Surat Tanpa Perangko | #16

Aku tidak pernah menyesal bertemu kamu,
tidak pernah menyesal dengan perlakuanmu,
tidak pernah menyesal meski kamu tidak merasakan apa yang aku rasakan terhadapmu.
Aku beruntung bisa bertemu kamu, bisa banyak mendapatkan ilmu otodidak yang bermanfaat, salah satunya belajar bersabar.
Kamu itu beruntung sebenarnya. Bisa pergi meninggalkanku sesuka hatimu, dan datang kembali kapanpun kamu mau.
Tidak semua wanita siap akan hal itu, karena kalau kamu tahu, hal seperti itu sangat menyakitkan, tapi aku berbaik hati memeberikan empat kesempatan buatmu.
sekali Kamu pergi tinggalkanku, aku akan terima kamu untuk kembali. Dua kali kamu pergi tinggalkanku, aku akan terima kamu untuk kembali, tiga kali kamu pergi tinggalkanku, aku akan terima kamu untuk kembali, empat kali kamu pergi tinggalkanku, aku akan terima kamu untuk kembali, lima kali kamu pergi tinggalkanku, aku (tidak) siap (dan tidak akan) pergi darimu. Jadi sebelum itu terjadi, bisakah kita perbaiki benang yang sudah kusut ini?
Kamu tahu permainan layang-layang, kucing dan tikus, serta congklak?
aku paling suka main congklak. Soalnya permainan itu saling memberi, bukan seperti layang-layang yang harus tarik ulur dan menguntungkan satu pihak. Bukan seperti kucing tikus yang main kejar-mengejar dan menguntungkan satu pihak.
Sama seperti sebuah ikatan, harusnya dua insan dalam sbuah ikatan mau seperti congklak yang saling memberi, saling membagi dan menguntungkan dua pihak.
Ini bulan kesepuluh. Masihkah kamu mau melewati jalan penuh liku dan terjal ini bersamaku?
Kamu selalu bilang, kita cuma punya satu lambung, harus di jaga dengan baik dengan cara rutin makan. Kamu juga pernah bilang harus rawat ginjal kita dengan rajin minum air putih,
Aku sekarang mau bertanya, manusia hanya punya satu hati yang harus diperlakukan dengan baik, dengan cara apa? Aku tunggu jawabannya ya.
ini surat keberapa buatmu? tidak tahu, surat untukmu tak terhitung jumlahnya, tapi tak pernah kukirimkan. Surat ini tanpa perangko.

Published with Blogger-droid v2.0.10