Hujan datang tanpa permisi
Membasahi tanah ibu pertiwi
Aku yang sedari tadi sedang menanti
Kini harus menepi di tempat sepi
Langit menghitam gelap dan pekat
Hujan mengguyur kota dengan cepat
Dan membiarkanku menjadi penikmat
Bernostalgia tentang kamu yang memikat
Hujan seakan ingin menghapus kenangan manis
Dengan mengirim tetes-tetes yang tak pernah habis
Membiarkanku tenggelam dalam isak tangis
Berteduh seorang diri yang membuatku meringis
Hujan mencumbuku begitu tepat waktu
Di setiap aku candu merindumu
Aku selalu kelu dan membisu
Melihatmu menuju pintu pemersatu,
Bersama dia di hari itu.
Tidak ada komentar:
Ada pertanyaan atau kamu ada masukan?
Ditunggu komentarnya!:)