1/ Aku menjauh ;
Kamu mestinya sadar betapa aku terlalu posesif. Aku bisa saja membuatmu menderita dengan segala rengekan agar kamu tetap bersamaku. Tapi tentunya tak akan kulakukan, sebab bahagiamu, adalah bahagiaku juga. Karenanya aku menjauh dan membebaskanmu. Kamu tetap nomor satu tapi tidak perlu selalu bersamaku.
2/ Aku memutuskan komunikasi ;
Ini juga. Kamu pastinya ingat seberapa protektif aku terhadap semua kesayanganku. Seberapa sering aku mengingatkan untuk sarapan, makan malam, dan mandi. Juga sering kali bertanya sedang apa, di mana, akan ke mana. Aku terus begitu sekali pun jarak kita sudah terpisah darat dan lautan. Kamu tentunya tidak akan nyaman jika selalu ada aku, maka, lebih baik begini.
3/ Aku bungkam ;
Saat di depan orang-orang bertopeng itu aku memilih diam, mengikuti alur mereka. Membiarkan mereka bergunjing dan membicarakanmu dari segala sisi. Bukannya aku tidak punya kekuatan untuk membelamu, aku hanya tak ingin menguras tenaga di depan mereka. Bukankah yang terpenting adalah, serapa jauh orang terdekatmu tahu bagaimana kamu. Bukan seberapa penting menghilangkan gunjingan itu.
4/ Aku tidak datang ke pernikahanmu ;
Hey, aku serius sibuk, bukan sok menyibukkan diri. Kau tahu itu. Kau yang mengajari aku untuk tenggelam dalam segudang aktivitas agar aku tidak mudah melamun. Tapi alasan lain di balik itu, aku khawatir tidak bisa tersenyum tulus saat hari sakralmu itu. Kau tahu, sahabatku yang begitu mencintaimu patah hati karenanya, dan aku ikut larut dalam kesedihan itu. Aku juga menyesal karena membuat cerita fiksi tentang kita yang diterbitkan dalam buku antologi Lembar Cinta, dan sialnya cerita tersebut menjadi kenyataan. Sungguh, aku bahagia melihatmu bahagia, hanya saja ketidakhadiranku tentu bisa membuatmu lebih bahagia.
5/ Aku berhenti bercerita ;
Hey, bukankah kita pernah berbeda pendapat, sering beradu argumen, tapi lebih banyak sepakat dalam beberapa hal? Tentunya kamu masih menjadi satu-satunya orang yang mengetahui aku, lebih dari siapa pun. Aku berhenti bercerita padamu bukan karena aku tidak percaya. Aku hanya mengubah diriku menjadi lebih terututup dalam segala hal. Aku hanya ingin duniaku lebih sepi. Dan sepi bukan berarti sendiri. Aku tahu kamu selalu ada.
Ini adalah alasan-alasan yang tidak pernah kamu tahu selama bertahun-tahun. Awalnya kupikir biar saja alasan ini kupendam, kubawa sampai ke liang lahat, dan kuceritakan pada malaikat Izrail nanti. Tapi semalam aku bermimpi. Malaikat Izrail datang padaku, bilang ia enggan mendengar celotehku, mengatakan bahwa surga akan tertutup karena bisa jadi kamu menyimpan kekesalan padaku. Jadi, lima alasan ini aku jelaskan padamu sebelum mati. Agar tidak ada kesalahpahaman lagi. Sungguh aku tak ingin membuatmu sedih.
Setelah ini, aku akan tenang menjemput maut. Terima kasih telah menjadi teman terbaik.
.
Sincerely,
Aku. Yang terlalu sering menyia-nyiakan waktu.
Nice written Uni :)
BalasHapusAw, thanks alot, Mak :')
HapusTerkadang memang harus begini ya,. Bicara tentang apa yang dirasa. Bagus Uni..
BalasHapusIya, alasan itu perlu ada, tapa bukan yang mengada-ada :) thanks sudah baca
Hapuseh, ini curhatan tentang pacal ya Un? eh mantan pacal,
BalasHapus