Bundo besar di konstruksi sosial yang melatarbelakangi pemahaman bahwa perempuan harus berkontribusi dalam tugas perawatan seperti merawat anak dan orang tua, memasak, membersihkan rumah, serta mendidik anak.
Bahkan konstruksi pemahaman itu diinternalisasi, sehingga muncul kesadaran perempuan perlu melakukannya sendiri, jika ingin dicap utuh dan berhasil. Oleh sebab itu, Bundo merasa semua hal adalah kewajiban seorang diri yang harus ditanggungnya sendiri.
Meskipun di dunia ini tidak ada kata terlambat, bagi saya, ketika Bundo memulai masa remajanya di usia 65 tahun, ini merupakan waktu yang telat; waktunya tidak tepat. Semua berawal ketika Bundo masih anak-anak. Sebagai yang tertua, Bundo punya banyak hal yang harus dikerjakan mulai dari mengasuh adik, memasak, menemani belajar, sampai mengerjakan urusan rumah tangga.
Bundo terus mengurus tugas keperawatan seorang diri, membesarkan anak-anak sampai akhirnya dua anak Bundo menikah.
Setelah tidak ada lagi tanggung jawab yang perlu dikerjakan, Bundo bilang, rasanya seperti berada di kehidupan ketiga; kehidupan di mana akhirnya bisa menikmati hidup seorang diri, bisa menyelesaikan semua keinginan inner child, dan bersenang-senang saat tidak bisa dilakukan di masa remaja.
Saya memutuskan untuk mengajak Bundo berkeliling kota; Cirebon, Tasik, Garut, Tegal, Demak, Banten, Bandung, Sumedang, dan berencana akan terus mengajaknya berkeliling kota.
Sayangnya, di tahun 2024 ini kondisi fisik Bundo sudah tidak lagi sanggup untuk melakukan perjalanan jauh. Sedihnya, Bundo kemungkinan tidak bisa memenuhi keinginan masa remajanya karena menjadi tua adalah hal yang pasti, dan kondisi fisik yang menua tidak bisa berkompromi.
Dalam ceritanya Bundo, tidak pernah ada kisah tentang dirinya sendiri.
Barangkali, jika kita hidup dalam dunia (film) Divergent, Bundo adalah golongan Abnegation yang sibuk mengabdikan dirinya untuk kepentingan orang lain sebelum diri sendiri.
Bundo juga menerapkan pendidikan di dalam rumah seperti mereduksi atau mengurangi beban tugas dengan cara mengajarkan kami untuk gotong royong membersihkan rumah, memberikan distribusi tanggung jawab pada setiap anak, bahkan memberikan 'reward' ketika kami membantu pekerjaan rumah tangga.
Ilmu yang diajarkan Bundo di dalam rumah, ternyata ada dalam framework 5R care workers dari organisasi ILO. Saya baru mengetahuinya saat saya hadir dalam workshop-nya di akhir bulan Januari lalu.
Tentang ILO (International Labour Organization / Organisasi Perburuhan Internasional)
Terdiri dari 187 negara anggota, ILO punya mandat untuk: menyusun Standar-standar Ketenagakerjaan Intemasional, membuat kebijakan & proram untuk mempromosikan kerja layak untuk semua perempuan & laki-laki (Decent Work for All Women and Men). Mitra-mitra utama Tripartite ILO di Indonesia: Kementerian Tenaga Kerja, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Serikat Buruh/Serikat Pekerja.
Framework 5R ILO Dalam Memajukan Pemahaman Dan Persepsi Ekonomi Perawatan
Tugas keperawatan terbagi menjadi kegiatan perawatan yang bersifat langsung, personal dan relasional seperti memberi makan bayi atau merawat anak atau pasangan yang sakit sebagai pekerjaan perawatan.
Sedangkan kegiatan perawatan yang tidak langsung adalah seperti memasak dan bersih-bersih.Dua hal ini sering dibebankan kepada perempuan sehingga perempuan tidak punya kesempatan untuk bekerja bahkan menikmati hidup.
Selain itu, hal tersebut dibebankan sebagai kewajiban yang tidak dibayar.
Dalam hal ini, ILO memberikan awareness sebagai upaya mempromosikan pekerjaan perawatan sebagai tanggung jawab bersama, bukan hanya tanggung jawab perempuan dan mengidentifikasi tingkat persepsi terkait dengan pekerjaan perawatan berdasarkan kerangka 5R ILO yaitu;
1. Rekognisi (Recognize),
2. Reduksi (Reduce),
3. Redistribusi (Redistribute),
4. Penghargaan (Reward),
5. Representasi (Represent).
Kelima, representasi dalam arti keterwakilan suara perempuan —khususnya dalam menyusun kebijakan dan layanan perawatan.Kerangka Kerja Perawatan 5R dari ILO menjadi sumber inspirasi yang penting untuk memperkuat intervensi komprehensif terkait kebijakan dan layanan perawatan.
5R ILO juga menjadi acuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai rencana menyusun Peta Jalan Ekonomi Perawatan (PJ-EP) dan Rencana Aksi Nasional Ekonomi Perawatan (RAN-EP) dengan prioritas lima tahun.
Langkah ini akan berkontribusi signifikan pada RPJMN 2025-2029 dengan fokus pada peningkatan partisipasi angkatan kerja perempuan hingga mencapai 70% pada tahun 2045, mengurangi tingkat stunting, mendorong dunia kerja yang lebih inklusif dari segi gender, serta memastikan pekerjaan yang layak bagi pekerja di bidang perawatan.
ILO memberikan pemahaman bahwa care workers ternyata bisa menjadi kunci peningkatan ekonomi dalam suatu negara, menyempitkan kesenjangan signifikan dalam layanan perawatan, serta kebijakan untuk mengurangi kemiskinan, mendorong kesetaraan gender, dan mendukung perawatan bagi anak-anak dan orang lanjut usia.
Tidak ada komentar:
Ada pertanyaan atau kamu ada masukan?
Ditunggu komentarnya!:)