Source |
Misna, bolehkah aku bercerita sedikit?
Tidak akan lama, kok. Namun, tidak akan sebentar pula. Kamu tahu bagaimana rasanya jatuh hati? Sebuah rasa yang menurutku, tingkatannya lebih baik ketimbang jatuh cinta. Memang benar, rasa itu yang selalu menghampiriku belakangan ini. Entah kapan rasa itu datang, tanpa permisi dan tanpa izin seenaknya tinggal di hatiku yang sudah terlalu jenuh untuk merasakan jatuh cinta.
Aku bukanlah seseorang yang dapat menulis dengan baik, atau pun seseorang yang dapat mngubah kata demi kata menjadi sebuah mahakarya, tapi izinkanlah aku untuk berterima-kasih sekali lagi lewat tulisan ini, atas keikhlasanmu untuk selalu di sisiku.
Tahun 2010, adalah tahun awal kita bertemu sebagai seseorang yang tidak pernah mengenal satu sama lain. Kala itu, kamu adalah seorang siswi SMK yang sedang menjalankan tugas dari sekolah sebagai pegawai magang di tempat kerja ibuku. Tidak ada ketertarikan sama sekali darimu yang dapat mencuri perhatianku. Karena, dulu aku begitu cuek dan tidak begitu peduli dengan orang bahkan lingkungan sekitar.
Namun, hal itu berbeda sekarang. Tepatnya sudah lima tahun berlalu sejak tahun itu, aku lupa awal bagaimana dan kapan aku mulai mendekatimu. Tanpa sadar dan tanpa berpikir. Lalu aku bertanya-tanya, Bagaimana jika kamu sudah memiliki kekasih? Bagaimana jika kamu sudah ada seseorang yang kamu sukai? Pada akhirnya aku panik dan mencoba dengan santai untuk menyikapi hal tersebut. Tapi, aku tidak peduli akan hal itu!
Seiring waktu, komunikasi kita pun berjalan, bahkan aku sempat mengungkapkan rasa sukaku terhadapmu. “Aku suka kamu, apapun yang ada di diri kamu," ungkapku santai.
“Tapi, apa tidak apa-apa jika menyukai seseorang yang sudah memiliki kekasih?” jawabmu.
"Memang kenapa? Menyukai seseorang yang sudah memiliki kekasih bukan berarti sebuah pernyataan cinta, hanya mengungkapkan sebuah kekaguman terhadap lawan jenis saja," balasku dengan nada santai yang berusaha untuk tegar.
Setelah beberapa saat balasan SMS terakhirku itu, kamu pun tidak merespon dan yah, aku berpikir untuk tidak meneruskan pembahasan itu. Lalu terdengar getar dan ringtone whisper dari smartphone yang aku genggam.
“Terima kasih atas perasaanmu.” Balasan SMS-mu yang hampir satu jam lamanya kutunggu-tunggu.
“Iya sama-sama, sudah tidak usah dipermasalahkan lagi ya, sampai kapanpun aku akan tetap suka dengan apa yang ada di dirimu," ungkapku pada balasan berikutnya.
“Terima kasih :)" Dua kata yang kamu berikan saat malam itu untuk mengakhiri perbincangan kita tentang perasaan yang terbang entah ke mana.
~~
Beberapa hari setelah hari itu, kita berdua mencoba untuk berkomunikasi dengan baik, dan bertukar pikiran satu sama lain dengan menghabiskan waktu bersama yang mungkin menurut kebanyakan orang itu adalah kencan. Tapi menurut kami, itu adalah cara yang baik untuk bertukar pikiran dengan seseorang. Bahagia dan tertawa bersama. Tanpa sadar aku semakin menyukai dirinya. Itulah jatuh hati.
Beberapa bulan sebelum bertemu denganmu, aku selalu berpikir untuk mengakhiri hubungan pacaran yang sudah aku jalin dengan mantan pacarku. Sudah menginjak tiga tahun lamanya, sayang? Iya dibilang sayang untuk mengakhiri hubungan yang sudah dijalin lama itu tidak mudah seperti mencari pacar baru dengan siklus pendekatan – jadian – putus lalu – pendekatan dengan wanita lain. Tapi dengan niat baik, aku berharap semua akan tetap baik-baik saja bahkan menjadi lebih baik untuk kami berdua. Begitu pula denganmu yang mengambil sikap seperti itu dengan mantan pacarmu yang menurutmu dia tidak begitu serius dengan hubungan kalian.
