Selamat malam. Di sini hujan. Jendela kamarku basah oleh embun pendingin ruangan dan bercampur dengan rintik hujan. Sepatuku basah oleh beriak air yang ada di pinggir jalan. Bajuku basah karena tak ada satupun benda yang dapat melindungi tubuhku dari hujan yang mengguyurku diperjalanan pulang. Juga, mataku basah. Basah oleh air mata yang tak bisa kuhentikan meski aku tak tahu mengapa aku menangis. Aku sedang membuka galeri foto untuk mencetak foto kemenakanku, lalu tanpa sengaja aku lihat kamu di ponselku. Lihat mata dan senyuman tulus yang kau berikan saat bersanding denganku dalam gambar tersebut. Lalu aku menangis, pedih melihatnya karena semua itu hanyalah gambar dan tidak bisa aku temukan di kenyataan sekarang. Selain itu... Aku menangis karena detik ini juga aku tahu, hatiku telah mati untukmu. Hatiku tetap segar, berwarna merah muda dan masih sehat. Dia tidak akan membusuk lalu menghitam dan bau. Tapi hatiku telah mati. Mati rasa. Mati rasa terhadapmu. Mati rasa terhadapmu padahal dulu setiap detiknya aku mati-matian menahan rindu.
Dan bukankah ini yang kau harapkan? Selamat ya, akhirnya yang kau harapkan terjadi. Aku tak akan memohon apapun lagi darimu. Silakan kau berjalan dengan bebas tanpa merasa aku awasi. Silakan kau nikmati hidupmu tanpa merasa terkekang dengan kehidupan sistematisku. Silakan kau habiskan masa mudamu bersama teman-teman dan yakinlah aku tak akan sepersenpun memotong waktunya. Dulu, kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku. Tapi sekarang, kebahagiaanmu adalah kebahagiaamu, dan bahagiaku hanya menjadi bahagiaku.
Ini tanggal tiga puluh satu. Besok tanggal satu. Kalau ini adalah malam terakhir aku hidup di dunia ini, maka tanggal tiga puluh satu akan menjadi hari favoritku karena aku akan selalu ingat, bahwa tanggal tiga puluh satu di malam hari, aku pernah menuliskan kalimat yang membuatmu senang bisa bebas dariku tapi kalimatku sendiri telah membunuhku perlahan. Dan aku akan selalu merindukan matahari yang terbit di tanggal satu sebab tanggal satu adalah hari istimewa bagi kamu, hari istimewa bagiku, tapi tidak istimewa bagi kita.
Kamu ya kamu.
Aku ya aku.
Aku tak perlu lagi berkata banyak. Semua sudah jelas dan aku bisa terima kenyataan bahwa kamu telah membenciku. Aku juga tak perlu ungkapkan 'selamat' dihari istimewamu karena aku hanya salah satu kenangan yang tersimpan di memori tak penting. Dan ini juga menjadi malam terkahirku merapalkan namamu di setiap doaku, menjadi malam terakhir aku mendoakanmu.
Aku berdoa semoga...
Semoga kamu temukan wanita yang sesuai dengan keinginanmu. Yang manja, yang perhatian, yang pengertian, yang setia, yang cantik, yang pintar, yang bisa dipamerkan ke teman-teman, yang nyambung saat diajak berbicara tentang bola, yang tak pernah membuatmu kesal, yang bukan wanita sepertiku. Semoga kamu segera menemukannya.
Dan satu lagi, semoga kamu dan keluargamu, selalu sehat, berkah usia mereka, dilapangkan rezekinya, dimasukkan kedalam golongan yang masuk surga kelak.
Amiiin.
Tidak ada komentar:
Ada pertanyaan atau kamu ada masukan?
Ditunggu komentarnya!:)