Beberapa hal bisa menjadi sepele bagi orang lain, tapi dapat dianggap sebagai sesuatu yang rumit dan meresahkan. Ini dapat kita lihat di dalam rumah sendiri; tinggal satu atap dengan orang-orang yang memiliki watak dan pemikiran berbeda.
Contoh kecil di rumah saya. Bundo paling jarang mematikan lampu atau keran. Alasannya sederhana, karena beliau takut gelap dan sepi. Urusan biaya listrik dan air yang membengkak bukan masalah baginya. Lain untuk saya.
Memiliki mata minus membuat saya kesulitan berada di tempat terlalu terang, dan sudah menjadi kebiasaan untuk mematikan lampu setiap tidak dipakai. Saya juga mudah terganggu dengan suara tetesan air, kipas, suara tv dengan volume besar, dll. Perbedaan tersebut terlihat sepele, tapi di beberapa momen telah mengundang keributan besar.
Ini juga yang diperlihatkan oleh MNC Pictures; film 3 Dara 2, yang baru tayang pada 25 Oktober 2018 lalu. Memaparkan kehidupan rumah tangga 3 kepala, film ini menyuguhkan tentang persahabatan, kekompakan, kepedulian, dan tanggung jawab.
Film ini, walaupun sambungan dari film sebelumnya, tetap bisa dinikmati tanpa harus menonton film pertamanya. Namun, masih bercerita tentang tiga laki-laki yang bersahabat dan merasa ingin lebih dianggap, lebih dihargai, lebih dihormati, dan akhirnya malah membuat mereka terseret pada ide-ide gila.
Bukannya sukses dengan ide tersebut, terjadi banyak petaka dan kesalahpahaman dengan para istri. Saya rasa, film ini sesungguhnya ingin mengatakan bahwa yang harus dihormati dan dihargai dalam biduk rumah tangga bukan hanya laki-laki, tapi juga perempuan. Sayangnya, dalam beberapa scene saya melihat perempuan di sini digambarkan sebagai hal yang mengerikan.
Sekalipun saya bukan misoginis, adegan favorit saya adalah bagian saat Afandi yang diperankan oleh Tora Sudiro, mengatakan ini (kurang lebih redaksinya begini) pada istrinya;
"Saya ini kepala rumah tangga, saya nggak suka kamu tunjuk tunjuk kayak gitu."
Saya setuju, karena menurut saya sekalipun seorang suami melakukan kesalahan, perempuan harus sadar pada kodratnya, harus tetap menghormati dan tahu batas.
Wah, film ini sangat cocok untuk dibedah dan dianalisis per adegan! Walaupun ini tontonan buat siapa saja, tapi menurut saya anak sastra wajib tonton! :)
Tidak ada komentar:
Ada pertanyaan atau kamu ada masukan?
Ditunggu komentarnya!:)