Patah
hati bukan lagi soal sepi ketika kita menemukan seseorang yang lebih berarti.
Saya, ketika sedang sejatuh-jatuhnya, menemukan seseorang yang mengulurkan
tangan dan membangkitkan rasa percaya diri saya yang sebelumnya hancur karena
urusan patah hati. Tepatnya bulan Juli 2013 kami bertemu –hanya di media
sosial, tentunya, dalam ajang kegiatan menulis #JuliNgeblog yang diadakan oleh
teh @NitaSellya lewat akun twitter-nya.
Namanya
Arif, yang banyak dikenal orang dengan sebutan Jung. Melalui akun twitternya @jungjawa, saat itu dia
menyapa saya dan mengomentari salah satu tulisan #JuliNgeblog yang saya buat.
Atas nama itikad baik, saya pun mengomentari tulisannya di blog. Lepas dari
kegiatan itu, kami tetap berkomunikasi lewat mention dan beberapa kali
mendiskusikan tentang apa-apa yang kami tulis. Duh, jika ingat momen itu, baik
saya maupun dia sungguhlah butiran debu yang suka menempel di jendela; tulisan
kami payah dan tidak bermutu, isinya kopong. Saat itu blognya masih
jungjawa.blogspot.com dan saya masih chairanidzalika.blogspot.com yang belum
domain. Isinya berantakan, curhat tidak jelas, viewers seadanya. Ah, rupanya
kita pernah ada di masa-masa payah itu :D
Suatu
waktu, masih di tahun 2013, dia mention seorang teman plus desain hasil
buatannya sendiri, berupa gambar ucapan selamat ulang tahun. Gambar yang sangat
sederhana dan belum halus sentuhannya. Lalu dengan asal saya mention, “Buatku mana?” karena kebetulan
Agustus saya berulang tahun. Lewat obrolan sepele itu kami menjaga komunikasi.
Lain hari, dia posting desain berupa
gambar dirgahayu Indonesia buatannya, pernah juga memamerkan salah satu ava followersnya yang dia edit dalam
bentuk vektor dan dalam captionnya
bertuliskan, “Siapa yang mau dibuatkan kayak gini? Hanya untuk tiga followes
tercepat.” Lalu dua jam kemudian, dia tampilkan tiga ava followersnya yang sudah dalam bentuk vektor. Memang dasar saya yang suka mencampuri urusan orang lain,
begitu melihat desain dia, saya merasa dia memiliki potensi yang besar untuk
menjadi seseorang yang hebat. Saya katakan padanya, saya juga mau dibuatkan.
Bukan karena ingin, tapi karena saya mau lihat bagaimana respon dia dalam
menolak atau menerima suatu hal. Dan sesuai dugaan, dia katakan, “Maaf, cuma untuk
tiga orang tercepat.” Dari sana saya tahu, dia konsisten dengan ucapannya dan say
simpulkan, ia tegas dalam mengambil keputusan.
Saya
pun adalah tipe yang suka sekali membuat konsep, sayangnya rekan yang biasa
memberikan ide dan teknis, adalah yang membuat saya patah hati. Maka ketika dia
pergi, konsep, ide, perencanaan, untuk mimpi-mimpi saya, luruh bersama air mata
yang nggak berhenti selama dua tahun. Oke, ini lebay. Tetapi Jung datang dan
saya yakin bisa menjadikan dia sekutu dalam merealisasikan apa-apa yang selama
ini hanya ada dalam pikiran saya. Saya pun memancing dia, dengan mengatakan
kalau saya ada perlu. Dari yang awalnya mention,
akhirnya saya DM dan bilang bahwa saya butuh kontaknya karena urusan ini akan
panjang. Dengan mudahnya dia kasih nomor whatsapp
dan sejak hari itu kami bertahan komunikasian sampai detik ini. Kali pertama
komunikasi, dia judes banget, “Apa?”
katanya setelah saya intro panjang lebar.
“Mau
request hadiah ulang tahun, nih. Please. Aku akan bayar untuk itu.”
“Apa?”
tanyanya lagi.
“Waktu
itu kamu bilang desain blog kamu itu, bikin sendiri kan ya? Tolong betulin blog
aku dong. Dikerjain lama juga boleh.”
“Hm.
Kenapa minta tolong aku?”
Karena aku sedang menguji kamu, Jung.
“Karena
aku nggak mungkin minta tolong mantanku. Nih, password sama alamatnya, tolong
ya,” kata saya sambil mengetik alamat surel dan password saya, begitu saja.
