Ini pernah diikutsertakan dalam lomba #MyLoveMyLife yang kemudian gagal menang T.T Saya harus lebih baik lagi dalam menulis (*.*)9
______________
Kusesap aroma tubuhmu yang begitu menyegarkan. Wangi. Aku sebagai perempuan, bahkan merasa malu karena membiarkan diriku apa adanya siang ini. Penuh keringat, bau apak, dan wajah kusam. Ah, kamu. Seminggu lalu kita bertemu dan kamu berhasil membuat jantungku seakan berhenti berdetak. Membuat napasku menjadi lebih pelan, dan bicaraku melambat. Aku takut, bagaimana jika segala rasa yang ada, berjejalan, keluar begitu saja di depanmu. Aku
malu, rasanya menyukainmu agak sedikit aneh. Kamu menarik, pintar, bersih, dan meskipun bau rokok selalu tericum dari mulutmu, aroma tubuhmu menyegarkan. Kamu bukan seleraku. Tapi bicara soal cinta, sebuah selera hilang begitu saja dan mampu membuatku terpaku padamu. Kamu mampu membuat segala hal yang sistematis menjadi hancur berantakan dalam agendaku. Pagi tadi kita bertemu, mata kita bersitatap, bibir kita berucap salam. Sayangnya kaki kita melangkah menjauh karena perbedaan aktivitas.
Aku ingat, alasanku mencintai kamu karena kamu punya daya ingat dan pola pikir yang luar biasa. Kamu memikat.
Hari ini, tepat setengah tahun saat aku merasa yakin bahwa kamulah orang yang telah mengisi mimpiku.
Aku terlalu pintar berbohong dan selalu mudah mencari alasan agar bisa berbicara denganmu. Aku senang kamu mau mendengar semua bualan yang terlontar dari mulutku. Tapi soal hati, aku benar
mencintai kamu.
Kemudian kita terpisah karena begitu banyak orang yang membenci diriku, berharap aku menjauhi kamu. Puluhan pasang mata melotot saat melihatku melempar senyum kearahmu. Ah ya, aku pantas dibenci. Mereka benci karena tahu, bahwa aku sudah bersama sahabatmu.
Tapi itu dulu, aku terikat dengan sahabatmu lima tahun silam. Kini kau datang padaku seperti biasa,
dan kubalas dengan senyuman seadanya. Kamu membawa seseorang yang menggandeng tanganmu.
Aku tahu, ada sesuatu yang berbeda saat mulutmu berucap beberapa kalimat,
"Kenalin, ini Ulfah. Pacarku. Semoga kalian akur."
Aku pikir hubunganmu dan aku akan berjalan baik karena aku ingat, dulu kamu mati-matian berharap aku putus dari sahabatmu. Aku segera menjabat tangan wanita itu. Cantik, dan aroma tubuhnya wangi. Tidak seperti aku yang bau polusi. Kalian berdua tersenyum, dan aku tak sanggup berkata apa pun, kecuali satu,
"Selamat."
______________
Kusesap aroma tubuhmu yang begitu menyegarkan. Wangi. Aku sebagai perempuan, bahkan merasa malu karena membiarkan diriku apa adanya siang ini. Penuh keringat, bau apak, dan wajah kusam. Ah, kamu. Seminggu lalu kita bertemu dan kamu berhasil membuat jantungku seakan berhenti berdetak. Membuat napasku menjadi lebih pelan, dan bicaraku melambat. Aku takut, bagaimana jika segala rasa yang ada, berjejalan, keluar begitu saja di depanmu. Aku
malu, rasanya menyukainmu agak sedikit aneh. Kamu menarik, pintar, bersih, dan meskipun bau rokok selalu tericum dari mulutmu, aroma tubuhmu menyegarkan. Kamu bukan seleraku. Tapi bicara soal cinta, sebuah selera hilang begitu saja dan mampu membuatku terpaku padamu. Kamu mampu membuat segala hal yang sistematis menjadi hancur berantakan dalam agendaku. Pagi tadi kita bertemu, mata kita bersitatap, bibir kita berucap salam. Sayangnya kaki kita melangkah menjauh karena perbedaan aktivitas.
Aku ingat, alasanku mencintai kamu karena kamu punya daya ingat dan pola pikir yang luar biasa. Kamu memikat.
Hari ini, tepat setengah tahun saat aku merasa yakin bahwa kamulah orang yang telah mengisi mimpiku.
Aku terlalu pintar berbohong dan selalu mudah mencari alasan agar bisa berbicara denganmu. Aku senang kamu mau mendengar semua bualan yang terlontar dari mulutku. Tapi soal hati, aku benar
mencintai kamu.
Kemudian kita terpisah karena begitu banyak orang yang membenci diriku, berharap aku menjauhi kamu. Puluhan pasang mata melotot saat melihatku melempar senyum kearahmu. Ah ya, aku pantas dibenci. Mereka benci karena tahu, bahwa aku sudah bersama sahabatmu.
Tapi itu dulu, aku terikat dengan sahabatmu lima tahun silam. Kini kau datang padaku seperti biasa,
dan kubalas dengan senyuman seadanya. Kamu membawa seseorang yang menggandeng tanganmu.
Aku tahu, ada sesuatu yang berbeda saat mulutmu berucap beberapa kalimat,
"Kenalin, ini Ulfah. Pacarku. Semoga kalian akur."
Aku pikir hubunganmu dan aku akan berjalan baik karena aku ingat, dulu kamu mati-matian berharap aku putus dari sahabatmu. Aku segera menjabat tangan wanita itu. Cantik, dan aroma tubuhnya wangi. Tidak seperti aku yang bau polusi. Kalian berdua tersenyum, dan aku tak sanggup berkata apa pun, kecuali satu,
"Selamat."
Tidak ada komentar:
Ada pertanyaan atau kamu ada masukan?
Ditunggu komentarnya!:)