Dear Wulan, a person that I met on Twitter and become my bestfriends nowadays, Assalamualai Dear Wulan, a person that I met on Twitter and become my bestfriends nowadays, Assalamualaikum :)
Hari ini aku ingin bercerita. Ah, hampir semua orang bilang aku extrovert karena kecerewetanku yang tanpa batas dan bercerita tanpa mengenal kata tamat. Sebenarnya, apa yang aku ceritakan bukanah hal rahasia. Aku sering terjebak pada semua masalah-masalah yang ruwet. Bukan masalahku, tapi masalah orang lain. Untuk kali ini, sudikah kamu mendengar cerita rahasiaku? Sebab aku tak sanggup menanggungnya sendirian.
Dulu, dulu sekali, aku bertemu seseorang yang meramalku meskipun dia mengaku dia bukan peramal. Tiba-tiba saja dia meraih tanganku, membaca garis tanganku, dan membaca garis wajahku. Aku takut saat itu, Wulan. Tapi aku tak terlalu memikirkannya, kecuali di usia sekarang ini.
Dia bilang padaku bahwa di usia 22 aku akan melihat ibuku sakit. Dan itu benar terjadi. Memang semua ini kuasa Tuhan, tapi bukankah tidak ada yang namanya kebetulan? ;) . Waktu ibuku sakit, dua kakakku menangis, keluarga besar menangis, hanya aku yang tidak. Lalu mereka bilang aku kepala batu. Keras hati. QTapi, bukankah sedih itu tidak selalu dibuktikan dengan menangis?
Ah, Wulan. Semoga kita punya waktu lagi untuk bertemu. Aku sungguh ingin bercerita langsung, seperti saat kita mengobrol sepanjang hari bahkan sampai lupa tidur.
Omong-omong, di tengah kesedihan ini, aku masih bisa berpikir untuk menyiapkan perayaan ulang tahun komunitas kita. Bagaimana denganmu, tentu tidak lupa, kan? Mari rayakan dengan aktivitas menulis di blog.
Sampai sini dulu suratku. Dan seperti yang mbak Masya bilang, surat cinta itu tidak melulu tentang cinta. Dengan terbukanya aku seperti inu, sudah menandakan bahwa aku cinta, percaya, dan sayang sama kamu.
Baik-baik di sana ya, semoga kamu semakin sukses :)
Hari ini aku ingin bercerita. Ah, hampir semua orang bilang aku extrovert karena kecerewetanku yang tanpa batas dan bercerita tanpa mengenal kata tamat. Sebenarnya, apa yang aku ceritakan bukanah hal rahasia. Aku sering terjebak pada semua masalah-masalah yang ruwet. Bukan masalahku, tapi masalah orang lain. Untuk kali ini, sudikah kamu mendengar cerita rahasiaku? Sebab aku tak sanggup memnanggungnya sendirian.
Dulu, dulu sekali, aku bertemu seseorang yang meramalku meskipun dia mengaku dia bukan peramal. Tiba-tiba saja dia meraih tanganku, membaca garis tanganku, dan membaca garis wajahku. Aku takut saat itu, Wulan. Tapi aku tak terlalu memikirkannya, kecuali di usia sekarang ini.
Dia bilang padaku bahwa di usia 22 aku akan melihat ibuku sakit. Dan itu benar terjadi. Memang semua ini kuasa Tuhan, tapi bukankah tidak ada yang namanya kebetulan? ;) . Waktu ibuku sakit, dua kakakku menangis, keluarga besar menangis, hanya aku yang tidak. Lalu mereka bilang aku kepala batu. Ke Dear Wulan, a person that I met on Twitter and become my bestfriends nowadays, Assalamualaikum :)
Hari ini aku ingin bercerita. Ah, hampir semua orang bilang aku extrovert karena kecerewetanku yang tanpa batas dan bercerita tanpa mengenal kata tamat. Sebenarnya, apa yang aku ceritakan bukanah hal rahasia. Aku sering terjebak pada semua masalah-masalah yang ruwet. Bukan masalahku, tapi masalah orang lain. Untuk kali ini, sudikah kamu mendengar cerita rahasiaku? Sebab aku tak sanggup menanggungnya sendirian.
Dulu, dulu sekali, aku bertemu seseorang yang meramalku meskipun dia mengaku dia bukan peramal. Tiba-tiba saja dia meraih tanganku, membaca garis tanganku, dan membaca garis wajahku. Aku takut saat itu, Wulan. Tapi aku tak terlalu memikirkannya, kecuali di usia sekarang ini.
Dia bilang padaku bahwa di usia 22 aku akan melihat ibuku sakit. Dan itu benar terjadi. Memang semua ini kuasa Tuhan, tapi bukankah tidak ada yang namanya kebetulan? ;) . Waktu ibuku sakit, dua kakakku menangis, keluarga besar menangis, hanya aku yang tidak. Lalu mereka bilang aku kepala batu. Keras hati. Tapi, bukankah sedih itu tidak selalu dibuktikan dengan menangis?
Ah, Wulan. Semoga kita punya waktu lagi untuk bertemu. Aku sungguh ingin bercerita langsung, seperti saat kita mengobrol sepanjang hari bahkan sampai lupa tidur.
Omong-omong, di tengah kesedihan ini, aku masih bisa berpikir untuk menyiapkan perayaan ulang tahun komunitas kita. Bagaimana denganmu, tentu tidak lupa, kan? Mari rayakan dengan aktivitas menulis di blog.
Sampai sini dulu suratku. Dan seperti yang mbak Masya bilang, surat cinta itu tidak melulu tentang cinta. Dengan terbukanya aku seperti inu, sudah menandakan bahwa aku cinta, percaya, dan sayang sama kamu.
Baik-baik di sana ya, semoga kamu semakin sukses. ras hati. Hapi, bukankah sedih itu tidak selalu dibuktikan dengan menangis?
Ah, Wulan. Semoga kita punya waktu lagi untuk bertemu. Aku sungguh ingin bercerita langsung, seperti saat kita mengobrol sepanjang hari bahkan sampai lupa tidur.
Omong-omong, di tengah kesedihan ini, aku masih bisa berpikir untuk menyiapkan perayaan ulang tahun komunitas kita. Bagaimana denganmu, tentu tidak lupa, kan? Mari rayakan dengan aktivitas menulis di blog.
Sampai sini dulu suratku. Dan seperti yang mbak Masya bilang, surat cinta itu tidak melulu tentang cinta. Dengan terbukanya aku seperti inu, sudah menandakan bahwa aku cinta, percaya, dan sayang sama kamu.
Baik-baik di sana ya Wulan, semoga kamu semakin sukses.
Tidak ada komentar:
Ada pertanyaan atau kamu ada masukan?
Ditunggu komentarnya!:)