Hi, Assalamualaikum!
Waktu kamu membaca tulisan ini, saya berada di tengah jalan, luntang-lantung bersama seorang driver online yang saya pesan dari Stasiun Bojong menuju rumah. Bensinnya mendadak habis saat kami berada di tengah jalan lenggang di mana hanya ada pepohonan sejauh mata memandang. Ini pukul 01.21 pagi dan saya terjebak di tengah jalan, belum pulang, mendadak lapar, and I don't know waht I'm I suppose to do selain iring-iringan sama abangnya nyari pom bensin. Sementara beliau sibuk geret motor, saya menulis ini...
Saya pulang selarut ini karena baru selesai menghadiri sebuah acara Gala Premier Dua Kodi Kartika di Epiwalk Kuningan, Jakarta (01/09/16). Sebuah film dokumenter tentang perjalanan bisnis Pemilik KéKé, Ibu Ika Kartika, atau yang biasa dipanggil Bunda.
Siapa dari kamu yang belum tahu brand KéKé? Saya tahu banget. Sejak kecil, Bundo suka sekali membelilan baju KéKé untuk saya meskipun saya tahu Bundo nggak punya cukup uang untuk itu. Dulunya, pakaian merek KéKé sangat bergengsi dan mahal banget. Sekarang sih alhamdulillah, mau beli dua kodi juga sanggup #BraggingSopan
Nah. Film tersebut semacam memberitahu bagaimana Bunda Ika yang memiliki tiga putri, dapat multitasking menjalankan bisnis, menjalani kehidupan sebagai seorang ibu, seorang istri, dan seorang pemilik bisnis. Bunda yang dulunya mau kuliah di LN tapi dilarang orang tua karena kejauhan, akhirnya setelah menjadi orangtua, (noted : tahu kan, bedanya orangtua dan orang tua?) malah pengin anak-anaknya kuliah di LN. Para putrinya pun berhasil sekolah ke Aussie karena perjuangan Bunda membesarkan usaha KéKé ini.
Di film itu juga kita dikasih pesan moral betapa kita nggak boleh lupa tanah saat sudah menjunjung langit. Atau istilah lainnya, jangan sampai jadi kacang lupa kulit.
Film dokumenter ini digarap apa adanya dan pengambilan gambarnya dibuat senatural mungkin supaya lebih dekat dengan penonton, hanya saja, bagian dept - lighting - nya ini buat saya kurang maksimal karena beberapa lighting di film bocor dan kamera film kurang diatur tingkat kecahayaannya.
Selain itu, ada blur yang kurang tepat di beberapa scene. Mungkin tim kameramen, art director, dan director of photography (DOP) perlu lebih memerhatikan ini. Buat saya yang sangat mengagumi sinetografi dan kekuatan teknik, kekurangan itu sedikit mengganggu saya. Namun, terlepas dari kekurangan tersebut, film dokumenter ini must be on the list to watch because it has so many pesan moral dan cerita cinta yang Bunda tunjukkan.
Selain film ini, cerita tentang Dua Kodi Kartika juga bisa kita baca dalam sebuah buku biografo yang ditulis oleh CEO KéKé . Jangan lupa baca dan nonton, ya!
Ps. Saya senang banget bisa nonton ini bersama teman-teman Blogger dan terimakasih untuk Aris, atas undangan dan tiket gratisnya. So much happy for today (well, yesterday actually).
Baiklah. Sekadar info, saya sudah sampai rumah, tepat di depan pintu kamar. Terima kasih sudah membacanya! (*)
Gesrek banget sihh uni. Disaat kita genting mengkhawatirkan dirimu. Ehh terlahir karya ini, bener2 daebak! Makin kagum sama orang Padang(read: uni). 😁
ReplyDeleteGesrek banget sihh uni. Disaat kita genting mengkhawatirkan dirimu. Ehh terlahir karya ini, bener2 daebak! Makin kagum sama orang Padang(read: uni). 😁
ReplyDeleteSemoga film ini bisa digarap dengan lebih serius lagi ya kak, agar bisa dinikmati banyak orang tentunya....
ReplyDeleteDan karena film ini uni dan Uda bertemu 😘😘😘
ReplyDeleteBTW, Bunda panutan juga ya seorang ibu yg keukeuh menjalankan Bisnis. Aku udh pingin berbisnis dari Kuliah tapi up and down
pukul 1 pagi bersama orang asing?? gak kebayang bila itu terjadi pada saya Mba, mungkin saya udah menangis kali karena ketakutan, huhuhu :(
ReplyDeleteYaampun Uni. Nulisnya pas lagi bikin orang panik banget? *salfok*
ReplyDeletehahaha ku salfok sama UNi yang bagian bragging sopan:P
See u kapan2 lagi UNI :D
haduh.... aku punya tmn orang padang juga sama kata uni.....
ReplyDeletekeren deh... 5 jempol buat uni :D