Tepatnya tanggal 29 Agustus kemarin, aku ingat betul tanggal itu, hari di mana yang aku merasa bahwa itu bukanlah diriku yang sebenarnya. Mengapa? Karena untuk pertama kalinya aku memulai perbincangan serius dengan kedua orang tuamu dengan pernyata bahwa “Saya serius dengan anak bapak dan umi, dengan ketidakmampuan saya saat ini, saya tidak peduli akan hal itu, tapi saya yakin dengan niat baik bahwa semua akan menjadi baik!” Kataku yang sedikit gugup dan tidak percaya bahwa seorang pemalu sepertiku berani mengatakan hal seperti itu.
“Bapak dan umi senang dengan apa yang sudah kamu nyatakan, kami berharap yang terbaik untuk hubungan kalian,” ungkapnya dengan senyum bahagia yang terukir jelas di wajahnya.
“Alhamdulillah kalau seperti itu, semoga Allah SWT meridhoi jalan kami” ucapku dengan rasa senang dan bahagia yang terlalu berlebihan. Hehehe.
Malam itu adalah malam yang tak terbayangkan hingga tak bisa kulupakan, bisa dibilang sih, itu pertama kalinya aku bisa membuat sebuah pernyataan yang aku pikir tidak mudah. Dan mungkin akan mengubah segalanya dalam hidupku ke depan. Karena aku merasa, aku harus bisa memilih jalanku sendiri sebagai seorang anak laki-laki yang sudah menginjak umur 22 tahun. Tapi aku tidak peduli akan hal itu, karena aku sangat menikmatinya!.
Misna, terima kasih sudah menjadi perantaraku dengan Tuhanku, awalnya aku berpikir ketakutan jika hal ini terulang lagi. Karena aku mempunyai pengalaman yang tidak begitu menyenangkan dengan Tuhanku di masa lalu. Dengan usaha dan doa serta konsisten dengan apa yang sudah dimulai, aku yakin karena Allah, pilihanku kali ini untuk diriku menjadi pria yang lebih baik karena-Nya. Melaluimu, wanita yang mengagumkan.
Selalu tersenyum, selalu semangat, dan selalu menjadi wanita yang mengagumkan untuk diriku. Dari aku yang sedang mengusahakanmu karena-Nya.
****
This post written by contributors. Berminat menjadi kontributor blog ini? Silakan baca ketentuannya di sini.
****
Proofreader : Uni Dzalika
Penulis :
Diendi Pratama
Facebook : Diendi Pratama
Instagram : diendipratama
Path : Diendi Pratama
Line : Diendi Pratama
Tumblr : diendipratama.t umblr.com
Path : Diendi Pratama
Line : Diendi Pratama
Tumblr : diendipratama.t
Wah kontributor blog nih, caranya gimana mbak ?
BalasHapusItu, silakan cek link yang tercantum di bawah postingan, kak. Ditunggu, ya :)
Hapuswihhh, jagoan, umur 22 udah berani nemuin orangtuanya dan ngasih pernyataan yang super dewa gitu. kalo gue mah, jangankan ngomong duduk seblahan aja bisa pipis dicelana duluan.
BalasHapusPractice makes perfect, kak :D latihan dulu biar nggak gugup
HapusWah cinta bersemi di tempat magang, kayaknya jadi cerita ftv bagus nih.
BalasHapusAku suka cerpennya, jalan ceritanya ringan dan mudah dipahami. Hebat juga si aku, baru 22 udah ngelamar anak orang. Orang umur segitu kebanyakan masih main-main atau sibuk kuliah.
Yep, benar. Apalagi lakik, usia segitu masih muda banget buat ngambil langkah ke sana. But life is a choices, right? :)
HapusWaduh ini ngelamar anak orang, tapi belum putus ya sama pacarnya... Nah loh, dapat yang lebih baik tapi kudu harus bilang baik-baik tuh sama si mantan yang udah 3 tahun pacaran.
