Hai, Ambu.
Zi benar-benar sudah kembali, tetapi hanya fisiknya saja. Sifat-sifat lamanya telah mati, katanya. Ia kembali dengan perasaan dan pemikiran baru. Telah ia curahkan seluruh gundahnya pada D selama beberapa jam, dan kutemukan binar di wajahnya. Ia semringah. Ia bisa tertawa lepas. D membuatnya ingat pada mimpi-mimpi dan ambisi Zi di masa dulu. Dan ia bercerita tentang apa-apa yang terjadi selama ia menghilang berbulan-bulan lamanya.
Tetapi Zi tidak bertemu D saat itu. Belum. Mereka memutuskan terhubung lewat telepon. Pada D, ia tidak takut terlihat bodoh, berani menjelaskan hal-hal yang mungkin saja, bagi orang lain itu gila. Tetapi D tetap mendengarkan, tidak mencela atau mengejek, bahkan ia menanggapi semua ucapan sinting. Zi terus saja bercerita sampai melelehkan air mata.
Adalah kalimat dari D bahwa "Kan, udah dibilang dia bukan orang yang baik buatmu," menjadi benar adanya. Dulu Zi selalu menampik itu, tetapi sekarang ia sadar. Betapa bodohnya ia yang terlalu lama berlarut-larut dalam kubangan duka. Ah, syukurlah, ia tidak mati karena patah hati. Ia mulai menyelesaikan masalahnya satu persatu.
Ambu, sebab Zi telah kembali dan sejak kutahu ia baik-baik saja, mungkin ini menjadi surat terakhir untukmu. Tenang, bukan karena aku marah atau kesal karena tak satu pun surat kau balas, bukan. Barangkali kau yang akan marah padaku karena beberapa hari ini tak berkabar surat padamu, dan tiba-tiba ini menjadi surat terakhir. Dari hati terdalam, aku minta maaf. Berakhirnya surat-suratku karena aku tak lagi memiliki alasan untuk berkirim surat padamu, olehkarena cerita tentang Zi sudah selesai ; Ia kembali, baik-baik saja, dan sedang membangun ulang impian dan cita-cita yang tertunda.
Ambu, terima kasih banyak telah membaca surat-suratku. Semoga kau pun selalu kuat menghadapi masalah. Kisah Zi belum tamat, tetapi aku sudah harus mengakhiri hubungan denganmu. Ambu, aku pamit.
Sayonara,
Uni.
Tidak ada komentar:
Ada pertanyaan atau kamu ada masukan?
Ditunggu komentarnya!:)