“Kenapa
kamu bisa percaya aku dengan gampangnya? Kita baru kenal loh.”
“Aku
percaya. Tolong ya,” tulis saya dalam chat. Sebetulnya, sejujurnya, saya nggak
percaya. Saya bukan tipe orang yang gampang percaya, bahkan dengan orang
terdekat sekalipun saya tidak mudah menaruh kepercayaan saya. Tapi kenapa
dengan mudahnya saya berani memberikan rahasia penting berupa password ke dia? Karena seperti yang
saya jelaskan di atas, dia akan saya jadikan sekutu, dan untuk membuat dia
percaya pada saya, saya harus memberikan kepercayaan terlebih dahulu. Saya
sudah pikirkan risiko dan konsekuensinya, kok. Tetapi dia baik, dan tidak
berlaku jahat lewat blog saya, dan menyelesaikan desain blog pada bulan
September, dengan tampilan yang serba ungu pastel. Karena saya perfeksionis,
ketika menemukan sedikit saja cacat, saya langsung komplain, minta revisi.
Mengatakan kalau desainnya belum halus.
Hari
berikutnya, dia kirimkan doodle
monster. Katanya sedang belajar. Dia tanya kurang di mana, dengan jujur saya
katakan bagian mana saja yang jeleknya. Lalu dia buatkan satu untuk saya.
Singkat cerita, hari-hari berikutnya kami sudah seperti terikat kerjasama tak
tertulis dan mulai membahas mimpi-mimpi kami, yang belum pernah terealisasi.
Lalu
saya lupa pernah patah hati.
Ada
sih, masa-masa saya kembali sedih, tapi saya rasa tak pantas bersedih karena kisah
patah hati Jung lebih menyakitkan dari saya; ditinggal nikah. Ahahah ahahah
ahahah. Tapi kami jarang membahas cinta, tak punya waktu untuk itu. Hampir
jarang juga menggunjingkan orang lain, kami sayang membuang waktu dengan hal
tak berfaedah. Tiap hari berkomunikasi, yang kami bahas selalu mimpi-mimpi dan
kasus sosial. Inilah alasan kenapa saya mau ngobrol lama sama dia, karena
selalu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
Waktu itu dia sudah mengganti alamat
blog-nya menjadi jungjawa.com dan kami sedang blogwalking ke blog para blogger, mencari siapa yang bisa kami
jadikan sekutu lagi untuk diajak kerjasama. Namun hampir seminggu, nihil yang
kami temukan. Saat itu masih banyak blogger yang isinya tentang cinta dan
kegalauan. Kami benci itu. Kami belajar, bahwa menulis di blog bukan hanya yang
bisa dinikmati pembaca, tetapi juga harus bermanfaat. Karena tidak menemukan
apa yang kami mau, maka saya dan Jung merealisasikan mimpi kami, hanya berdua.
Mimpi pertama kami dikenal di twitter
dengan #30DaysSaveEarth , berupa ajang menulis di blog setiap hari dengan tema
lingkungan. Ini terinspirasi dari event nya teh Nita yang #JuliNgeblog dan
setelah mendapat izin dari teh Nit, kami adakan event itu bulan November 2013
dan diikuti oleh seratus lebih para blogger. Tahun 2014 bulan Oktober kemarin
event #30DaysSaveEarth kami adakan kembali dengan perencanaan yang lebih
matang.
Belum
selesai di sana. Kami mulai membahas tentang grup salah satu komunitas blogger
yang kadang terasa sia-sia ketika hanya bercanda siang malam tanpa ada sesuatu
yang dihasilkan. Lalu Jung mengusulkan untuk membuat e-magazine, di mana
majalah tersebut sebagai sarana untuk mengembangkan potensi tiap blogger dan
menjadi tempat untuk memajukan nama-nama para blogger. Alhamdulillah, niat itu
terwjud di Januari 2014 dengan banyak bantuan dari banyak pihak. Kita
mengenalnya dengan @NotifMagz .
Kami
pun mulai membuka proyek kecil-kecilan, di mana saya bertugas mempromosikan,
dan Jung mendesain pesanan yang masuk baik itu cover buku, desain blog, doodle,
desain kaos, digital printing, kartun nama, dsb. Menyenangkan, mengingat ini
adalah proyek saya dulu dengan seseorang-yang-tak-bisa-disebut-namanya, tetapi
berhasil terealisasi melalui tangan Jung.
