Pernah nggak, kamu dengar alam bernyanyi? Atau, pernah nggak, kamu berkomunikasi dengan alam?
Saya sering sekali. Pernah suatu waktu di masa lalu, orang tua seorang teman perempuan (mari kita anggap sebagai teman saat itu) mengatakan saya tidak boleh lagi berteman dengan anaknya. Katanya saya aneh.
"Dia sering berbicara dengan bunga-bunga dan memeluk pohon. Dia sering tertawa melihat kupu-kupu dan bermain dengan jangkrik. Jangan ditemani lagi, dia kayaknya kurang waras," begitu kata ibunya, di depan saya. Sejak itu kami tidak pernah berkomunikasi lagi sampai detik ini.
Dulunya saya bertanya-tanya, mengapa saya dianggap aneh?
Padahal alam dan hutan juga mahkluk hidup yang bisa diajak berkomunikasi. Padahal, kita bisa #DengarAlamBernyanyi jika mau mendengarkan dengan saksama.
Tetapi, akhirnya saya di masa sekarang mengerti. Ternyata tidak semua orang bisa mendengarkan alam bernyanyi. Tidak semua orang mampu memahami bahasa alam dengan baik.
Saya sering mendengar cuitan burung di pagi hari dan rasanya menyenangkan sekali. Tetangga saya di samping dan belakang rumah memiliki Burung Jalak Bali dan Burung Lovebird. Suaranya riang terdengar sampai ke kamar. Mereka beberapa kali meminta maaf karena burung mereka berisik, dan dengan riang saya katakan tidak masalah!
Di malam hari, saya bisa mendengar katak dan jangkrik saling berlomba mengeluarkan suara merdu. Memang di sini sudah menjadi perumahan dengan semen dan tanpa pohon rindang, tapi di rumah saya hewan-hewan tersebut masih ada dan senang mengobrol.
Saya suka suara-suara hewan yang berbicara dengan bahasanya masing-masing. Termasuk kelinci saya, kami aktif berkomunikasi dalam bahasa berbeda.
Saya juga suka sekali dengan keramaian hutan dan mendengarkan mereka berkomunikasi dengan caranya sendiri. Setelah diingat lagi, saya memang lebih sering ke hutan daripada ke pantai. Di pantai sepi. Dan saya tidak bersahabat dengan air.
Beberapa hutan yang saya kunjungi selalu menyambut saya dengan baik dan saya menikmati sambutan ramah dari semilir angin, tanah basah yang dijejaki sepanjang perjalanan, ranting-ranting yang tidak mengeluh ketika patah karena terinjak, dan banyaknya pohon besar terlihat merunduk sambil melambai pada saya melalui dedaunan rindang. Saya suka sekali di hutan. Barangkali, karena sejak kecil saya selalu mencari hutan tiap kali kesepian dan butuh perlindungan.
Nyanyian-nyanyian itu juga bisa didengar setiap hari di hutan kita. Hutan di Indonesia secara keseluruhan memiliki luas lebih dari 95 juta hektare, dan masih banyak yang belum saya kunjungi.
Nyanyian-nyanyian itu juga bisa didengar setiap hari di hutan kita. Hutan di Indonesia secara keseluruhan memiliki luas lebih dari 95 juta hektare, dan masih banyak yang belum saya kunjungi.
#IndonesiaBikinBangga karena memiliki banyak hutan hidup!
Saya ingin sekali bertemu dengan beragam burung hutan dan binatang lainnya. Tentu di hutan juga hidup beraneka-ragam ribuan flora dan fauna yang menggantungkan kehidupan mereka pada hutan, termasuk kita.
Hutan hujan tropis juga merupakan paru-paru dunia, tempat di mana oksigen diproduksi untuk manusia dan makhluk lainnya bernapas. #HutanKitaSultan sekali, sungguh anugerah bisa tinggal di Indonesia.
Kalimantan Tengah mengalami deforestasi tertinggi
Oh ya, tahukah teman-teman, pada tahun 2016, Kalimantan Tengah mengalami deforestasi tertinggi yaitu lebih dari 400.000 hektare! Tidak hanya di Kalimantan Tengah, di beberapa propinsi lain juga mengalaminya.Sumber foto : forestnews
Deforestasi adalah kegiatan mengubah area hutan menjadi lahan bukan hutan secara permanen untuk kepentingan pribadi atau manusia. Deforestasi bisa disebabkan oleh kebakaran, baik disengaja atau tidak, juga bisa karena penebangan hutan.
Lalu bagaimana nasib hutan kita jika hutan terus-terusan ditebang, dibakar secara sengaja, dan diambil hasil alamnya tanpa tahu akibat yang ada di belakang? Jelas luas hutan akan berkurang, tentu saja mengurangi daerah resapan air.
