boleh judge them as the people who made a sin. Kita sesama manusia, tidak bisa menghakimi mana benar dan mana salah, bukan? Dan tentunya, sama seperti seseorang yang memutuskan pakai hijab,
; mereka yang membukanya, pasti punya alasan dan akan mengambil risiko atas tindakannya.
Well, apa pun itu keputusan kita, mari terus memperbaiki diri. Biar disayang sama Allah.
Amiin!
Jangan lupa baca : Kenapa sih nggak boleh pacaran?!
~~~
Ps.
Halo, pembaca yang tidak berhijab. Punya pengalaman seru yang berkaitan tentang kerudung? Misalnya temanmu atau siapanya kamu gitu?
Dan untuk kamu, pembaca yang berhijab, berminat nggak, cerita juga soal keputusan kalian memakai kerudung sampai saat ini?
Oh iya, kamu yang pembaca laki-laki, share juga dong, pengalaman paling seru yang bersinggungan dengan masalah hijab ini..
Buat kalian yang bersedia cerita pengalamannya dengan hijab, saya mengadakan giveaway berhadiah nih. Silakan klik tautan ini, untuk berpartisipasi, ya!
wah aku juga ada pengalaman berhijab un..
BalasHapusTulis dong biar banyak yang baca ^^
HapusHalo, pembaca yang tidak berhijab. Punya pengalaman seru yang berkaitan tentang kerudung? Misalnya temanmu atau siapanya kamu gitu?
BalasHapusPunya, Un.
Udah liat fotoku yang nge-cover stikernya Laudya Chyntia Bella?
Udah?
UDAH?
Cuma lebih mbem dikit, sih, dari Bella.
Lucu, ya. Aku suka, deh.
*monolog
*ditendang Uni
(((nge-cover)))
((Nge-cover)) Gaul ya zaman sekarang yang di-cover bukan cuma lagu, tapi stiker line :)) Udah, lucu! Bikin dalam banyak versi dong
HapusHallo Uni
BalasHapusAku alhamdulillah baru berhijab tahun ini. Doakan aku tetap istiqamah yaaa. Nah, sejak aku menutup kepalaku dengan kerudung, ada suara beberapa teman yang kurang setuju. Katanya, rambut pirang panjangku bagus, kenapa ditutup? Mata biru kehijauan aku lebih cantik kalo dilihat pas aku ngesampingin poni. Tapi ya, aku nggak mau gitu terus dong. Sejak pake hijab, sekarang aku ngerasa lebih aman dan nyaman aja, padahal.
Mau ikut giveawaynya ah, kalo sempat hehe
BalasHapusTopik rentan, no comment. Hahahah.
BalasHapusjadi..yang... bikin krasak krusuk blogger..yg lepas hijab siapahhh mba...??? *kepo...n ngajak ngegosip.. hi2
BalasHapusWah jadi inget tulisannya mas Agustinus Wibowo tentang cewek-cewek yang make (apa sih namanya gue lupa yang kayak ninja itu) di Timur Tengah. :)
BalasHapusGue pernah punya pengalaman! Waktu itu iseng nyobain pake kerudung, terus keluar rumah dilemparin batu sama anak kecil. Sedih.
Cadar?
Hapusiya, buka hijabnya di rumah aja :D
BalasHapusLaki-laki boleh ikutan giveawaynya juga ya, aseek.
BalasHapuspengen ikutan juga, berbagi pengalaman temen yang berhijab. siapa tahu bisa menginspirasi wanita indonesia untuk tetep berhijab apapun keadaannya, dan yang belum berhijab semoga diberi kemudahan untuk melaksanakan syariat islma yang mulia ini.
Iya mbak, jilbab itu identitas wanita muslimah, jangan sampai melepasnya walau dalam keadaan apapun, karena jilbab sebenernya menyelamatkan kaum muslimah dari niat buruk laki-laki yang gak punya moral.
BalasHapusGue kok malah aneh sama kalimat yang "Nggak digrepe-grepe." :))
BalasHapusSoalnya, (ini terpaksa buka aib) entah kapan gue lupa, intinya udah lama banget. Waktu itu gue sempet nonton film ABG mesum gitu, dan dia pake jilbab. Dia digrepe-grepe dan bahkan lebih parah. :')
Emaap malah fokus ke situ. Haha.
buka hijabnya depan murim
BalasHapusSetuju banget tuh. apalagi yang menjaga perasaan. Kebanyakan orang beralasan perbaiki akhlak dulu baru make kerudung. itu mah cuma dalih mereka aja.
BalasHapusKerdung juga menjaga kita dari kejahatan.
BalasHapus