Ini adalah hari ke-500 di mana setiap malamnya aku tidak bisa berhenti untuk tidak mengingatmu, dan ini adalah kenyataan. Mengingatmu di saat kita sudah tidak saling terikat sungguh menyiksaku. Oh, tunggu. Aku bukan bermaksud untuk mengasihani diri sendiri atau meminta belas kasihan padamu. Aku hanya ingin kamu tahu, bahwa di duniaku yang sudah terlalu bahagia ini, aku masih saja mengingatmu, merapalkan namamu dalam doa sepertiga malamku, menjadikanmu motivasi agar aku dapat bertahan hidup padahal aku nyaris tak punya gairah hidup.
Sedetik setelah kamu membaca paragraf di atas, pasti kamu akan berkata;
"Kamu sungguh berlebihan."
Iya, bagimu itu berlebihan, bagiku tidak. Tulisan di atas tidak ada artinya sama sekali bagiku, bagimu. Aku hanya ingin mengenang tentang kenangan manis dalam hidupku di mana ada kamu sebagai tokoh utamanya.
Nantinya, setelah semua orang habis membaca tulisan ini, mungkin ada yang bilang terlalu sedih, manis, kejam, atau berlebihan. Namun bagimu tentu tulisanku tidaklah lagi mempunyai arti khusus.
Tapi kita masih teman kan?
Aku temukan bahagiaku dalam dunia yang seharusnya tidak boleh kumasuki. Dunia yang terlalu keras dan kejam, dan aku terlanjur mengikuti permainan dalam dunia ini. Di sini, aku bertemu dengan banyak manusia yang bisa membuatku tersenyum, tertawa lepas, memberi 'pukpuk' ringan di bahuku saat bersedih, berdiskusi soal hobi, tapi mereka semua tidak bisa seperti dirimu. Mereka ibarat hadir di depan teras rumah, menemuiku, bertanya untuk sekadar basa-basi, lalu kapan saja bisa pergi.
Berbeda dengan kamu yang setahun lalu bebas masuk dan keluar rumah. Dan entah kenapa... Aku masih saja menunggumu untuk pulang kerumah, sehingga aku tak membolehkan satupun orang masuk dan membiarkan mereka hanya di teras. Karena aku mau rumahku selalu rapi dan bersih saat kamu kembali. Iya, sebuah rumah luas bernama hati.
Aku tak pernah lelah menunggumu selama 500 hari ini, aku bahkan masih bisa menunggumu hingga 100.000.000 tahun lagi. Tapi aku tahu kamu tak akan pulang. Aku tahu kamu telah memutuskan untuk mencari jalan lain untuk menemukan rumah baru. Aku tahu ada suatu paradoks yang membuat kita tidak bisa bersama lagi, dan kerusakan itu disebabkan olehku. Aku tahu aku salah. Aku telah mencintai kamu dan berusaha membuatmu berada dalam koridor yang sama denganku. Bukan berarti aku tidak mencintaimu apa adanya, aku hanya ingin menyamakan jalan kita. Tapi ternyata caraku salah. Aku sungguh salah.
Sebab 500 hari ini aku terlalu banyak memusatkan pikiranku untukmu, aku sampai lupa untuk membuka pintu rumah. Kamu tahu, doa-doaku pada setiap sepertiga malam sangat sederhana : Agar kamu bisa menemukan wanita yang lebih pengertian, lebih perhatian, lebih cantik, lebih cerdas, lebih kaya raya, lebih relijius, lebih segala-galanya ketimbang aku. Karena aku tak mau Tuhan mengirimkan wanita yang bisa membuatmu sengsara seperti saat kamu bersamaku.
Aku sungguh sayang kamu, tapi itu 500 hari sebelum hari ini, yaitu tepat saat pertama kali aku menyatakan kesediaanku untuk berbagi suka duka bersamamu.
Aku sungguh masih cinta kamu, hingga pada hari terakhir kita bertemu di pojok sana, masih sangat cinta meskipun aku melangkah menjauhimu.
Sekarang, aku kehilangan arti sayang dan cinta yang sederhana itu. Sekelebat bayangmu yang selalu mampir di mimpiku kadang mengusik kewarasanku. Aku lupa bagaimana caranya mencintaimu, aku lupa suara indahmu, aku lupa wajahmu, aku lupa semua nasihatmu, aku bahkan tak tahu potongan rambutmu sekarang seperti apa. Tapi aku tak pernah lupa untuk mengingatmu. Mungkin aku lupa disebabkan karena kamu yang berharap agar aku tak lagi ada dalam hidupmu, mungkin.
Setelah ini, karena kita masih teman, tolong beri tahu aku ketika kamu sudah sampai di hati orang lain.
Karena aku tidak akan membuka pintu rumahku sebelum aku memastikan kamu sampai di rumah orang lain, dengan selamat dan bahagia.
Selamat sibuk dengan aktivitasmu ; Tuan pembuat 'kenangan manis dan pahit' selama 360 hari ketika terikat denganku.
Iya, 360. 500 hari itu jumlah aku yang selalu mengingatmu sepanjang hari. Bagaimana denganmu? :')
Jadi kerjaan lu selama ini cuma menghitung hari doang za?! MENGHARUKAN hhahahahahaha
BalasHapusYah.. hari hari itu dimana hari yang tak teritung zaman. Kenangan yg melampaui batas hitungan hati ke 500. #apa ini maksudnya? Pikirkan aja sendiri. Hehe
BalasHapusUni, berbaagialah, karena cuma orang yang punya hati kuat yang bisa tegar mengingat yang sudah pergi dengan sebuah karya indah tanpa kebencian. Lovely!
BalasHapusMantaps ! Pelajaran bagus Unii, pokoke di tunggu karya berikutnya, hehehe
BalasHapusKalo menghitung hari digaji, kayaknya bakal cepet kaya tuh :D
BalasHapus