Mengenalmu,
Bertemu kamu,
Ada banyak sekali yang ingin aku lakukan, bersamamu.
Tapi semakin mengetahui kamu, ternyata membuat semua sifat-sifat burukku bangkit kembali. Kamu membawaku pada ingatan-ingatan yang telah lama kukubur. Menjadikan aku mengingat kembali tentang tempat, tanggal, kejadian, dan semua kenangan yang menyakitkan. Kamu mampu membuka luka lamaku, dan tanpa sengaja membangunkan segala keburukan yang aku miliki. Aku jadi begitu kasar, penuh ambisi, dan bersikap arogan. Aku pun bingung, kenapa bisa begini.
Aku takut ;
Bersamaku, hanya akan menjadi momok menakutkan dalam hidupmu. Sebab aku menuntut, mengatur, menyuruh, mengendalikan, juga membuatmu seakan aku selalu merendahkan semua laki-laki ; termasuk kamu. Tidak, tunggu! Bukan begitu maksudku.
Setahun lalu pernah ada seseorang yang meninggalkanku karena sifat di atas. Sudah kubunuh semua sifat itu. Dasar memang sifat jahat, mereka hidup lagi. Membuatku memanjakkan sifat itu, membiakkan mereka padamu. Kini sifat buruk itu membuatmu rela menjauhi aku selangkah per selangkah. Dan karena aku menyangkal keburukanku, kumuntahkan kalimat-kalimat bahwa kau arogan, dan dengan sarkas tak percaya padamu. Aku tahu mungkin aku terlalu memaksa atas semua kemauanku, terlalu menuntut untuk tak a b c, terlalu posesif. Parahnya lagi, ucapanku mungkin sering memojokkan dan menganggap bahwa aku tak mempercayai kamu. Bukan, bukan begitu.
Aku tahu sudah tak ada lagi ruang untuk menjelaskan bahwa inginku tak seperti ini ; salah paham, kemudian menjauh. Atau bahkan, tak kamu sisakan sedikit waktu untukku meminta maaf.
Sejujurnya aku percaya padamu. Sepenuhnya. Aku peduli, dan bangga padamu. Tapi rasa khawatir dan cemas membuatku melontarkan kalimat-kalimat "jangan bilang siapa-siapa" atau, "masa? emangnya kamu tahu?" Dan kalimat rendahan lainnya yang membuatmu tak nyaman. Kini aku berusaha untuk apatis dan tak peduli dengan semua urusanmu. Tapi...
Aku takut ;
Terhadap apa yang telah aku lakukan, barangkali membuatmu menjadi krisis kepercayaan diri. Sungguh, maafkan aku. Kamu adalah orang hebat dan aku percaya dengan seluruh tindakanmu 1000% . Tolonglah, terus menjadi orang yang pantang semangat dan tak menyerah. Kamu tak boleh mundur ketika ada permasalahan. Hadapi, cari solusi, sibukkan diri dengan diskusi, dan selalu dekatkan diri dengan sang Ilahi.
Setelah ini, kamu boleh menolak panggilanku, mengabaikan pesan-pesanku, menghapus tulisan ini, dan menjauhi aku... Namun kenangan tidak akan pernah bisa dihilangkan. Ia menjadi abadi dalam setiap ingatan. Sebab kita telah menjalin pertemanan, semoga esok kamu masih sudi memaafkan.
Ini bukan soal kerjaan, atau kelembagaan, atau perkuliahan. Ini soal kamu dan aku yang sedang mendirikan dinding permusuhan. Sekali lagi, maaf. Mungkin memang aku tak pernah layak menjadi seorang kawan. Satu hal lagi, di hadapanmu, aku bukan seorang lawan.
___________________
Untuk kamu, yang telah aku sakiti melalui kalimat-kalimat yang (mungkin) menyayat seperti sembilu. 07 Agustus, 2014
template barunya keren Un, tapi halaman awal agak kurang rapi yah :)Pasti yang bikinin Jung ;)
BalasHapusIni masih underconstruction om, hehe. Iya aku pesan di Jung :D
Hapus