Uni, aku heran, kenapa ada orang aneh sepertimu.
Iya, kamu. Kalau diminta menghitung aljabar atau logaritma, dahimu berkerut, jika dipaksa, kamu akan menangis. Katamu pusing. Bilangan angka yang tersusun bagaikan jarum, menusuk otakmu. Tapi jika urusan menulis, membaca, bercerita, menyanyi, (belanja), kamu sangat antusias. Ya, itulah kamu.
Hari ini aku melihatmu tersenyum, aku bersyukur karenanya. Juga lihat kamu sempat bertengkar kecil dengan ibumu. Aku lega. Pertanda, kamu dan ibumu sudah kembali ke keadaan biasanya, kondisi di mana ibumu telah (sedikit) sehat. Namun malam kemarin aku melihatmu menangis. Kenapa?
Aku tahu sekali, kamu adalah orang periang dan aktif bersosialisasi. Tapi kamu pandai menyembunyikan perasaan sesungguhnya. Kamu lihai menyimpan masalah. Apakah enak menjadi orang seperti itu? Sepertinya, kamu semakin kurus karena terlalu banyak pikiran. Sebagian menyebutnya itu kondisi stres. Tapi aku tidak mau menyebutmu stres, aku tahu kamu hanya tidak ingin orang lain merasa khawatir. Maaf, aku prihatin. Tipe orang sepertimu sangatlah menyedihkan.
Kamu jangan menangis lagi. Bukan, aku tahu kamu jarang mengeluarkan air mata. Menangis di sini maksudku 'menangis' --sedih berkepanjangan yang bahkan air mata sudah tak sanggup lagi keluar--. Aku sakit melihatmu begitu. Aku tahu kamu bukan sedang patah hati karena cinta. Kamu tak akan sudi berurai air mata untuk urusan itu. Jadi, kamu kenapa?
Kamu tahu, aku bukan cermin. Kamu bisa saja menatap cermin, kemudian tersenyum semringah padahal pikiranmu sedang kalut. Sayangnya aku bukan cermin. Aku hidup dalam bagianmu, aku tahu apa yang kamu rasakan.
Kamu, tolonglah berhenti menjadi orang yang seperti ini. Tolong ucapkan 'tidak' ketika memang diperlukan. Aku prihatin dengan fisikmu, yang pergi dari satu kota ke satu kota lain dalam sehari. Tidak perlu lakukan semuanya sendirian, sayang. I kno you often feel happiness in many hours and there are a lot of reasons to smile every single day. I kno you were multitalented girl, but sometimes a person cannot handle everything by theirselves.
Aku sejujurnya sakit melihatmu tersenyum terus, kamu mengabaikan aku yang semakin hari (sebenarnya) semakin retak. Jangan kunci aku dalam kebahagiaan semu yang kamu tunjukkan. Biarkan aku terlihat apa adanya.
Aku yang hidup dalam bagianmu,
Hati.
Uniiiiiiiiiiiio
BalasHapusUniiiiio
BalasHapus