assalamualaikum!
Setelah
melihat indahnya Air Terjun Curug Goong, saya susah payah berusaha naik ke
atas. Bahkan sempat ditawari untuk digendong tapi saya menolak. Curug Goong
itu… ya kurang lebih sama seperti air terjun lainnya. Singkatnya begitu. Tetapi
kalau kamu datang sendiri ke sana, kamu akan tahu ada perbedaan antara Curug
Goong dengan Curug lainnya.
Di Curug
Goong ini banyak batu kecilnya. Selain itu, air terjunnya terlalu deras dan
lebar. Kalau air terjun lainnya deras tapi jaraknya ‘kan jauh dari tempat
kedatangan, tuh. Di sana, baru tiba saja sudah pasti akan kebasahan karena
airnya ke mana-mana ditambah anginnya begitu kencang, jadilah seperti shower pemadam kebakaran yang membasahi
seluruh area :D
Nah setelah
menanam pohon serta main air, hujan masih turun rebas-rebas tapi sebentar
datang lalu pergi lagi. Dan dalam kedaan basah-basahan, kami langsung
mengunjungi kebun paprika. Tidak langsung, sih, sempat jeda minum teh hangat
dan kopi dulu tetapi saya pribadi karena tidak mengonsumsi keduanya jadi milih
foto-foto saja. Adanya kegiatan Ecofarming
ini, seperti yang sudah saya jelaskan di cerita sebelumnya, merupakan bagian
dari program AQUA Lestari.
Sekilas Tentang AQUA Lestari
Tanpa harus
menjelaskan dengan detail, menurut saya hampr semua masyarakat Indonesia tahu
itu AQUA. Sampai-sampai sering kali kita menyebut air lain dengan brand ini :D
mereka memang pelopor Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia yang
didirikan tahun 1973. Nah, di postingan sebelumnya saya sudah jelaskan kalau
tiap perusahaanumumnya (seharusnya) memiliki CSR sebagai bukti tanggung jawab perusahaan
dalam sosial dan lingkungan. Dikutip dari situs http://aqualestari.aqua.com, AQUA
Lestari terdiri dari Pelestarian Air dan Lingkungan, Praktik Perusahaan Ramah
Lingkungan, Pengelolaan Distribusi Produk serta Pelibatan dan Pemberdayaan
Masyarakat.
Belajar memetik paprika organik. Dibantu foto oleh @danangsb
Keseruan di lokasi Kampung Tabrik. Dibantu foto oleh @danangsb
Keterlibatan Aqua Grup pada Budidaya Paprika
Setelah
minum teh dan kopi, kami mulai mengunjungi kebun paprika walaupun gerimis tidak
juga berhenti. Saat itu saya salut sekali dengan komitmen dan semangat
teman-teman karena meskipun sudah diguyur hujan, sama sekali semangatnya tidak
luntur. Bahkan tetap berani mengeluarkan ponsel pun kamera untuk memotret
setiap momen.
Begitu
sampai di lokasi, ada banyak sekali paprika yang dikelola dengan menggunakan
pendekatan pertanian sehat. Dijelaskan juga di sana bahwa tiap petani didorong
untuk menggunakan pestisida alami, mengurangi pemakaian pestisida hingga 75%, dan
mengelola kotoran ternak menjadi pupuk organik dengan cara composting. Dengan melakukan hal tersebut, resiko pencemaran
pestisida di tanah dan e-coli di sumber air akan berkurang jauh dan hasil
produk yang didapat konon menjadi jauh lebih bagus. terbukti, sih, memang
hasilnya segar dan rasanya manis.
Baca juga Part 1:
dan Part 3:
Tidak ada komentar:
Ada pertanyaan atau kamu ada masukan?
Ditunggu komentarnya!:)