Tulisan ini diikutkan untuk kuis Primadonna Angela via twitter.
Baru saja tujuh detik yang lalu aku selesai membaca bab dua novel Robinson Crusoe, sopir dalam angkutan yang kutumpangi menyuruh semua penumpangnya turun. Semua penumpang menggumam tak jelas, kesal karena harus membayar padahal belum sampai tempat tujuan.
"Untuk neng seribu saja, maaf ya neng nggak bisa anter sampe terminal,"
Pak sopir mengembalikan uang yang seharusnya menjadi hakku. Aku tersenyum meski seperti orang menyeringai, terlalu lelah.
Ini malam minggu. Malam yang tak pernah kujamah sejak awal tahun. Aku lebih suka menghabiskan malam minggu dirumah dan membaca buku ketimbang keluyuran dan menyaksikan sekumpulan orang dengan kekasihnya. Tapi khusus hari ini berbeda. Tujuh jam yang lalu aku terpaksa pergi ke sekolah untuk pengumpulan tugas pelajaran bahasa inggris, dan 7200 menit yang lalu aku baru saja keluar dari toko buku di salah satu pusat mall terbesar di kota ini.
Tujuh detik setelah aku membayar angkutan yang meminta penumpangnya turun, aku dan penumpang lain (dan tidak hanya penumpang yang satu angkutan denganku) terus berjalan yang jauhnya puluhan kilometer. Tempat asalku turun bernama Kedung Halang, dan aku masih bisa menguatkan diri menempuh perjalanan sampai wilayah pasar Ciluer padahal perutku belum menyentuh nasi sejak pagi. Kira-kira berpuluh-puluh kilometer. Ini kali pertama aku merasakannya: kemacetan yang bahkan para pejalan kaki juga kesulitan untuk berjalan, padat sekali jalanannya. Sementara di kota besar seperti Jakarta saja, kami masih bisa menghemat waktu jika berjalan kaki.
Aku akhirnya berhenti berjalan kaki, menaiki angkutan lain yang sopirnya selalu mengeluh sepanjang jalan.
72 menit kemudian aku sampai di tempat tujuanku. Ini adalah sopir terjahat yang pernah kutemui sepanjang sejarahku menaiki angkutan umum. Aku diturunkan di tengah jalanan, benar-benar di tengah jalan dimana banyak kendaraan lalu-lalang. Ia tak mau menepi seperti angkutan sebagaimana semestinya memperlakukan penumpang. Ia meneriaki diriku, mengatakan bahwa nominal yang kuberikan sangat kurang.
"Jalan kaki aja neng kalau nggak punya uang!" Lalu ia melanjutkan,
"KALAU MISKIN MATI AJA, JANGAN NAIK ANGKOT!"
Begitu katanya. Ia berteriak, menyuruhku membayar lebih. Seharusnya aku tidak perlu membayar lebih, tarifnya memang segitu. Aku tahu karena aku selalu menaiki angkutan umum setiap hari saat pergi dan pulang jika bersekolah.
"Jangan jadi Sopir bang, kalau mau dapat uang banyak," balasku tajam. Pak sopir terkejut dengan kalimatku, mungkin ia heran aku yang bertampang polos bisa berkata seperti itu, jujur saja aku juga terkejut. Kuberikan satu lembar uang sepuluh ribu dan tiba-tiba saja angkutan tersebut melaju kencang, tanpa memberikan kembaliannya. Aku panik.
Untuk anak seusiaku yang masih meminta uang dari orangtua, uang sepuluh ribu sangatlah berarti. Jantungku sesak, lalu mataku basah, kecewa oleh sikap seorang Sopir yang tak tahu bagaimana caranya mencari uang dengan baik. Semua pedagang kaki lima menatapku iba, dan air mataku semakin tumpah. Aku mengutuk dalam hati, merasakan kebencian amat mendalam terhadap sopir yang telah meneriakiku di depan jalan, bahkan menghinaku. Aku menuntut padamu Tuhan, berikan balasan yang setimpal.
Aku tahu, Ibu sering bilang bahwa yang seperti itu ikhlaskan saja, anggap sebagai sedekah. Sayangnya, aku hanya manusia biasa yang masih tidak bisa ikhlas dengan hal-hal sepele, seperti tadi contohnya.
Tujuh detik kemudian saat aku hendak menaiki salah satu motor sebagai tumpangan berbayar, suara dentuman dan pukulan besar terdengar. Seperti benturan antara dua benda berat yang saling menghantam. Lalu terdengar pula decit ban yang dipaksakan untuk berhenti. Kecelakaan sebuah angkutan dengan truk besar yang datang dari arah berlawanan. Hancur, pecahan kaca terberai di sepanjang jalan. Angkutannya hancur pada bagian depan. Angkutan yang Sopirnya mengambil uang sepuluh ribu milikku.
Tuhan, kalimatku tujuh detik yang lalu bukanlah sebuah doa, sungguh aku tak berharap orang itu mati.
Tidak ada komentar:
Ada pertanyaan atau kamu ada masukan?
Ditunggu komentarnya!:)