(For The First Time in Forever)
Halo, Zi.
Kau tahu, aku hampir saja menghubungi
polisi untuk membantu mencarimu, sebelum seorang sahabat kau menghubungiku dan
meminta bertemu tengah malam.
Malam itu, kami bertemu, dan dia
menolak menyebut namanya, tetapi di lengan kirinya kuingat ada tatto bergambar
huruf D. Kau kenal dia? Kusebut saja ia D, dan ia menceritakan banyak hal
tentangmu. Katanya, terakhir kali kalian bertemu, dia melihatmu sebagai
perempuan paling rapuh yang pernah ia temui. Ia mulai bercerita banyak hal,
tentang bagaiamana kecerdasanmu dalam mengatur strategi dan menjatuhkan lawan
di sebuah organisasi. Katanya, dulu kau begitu loyalitas dalam sebuah amanah
yang diberikan, dan penuh tanggung jawab menyelesaikannya. Ia juga bilang, dedikasimu
begitu baik dan kau dicintai banyak orang.
Kau pun pandai menyembunyikan luka,
kecuali di hadapan D. Katanya kau pernah bercerita pada D, tentang kekecewaanmu
saat menjadi pembawa acara sebuah acara di kampus. Tentu saat itu kau lakukan
dengan sukarela tanpa bayaran, tapi ketika melihat Laporan Pertanggungjawaban,
di sana kau melihat angka dua ratus ribu untuk pembayaran pembawa acara. Kau
sungguh kecewa melihat pemalsuan uang tersebut, tapi tak ada yang bisa kau
lakukan selain diam karena kau berpikir jarak jauh, mempertimbangkan segala
kemungkinan dan memutuskan untuk melupakan. D juga bilang, katanya kau ini
peduli sekali dengan orang lain, rela menjadi garda depan yang akan membela
teman-temanmu ketika mereka dihadapkan pada suatu masalah, dan kau jadi lupa
mengurus dirimu sendiri.
D kelihatannya begitu memerhatikanmu
ya, Zi.
Dia juga bercerita bahwa ia
seringkali cerewet menyuruhmu makan dan tidur, karena kenyataannya kau memang
jarang sekali melakukan dua hal itu. D tertawa sebentar sebelum melanjutkan
kalimat, “Aku masih berutang kebab dan hadiah ulang tahun untuknya. Dia keburu
menghilang,” katanya dengan intonasi yang kuterjemahkan sebagai rasa kecewa. Nah,
terakhir ia menemui kau, kalian hanya saling bertegur sapa seperti sepasang
asing, lalu D lulus kuliah sementara kau menghilang. Sampai. sekarang.
Mungkin pertemuan kami malam kemarin
tak ada artinya, dan seluruh cerita dia pun tidak akan mengembalikan keberadaanmu
dalam sekejap, tetapi mulai sekarang aku tahu, kau tentu masih hidup. Aku yakin
kau tipe perempuan yang menghargai hidup, dan hanya butuh sendiri untuk
menjernihkan pikiran, tapi kurasa kau lari dari msalah terlalu lama, Zi.
Well, Zi… I’m so happy last night,
because he told me everything about you and he can answer all my questions. I
like his opinion about you even he not only shares about positive ways but also
in negative. I think he really knew you so well, dear. And, for the first time
I met him, I know both of us has a similarities; we’re falling in love with you,
Zi, in different ways, of course, and still waiting you to comeback to us. I can’t
imagine why, while you got a problem you can’t face it and choose to hide
yourself, why, Zi? Kau tahu, Tuhan tidak akan memberikan masalah yang kadarnya
melebihi kemampuan hambaNya. Ketika Tuhan memberikan suatu ujian padamu, Dia
tahu kau dapat menyelesaikannya, tapi kenapa kamu menghilang, hah? PAYAH.
Pertemuan pertamaku dengan D tidak
akan kulupa, sebab ia membuat kau semakin hidup dalam ruang memoriku dan aku
semakin ingin mencari di mana kau berada. Ketika aku meminta foto kalian,
sekadar ingin lihat saja, dia dengan menyesal mengatakan kalau kalian sama
sekali tidak pernah melakukan foto bersama, lalu D pamit pulang.
Zi, seharusnya hari ini aku menulis
surat untuk kerabatku di UK, tapi biarlah kuprioritaskan kau dulu. Surat ini
akan kutitipkan pada D, katanya dia tahu harus dialamatkan ke mana, meski ia
tak bisa berjanji akan sampai langsung di tanganmu. Kami siang ini akan janjian
di Jembatan Bawah Tanah Tugu Kujang, Bogor. Kalau kau mau, kau boleh balas suratku.
Your True Friend,
Uni.
Semoga Zi cepat kembali
BalasHapusWah lagi pada seneng ikutan proyek 30 hari menulis surat cinta nih... moga tercapai misinya mbak :))
BalasHapus