Selain
membahas mimpi-mimpi kami, baik Jung atau saya selalu support kegiatan
masing-masing. Dia dengan desainnya, saya dengan tulisan saya. Ketika saya
memutuskan membeli domain menjadi unidzalika.com , dia banyak memberi masukan,
agar apa yang saya tulis lebih terarah, terstruktur, dan tidak melulu soal
fiksi. Dia pun lagi-lagi menjadi orang yang mendesain template blog saya untuk
yang kedua kali.
Awal 2015 kemarin, kami semacam
melakukan evaluasi, dan menemukan banyak hal yang sangat, amat berbeda dari
yang kami ketahui di awal perkenalan. Konten blog kami lebih berisi, lebih bermutu,
lebih banyak pengunjung, dan kami bersyukur akan itu. Kami mulai belajar
profesional, dengan memasang rate card, dengan melakukan konsinyasi, dan tidak
main gratis ketika meminta tolong. Mimpi kami belum selesai, dan saya masih
percaya bahwa kami, satu sama lain, akan membantu mewujudkan mimpi-mimpi kami.
But
hey, we didn’t fallin love to each other, no, never. Dia selalu mengirimkan
saya foto-foto gadis yang ia kagumi, dan saya pun bercerita tentang orang yang
saya cintai. Kami tidak pernah jatuh cinta dan saya menghargai, menyukai, dan
menghormati dia dengan porsi yang semestinya. Dia telah menaikkan derajat saya
dengan menulis profil tentang saya di blog-nya. Menghormati saya dengan terus
bertanya pendapat saya tentang desain dia, menjadikan saya kembali sadar untuk
tidak larut dalam kesedihan, dan menjaga
saya untuk tetap berpikir positif setiap saat. Dia adalah teman, adik, kakak,
sahabat, partner kerja, sekaligus guru buat saya.
Hai,
Rif, terima kasih, ya, selama ini sudah percaya sama Uni. Sudah jadikan saya
tempat cerita, tempat bertanya, tempat berdiskusi. Saya mungkin bukan teman
yang baik karena jarang sekali ada buatmu ketika kamu butuh, saya pun
seirngkali typo, menulis dengan bahasa yang sulit dimengerti, kadang sulit
sekali dihubungi, dan menyebalkan, tapi saya senang kamu mau berteman dengan
saya sampai sekarang, sejak 2013. Terima kasih karena sudah jadi pendengar yang
baik untuk Uni, dan maaf karena kamu selalu jadi pelampiasan tempat saya marah.
Saya suka sekali marah pada apa pun, siapa pun, tapi selalu saya sembunyikan
dan kepada kamulah semuanya ditunjukkan. Ingat, ditunjukkan, bukan ditujukan,
saya tak pernah marah ke kamu. Betapa saya sering menyusahkan dan seringkali
berkata kasar.
Ah,
saya pernah kesal jika kamu berkata, “Tenang aja, aku selalu ada di
belakangmu.” Sungguh, benci. Esok, jangan pernah ada di belakang saya, ya, kamu
harus ada di samping saya, kita sama-sama mewujudkan semua mimpi kita yang
belum tercapai di tahun lalu. Ayo bergerak, kita tidak punya banyak waktu.
Ps. Pernah diterbitkan di blog SocMedstory pada bulan Februari, dan dikopi ulang di blog ini.
Ini postingan untuk Jung yang keberapa kali?? :D
BalasHapusKesekiyaaaan~~~~ Tak terhingga pokoknya lah :))))
HapusLuaarrr biasaaa!!!
BalasHapusLol, thanks for stopping by :)
HapusKereeen! Kok bisa sih nggak saling jatuh cinta? Aku malah sama pacarku kenalan di twitter dan sekarang jadi pacaran hakhakhak
BalasHapusHahaha, seriously, cinta itu ga ada di sini. Tapi bener-bener komit kalau mau kerja bareng..
HapusWuih, semoga langgeng dan lekas naik ke pelaminan sama kekasihnya!!
Kenal dari Twitter. Jadian. HAHAHAHA.
HapusWah, so swit juga. Bisa ngasih password ke orang dengan gampangnya. Kadang ngikutin intuisi tepat, ya. :)
BalasHapusJangan di depanku karena aku bukan pengikut; jangan di belakangku karena aku bukan pemimpin. Namun, di sampingku karena kamu adalah temanku. Halah.