Seperti yang sudah-sudah, setiap kali menuliskan rencana resolusi atau sebuah wishlist, saya selalu berhasil mewujudkannya. Walau tidak mudah, mendapatkan apa yang saya inginkan dengan usaha sendiri sudah menjadi kebiasaan sejak kecil. Lantas, apa keinginan saya di tahun 2019 ini?
Banyak yang menyarankan untuk beli kamera. Ini dari sejak tahun 2017, lalu tahun berikutnya, dan awal tahun 2019 ini, masih banyak yang support dan memberi saran soal kamera. Anehnya, belum juga saya beli satu pun.
Uangnya ada, tapi niatnya tidak ada. Tidak menjadikan hal tersebut sebagai prioritas membuat saya selalu urung mengeluarkan uang untuk kamera. Resolusi awal tahun saya diawali dengan ingin mewujudkan mimpi membuka usaha di tahun 2019.
Ada dua tipe orang di dunia usaha;
1. Yang mati-matian membuat karya dan menjualnya,
2. Yang melihat peluang dan memasarkannya.
Saya tipe yang kedua. Ditempa dengan banyak skill melalui banyak kegiatan semasa sekolah, tidak menjadikan saya berniat untuk membuat sesuatu.
Saya lebih suka menjual produk yang ada, memasarkan suatu hal yang saya tahu pasarnya. Misalnya seperti saat berjualan Vaseline Petroleum Jelly di Foreveryounglady, saya hanyalah penjual.
Tapi sejak mengikuti workshop bisnis oleh Kak Futri Zulya dan diajari bagaimana mengelola keuangan yang baik, saya mulai tergerak membuka usaha. Apalagi, bulan Februari di setiap tahunnya saya dan kakak selalu berjualan minuman di sebuah stand bazar.
Dibantu Bundo dan asisten rumahnya kakak, kami selalu berjualan tapi ya hanya di momen tersebut. Alangkah menyenangkannya jika bisa memiliki sebuah kedai atau toko kecil di mana saya dapat menyajikan minuman dan kudapan secara langsung.
Apakah itu akan menjadi sebuah kafe instagram-able?
Tidak.
Dalam bayangan saya, itu adalah sebuah ruko sate padang yang menyediakan sate padang, soto padang, lontong sayur padang, dan ada varian minuman yang saya sebut tadi.
Dan gambaran tersebut menjelma nyata di gang Jalan Kartini menuju stasiun Depok Lama. Tentu saja bukan milik saya, tapi toko itu lebih dulu muncul ketika saya masih menyimpannya dalam pikiran.
Bisnis di tahun 2019 sepertinya menarik, banyak jalan yang bisa dilalui, banyak cara yang bisa ditempuh, dan semua tergantung bagaimana kita menyikapinya; bagaimana rencana usaha yang akan kita lakukan pada saat memulai bisnis?
Bisnis Bundo yang sudah berjalan; jasa jahit dan konveksi selama puluhan tahun, diterapkan dengan cara seperti ini, dan Insya Allah diaplikasikan juga pada usaha lain yang akan saya jalankan selain toko sate padang tadi. Berikut rincian kegiatan yang bisa kamu tiru;
1. Menentukan Pasar
Kalau orang biasanya membuat seeuatu dan menjualnya, saya lebih memilih pasar mana yang akan saya tuju. Saya harus ke mana, sebaiknya ke mana, dan mencari pasar yang konsumennya ramai membeli bukan sekadar tawar-menawar. Kalau kata musisi ERK dalam satu lagunya; pasar bisa diciptakan.Tentu bisa menciptakan pasar, tapi karena saya tipe pelaku usaha kedua, saya lebih suka datang ke pasar ketimbang membentuknya. Nah, membangun usaha lebih mudah di era digital saat ini. Pasarnya bisa ditemukan leeat situs e-commerce, lewat media sosial, dan aplikasi lain. Kalau sudah menentukan, baru lanjut ke tahap kedua.
2. Mencari Target Calon Komsumen
Di tahap ini kita harus menentukan calon konsumen yang kita bidik dalam penjualan. Bisa dimulai dari memetakan demografi seperti usianya, SES, status, pekerjaan, dsb. Ini penting karena apa kepribadian calon konsumen harus related dengan apa yang kita jual.Contohnya seperti jualan Vaseline Asli itu, saya membidik orang yang senang traveling, suka dengan perawatan, dan butuh healing di bagian tubuh tertentu.
3. Memisahkan Keuangan Pribadi dan Bisnis.
Ini sudah sering saya dengar, sudah banyak yang menyarankan, tapi ya sebatas perkataan saja, tidak diberi tahu bagaimana caranya. Barulah saat workshop dengan Kak Futri Zulya itu, saya tahu. Ternyata membuka rekening di bank sama dengan nama akun sama, itu bisa. Ternyata bisa lebih dari satu.Dibolehkan selama jelas keperluan dan jenis transaksinya. Saya pun sekarang memisahkan keuangan dan jauh lebih kerasa pendapatan dan pengembalian modalnya.
4. Memilih Partner Kerja yang se-visi
Teman dekat saja, atau keluarga, atau kamu merasa cocok, itu tidak cukup. Dalam membuka usaha kita tidak boleh mengutamakan perasaan atau karena kerpecayaan kita terhadap seseorang.Memilihnya harus berdasarlan visi misi yang sama, memiliki tujuan usaha yang sama, sehingga menghasilkan kerja sama yang baik dan seimbang.
Jujur, ini bagian paling sulit untuk saya.
5. Bersyukur Jika Sempat Mengalami Kegagalan
Setiap kali gagal dengan mitra udaha atau partner kerja, saya merasa langsung gagal. Pendapatan menurun, toko harus tutup sementara. Kerugian saya yang tanggung... Eh ini saya sedang bahas toko foreveryounglady yang sudah berjalan, bukan toko Sate Padang yang masih dalam otak.Tetapi, gagal itu nikmat. Dengan merasakan gagal, saya jadi tahu kedepannya harus bersikap bagaimana. Harus memperbaiki yang mana. Saya mulai belajar membenahi hal-hal yang sebelumnya tidak terasa nyaman untuk konsumen. Karena itulah, kita wajib bersyukur ketika gagal. Sebab ketika terjatuh, kedepannya kita akan lebih hati-hati dalam melangkah.
_______________
Semoga usaha saya yang masih dalam rencana dapat segera terealisasi. Begitu juga dengan rencana kamu. Gagal boleh, asal jangan mudah menyerah :')
Iya banget. Pada akhirnya partner bisnis bukan karena alasan kedekatan dan lain sebagainya, tetapi sevisi.
BalasHapusSemoga kita bisa menghabiskan masa muda kita dengan kegagalan yang membuka jalan menuju keberhasilan ya.
Ahhhh sate padang, saya selalu tergoda oleh menu yang satu ini.