Selamat pagi, Zi.
Ini adalah surat kedua yang kukirimkan untukmu, setelah yang pertama kutitipkan lewat D, tempo hari. Surat ini pun nantinya akan kuberikan melalui D dan kami sudah sepakat untuk bertemu di Jembatan yang tidak kuhafal namanya. Aku mengirimi kau surat untuk memberi dukungan, walau kutahu kau sebetulnya perempuan kuat dan tangguh dalam mengahdapi berbagai cobaan, dan kau tak pernah meminta bantuan pada siapa pun untuk menyelesaikan masalahmu, bukan? Baiklah, anggap saja surat ini sebagai surat peringatan.
Kau ingat? Semasa kecil saat berusia lima, kau pernah bertemu seorang peramal dan dia berkata bahwa kau adalah gadis dengan kecerdasasan di atas rata-rata. “Kepintaranmu akan melebihi kakak-kakak dan temanmu, dan hati-hati, karena itu kau bisa saja dijauhi, sembunyikan,” kata paman peramal itu. Kau belum mengerti mana yang harus kau saring dan yang boleh kau percaya, tapi kalimat paman tersebut menyakinkan kau untuk tetap menyembunyikan apa yang kau punya.
Dan mulai kejadian ketika kau kelas dua SD saat nilai matematikamu seharusnya seratus karena benar semua, tetapi gurumu tak percaya itu, kau justru dihukum. Kelas tiga saat pelajaran seni, kau menggambar paling baik dan mendapat nilai sempurna, dan karena teman-temanmu iri, esoknya kau menemukan gambar itu tergeletak di tempat sampah. Kau menangis saat itu juga dan mereka tertawa. Dan detik itu pula, kau bertekad untuk tidak menangis. Sembunyikan kelemahanmu, dan menunjukkan bahwa kau jauh pintar di atas mereka. Kelas tiga, kau mendapat rangking tujuh, tentu saja ada yang menyukainya. Tetapi dalam waktu dekat itu kau merayakan ulang tahun dengan mengundang teman-temanmu, kau jamu mereka dengan baik, penuh dengan kue melimpah dan lagu-lagu terbaik, lalu sejak hari itu mereka percaya akan kemampuanmu tetapi kau memutuskan untuk pindah sekolah.
Di sekolah baru, justru perlakuan yang lebih parah kau dapatkan. Kau tahu, kau yang terkaya saat itu di kalangan teman-temanmu. Dan karena iri, mereka merusak kamera satu-satunya peninggalan almarhum ayahmu yang ia beli di Malaysia. Belum lagi buku-buku koleksimu yang dijatuhkan di selokan, tempat pinsil yang diambil, jangkar yang dicuri, meja yang dilumuri kotoran, pakaian olahraga yang disembunyikan, dan juga uang jajan yang dipalak. Mereka, teman-temanmu, bahkan bersengkokol dengan guru di sekolah, menyuruhmu membersihkan lantai saat jam pelajaran, menyetrap karena tak mengerjakan PR padahal semua murid di kelas pun tak mengerjakan, menyikat kamar mandi dengan alasan yang aneh, dan mengambil uang tabunganmu. Ah, cukup, aku tak sanggup lagi menceritakannya. Satu hal yang kuingat, kau belajar untuk tak pernah percaya lagi pda siapa pun, kecuali keluargamu.
Berangkat dari kisah masa kanak-kanak itu, menjadikanmu gadis yang sangat berandal semasa SMP, Zi. Kau perusak, pemberontak, pemarah, dan pembual paling ahli selama tiga tahun. Dan kau tak pernah menyesalinya. Kau mulai menjadi orang yang licik dan pandai mengatur strategi, menjatuhkan lawan, dan mensiasati segala keadaan, tetapi itu adalah baik dalam urusan perkuliahanmu. Kau tahu itu. Kau ingat saat itu ada seorang peramal lagi yang datang menemui tiba-tiba dan mengatakan hal serupa seperti saat usiamu lima tahun. “Kecerdasanmu... Sembunyikan, buktikan, dan Jatuhkan.” Hanya itu kalimatnya dan kau akan selalu ingat itu.
Kau betul-betul menjadi orang yang tanpa ampun dan pandai menciptakan segala kegiatan. Kecuali setelah hari itu, ketika kau berdiri dalam guyuran hujan di depan Pangrango, saat itu lah, kau runtuh. Kau menjadi orang yang sangat takut akan segala hal dan merasa bodoh, tak berguna, dan bukan lagi kecerdasanmu yang kau sebunyikan, tetapi juga jasadmu.
Suatu waktu kau keluar dari persembunyianmu, dan kau bertemu dengan dua orang yang tidak terlalu memahamimu tetapi mereka bisa membacamu melalui tulisan tangan. Kemudian, mereka bilang, “Kamu adalah perempuan dengan kecerdasan rata-rata dan orang seharusnya takut dengan apa yang kamu miliki. Kamu pintar, cerdas, tetapi kenapa kamu sembunyikan?” sebuah ucapan yang sama dari tiap peramal dengan akhir yang berbeda. Dan kau tahu, telah salah menyembunyikannya.
Kau jelas-jelas tahu itu, Zi. Kecerdasanmu bisa membantu keluar dari masalah dan kau tak butuh dukungan atau peolongan, kau mampu menyelsaikan masalahmu sendirian, kau tahu itu. Ayolah, bangkit, keluar dari persembunyianmu dan selesaikan masalahmu. Kau tak perlu waktu yang lebih lama untuk menyendiri. Zi, waktu berputar terlalu cepat, dan kau akan kehilangan banyak momen jika kau terus bersembunyi. Lupakan urusan patah hati, abaikan perasaan cinta, selesaikan masalahmu dan kembali kejar cita-citamu yang sempat kau kubur. Gali lagi semua doa dan harapanmu, aku yakin kau bisa meraihnya. Kau ini orang ambisius yang jika menginginkan sesuatu, akan selalu tercapai, begitu, kan?
Zi, buka matamu, dan lihatlah, ibumu menunggu kabar kesuksesan darimu. Jangan bersembunyi lebih lama lagi, karena waktu tak memberi kompensasi untukmu. Aku yakin kau bisa menghadapinya. Tak apa jika kau ingin marah, menangis, sakit hati atau benci, tak apa. Yang penting pikiranmu tetap jernih untuk menyelesaikan semua masalah yang sedang kau hadapi. Sekali lagi, aku yakin kau bisa. Pulanglah Zi, dan akan kuberikan pelukan terbaik untuk menenangkanmu. Kau tidak sendirian, sayang.
Tabik,
Uni
Ps. : Kalau kau tanya mengapa aku bisa tahu itu semua, itu karena buku diarimu. Kau bersahabat dengan tulisan. Buku harianmu menumpuk dan sudah kubaca tuntas semuanya.
Tidak ada komentar:
Ada pertanyaan atau kamu ada masukan?
Ditunggu komentarnya!:)