BalasHapusKeberaniannya mah gue kasih jempol deehhh...
Kondisi kami berdua sama, masih status berpacaran. :D
Hapuskeren nih ceritanya mbak
BalasHapusdan itu pria banget deh, ngomong gitu di depan orang tuanya. jaman sekarang kayaknya udah jarang ada yg berani gitu.
wih, contributor ya... jadi pingin ikutan ah
ahhahah
Ditunggu kontributornya, ya :)
HapusHehehe terima kasih ya, alhamdulillah tulisan pertama saya yang amburadul ini disukai. Semakin termotivasi untuk belajar menulis.
BalasHapusMohon doakan kami ya. Semoga bisa dipersatukan oleh agama dan negara. Segera menghalalkan beliau. Amin.
hahaha... mantap...
BalasHapusmelankolis banget bacanya....
tapi gue masih kejauhan kalo ngomongin nikah2...
hehehe
ketauan deh bocahnya...
Ah, sama, kejauhan juga nih aku bahas itu. Masih anak bawang, hehe.
HapusEhm, gue kok seperti merasakan apa yg sedang terjadi... Ini mah, kasiham sama yg udh pacaran 3 tahun dan udah ngelamar dan kalian berdua masih punya pasangan masing... Emang rumit kalo bahas cintaa...
BalasHapusGue gak bis komentar banyak, kalo ini True story, semoga bahagia.
Terima kasih doanya :D
HapusKalo boleh dibilang, si aku ini mirip dengan saya, haha...
BalasHapussaya jadi kepikiran, apakah nanti bisa ngomong kayak gitu ya...
apalagi di dpn org tua si kekasih... waduh, ga kebayang dah pokoknya...
tulisannya keren, sangat menyentuh sekali... :')
Lebih keren dari tulisanku, ya? :p Ayok, kamu jadi kontributor juga, yuk :)
HapusLebih keren dari tulisanku, ya? :p Ayok, kamu jadi kontributor juga, yuk :)
Hapusjadi pengen nikah bawaannya nih, melamar dengan segala kesiapan dan izin Allah hehe.
BalasHapusbtw kontributor blog sih apa?
Itu, kalau kamu mau nulis di sini, bisa. Ikuti aja syarat dan ketentuannya di atas, ya :)
HapusKisah nyata kan? Saya iri, umur 22 tahun sudah berani melamar.
BalasHapusSedangkan saya?
Masih bingung kepada siapa saya melamar :)
Hubungannya itu sebenernya bagaimana?
Hehe, sama2 punya pacar tapi saling deket, trus akhirnya melamar? :D
Kondisi waktu itu kita sama masih punya pacar, tapi berhubung kami berdua jg sudah jenuh untuk pacaran dan tidak ada peningkatan dalam hubungan. Yah akhirnya kurang lebih seperti itu.
HapusInshaAllah dalam waktu dekat. Mohon doanya ya :D
Oke siap,
Hapuskalau untuk kebaikan mah doa siap untuk meluncur :D
Semoga cepat tercapai niat baiknya... aamiin :)
Gentleman :)
BalasHapusLaki2 yg serius pasti akn berbuat demikian..mendatangi orang tua si gadis. Ceritanya mainstream sih tp overall bagus. Mudah dipahami.
Gue datengin orangtuanya palinh bilang kalo mau ajak jalan hahahaha
BalasHapusGak sopan bgt emng
Kalah nih gue
Jadi malu
Ahhh so sweeet...aku pikir yg nulis cewek..krena udah biasa..tapi ternyata cowok..ahhh ada enggak ya yang bisa kayak bgini ehwhehe...tapi awalnya ehm..agak apa ya..krena sama sama udah punya pacar dan ttp ngomongin suka..jadi tercipta dri apa ya namanya...ga single single gitu..
BalasHapusWuah.. ada kontributor blognya segala. Gaul ah hehe
BalasHapusTulisannya asik nih, nggak kaku.. salut sama cowoknya langsung berani nemuin ortu ceweknya dengan bermodalkan niat baik saja. :D
Tulisannya bikin baper, euy. :D Ngalir aja gitu dibacanya. Curahan perasaan emang paling smooth untuk dituliskan.
BalasHapus