Lalu bagaimana nasib hutan kita jika hutan terus-terusan ditebang, dibakar secara sengaja, dan diambil hasil alamnya tanpa tahu akibat yang ada di belakang? Jelas luas hutan akan berkurang, tentu saja mengurangi daerah resapan air.
Saat musim hujan tiba, tanah longsor dan banjir menjadi ancaman dan sangat sulit untuk memperbaikinya lagi. Hutan hutan kita ini sebetulnya sudah berteriak meminta pertolongan, tapi masih banyak yang belum bisa mendengarkan mereka, atau sebetulnya acuh karena memenangkan kepentingan pribadi.
Sebagai anak muda yang masih punya masa depan panjang, saya dan kamu semua adalah salah satu harapan yang dipunya. Bukan menjadi pahlawan yang menyelamatkan dunia secara heroik, tapi dengan gerakan kecil yang bisa dilakukan bersama hingga tanpa kita tahu menjadi besar. Mari kita menjadi #TeamUpforImpact untuk alam.
Nah, Reboisasi adalah salah satu cara #UntukmuBumiku mengembalikan fungsi hutan yang sudah gundul. Meskipun membutuhkan waktu lama, reboisasi sudah terbukti bisa menjadi salah satu jalan keluar untuk menyelamatkan hutan. Tapi tentu saja akan lebih baik jika tidak ada yang menebang pohon secara ilegal, bukan?
Kamu juga bisa menyumbang untuk penyelamatan hutan dengan cara mendengarkan lagu Dengar Alam Bernyanyi di platform music streaming di :
Hal yang Bisa Kita Lakukan untuk Menjaga Hutan
Selain itu, kita juga bisa ikut melestarikan hutan bakau atau mangrove. Pohon mangrove berguna untuk menahan air laut agar tidak mengikis tanah di garis pantai. Selain untuk mencegah erosi dan abrasi, hutan mangrove juga bisa dijadikan rumah untuk berbagai jenis ikan. Dan secara ekonomis, kayu dari pohon mangrove juga bisa digunakan untuk kepentingan manusia.Kamu juga bisa menyumbang untuk penyelamatan hutan dengan cara mendengarkan lagu Dengar Alam Bernyanyi di platform music streaming di :
Spotify | Apple Music
Karena royalty yang didapat akan digunakan untuk kegiatan perlindungan hutan, lho. Jadi yuk, kita dengarkan sesering mungkin! Selain itu, kamu juga bisa mendengarkan dan menonton videonya di YouTube:
Sedikit atau banyak, usaha tetap lah usaha. Demi melindungi hutan, kita bisa membantu dari sekadar mendengarkan musik sampai ikut kegiatan reboisasi atau konversi hutan. Tidak ada kata terlambat, bukan?
Jadi, apakah masih sehat bumi kita?
Mungkin kita bisa mencoba mulai mendengarkan lagi nyanyian-nyanyian alam. Tentang bagaimana burung bernyanyi, bagaimana angin bertiup, atau bagaimana awan-awan berubah bentuk. Mungkin ada pesan untuk manusia yang terbawa di tiap hembusannya, atau di tiap tetes hujan yang jatuh untuk manusia. Alam dititipkan Tuhan di tangan kita, sudah sewajarnya kita sekuat hati menjaga.
Sedikit atau banyak, usaha tetap lah usaha. Demi melindungi hutan, kita bisa membantu dari sekadar mendengarkan musik sampai ikut kegiatan reboisasi atau konversi hutan. Tidak ada kata terlambat, bukan?
Jadi, apakah masih sehat bumi kita?
Mungkin kita bisa mencoba mulai mendengarkan lagi nyanyian-nyanyian alam. Tentang bagaimana burung bernyanyi, bagaimana angin bertiup, atau bagaimana awan-awan berubah bentuk. Mungkin ada pesan untuk manusia yang terbawa di tiap hembusannya, atau di tiap tetes hujan yang jatuh untuk manusia. Alam dititipkan Tuhan di tangan kita, sudah sewajarnya kita sekuat hati menjaga.
💕💕💕💕
BalasHapusnyanyian yang nyaman dinikmati sekaligus mengingatkan kita supaya bisa menjaga dan melestarikan alam. Bisa membuat pesan lebih mengena.Campaign seperti ini memang kreatif banget sih menurutku
BalasHapusIya sekarang banyak hutan yang rusak ya, padahal keberadaan hutan begitu penting.
BalasHapusDan aku baru tahu, ternyata dengan kita ikut mendengarkan lagu Dengar Alam Bernyanyi bisa turut menyumbang untuk penyelamatan hutan ya. Semoga banyak yang ikut berpartisipasi. Aamiin....