Tuan, saya akan selalu
ingat percakapan kita kali pertama, pada dua puluh Januari setahun yang lalu di
pukul 04:57 menit WIB. Kita sama-sama belum tertidur dengan alasan yang
berbeda, namun sama-sama menyukai langit kala fajar tiba. Katamu, semua orang
seringkali memanjakan senja dengan mengelu-elukan di setiap kisah fiksi, juga
terlalu banyak mengenalkan siang-malam melalui tayangan FTV di televisi, tetapi
hanya segelintir dari kita yang mengagumi fajar. Saya akui itu.
Kau tahu, sejak saya
mengenalmu –yang mana sudah kenal sejak dua tahun lalu, saya banyak sekali
merenung. Tentang betapa kecilnya ilmu saya sehingga tak pantas sombong, tentang
saya yang harus kuat menghadapi hidup, pun tentang saya yang harus belajar berbesar
hati untuk menerima suatu hal yang tidak saya duga.
Katamu, hidup ini lucu,
penuh dengan intrik permasalahan yang tidak dapat kita predisksi, dan dunia
menjadi riuh dengan segala lelucon serta drama-drama tak berkesudahan. Maka,
kita harus bisa menyikapi hidup dengan tenang dan jangan terlalu serius. Sejujurnya
saya malu, tentunya masalah hidup yang kau tanggung lebih berat dari saya,
bukan? Sementara saya selalu lemah melihat banyaknya bongkahan batu-batu yang
membloking masa depan saya. Kenapa kau begitu tenang menjalani hidup, Tuan? Apa
yang kau bicarakan pada Tuhanmu kala dini hari sebelum fajar tiba? Saya
beberapa kali berbincang dengan Tuhan saya, tetapi gelisah masih ada. Perasaan
resah seperti setetes noda yang ditumpahkan dalam pikiran saya, dan meluas
hingga akal saya tak dapat lagi berpikir jerih. Mungkin saya tidak khusyuk saat
berdoa, atau saya terlalu angkuh untuk memohon padaNya, entah. Kiranya kau sudi
mengajari saya ketenangan itu, supaya esok saya tak perlu lagi menangis ketika
masalah datang.
Tuan, banyak buku dongeng
atau sejumlah kisah tentang kenabian yang saya baca sejak kecil –sampai
sekarang, dan di sana selalu mendoktrin bahwa malaikat datang dari surga ;
memiliki sayap yang putih seperti lambang suci, berjubah putih, dengan tubuh
yang bersih dan wajah yang berseri. Tapi saya tak melihat itu ketika kita
akhirnya bertatap muka. Padamu tak ada sayap di punggung, pun kau tak tampak
suci seperti yang digambarkan tentang malaikat. Oh, di pertemuan pertama itu
pun, kau memakai baju hitam. Sungguh kontras, bukan? Namun, ya, kau adalah
malaikat saya, melindungi saya dari kehancuran rasa takut yang kadang menyerang,
dan mengembalikan sifat-sifat saya yang dulu hampir saja saya kubur. Jika
bagimu istilah itu terlalu mewah, mari katakan saja Tuhan mengajarkan saya
tentang segalanya melalui tangan Anda.
Tuan, silakan anggap ini
berlebihan, tapi kata-kata di atas tidak lebih dari sebagai cara saya menghargai
apa yang selama ini kau berikan. Kau tentu tahu bahwa saya ini perempuan yang
di dalam kepalanya penuh dengan tanda tanya, dan tentunya menjengkelkan ketika
kau harus menjawab semua tanya saya. Pun saya ini dari luar terlihat kuat
tetapi mudah sekali runtuh karena hati yang rapuh. Saya hanya akan kembali
bangkit ketika ditampar oleh suatu kejadian, atau kata-kata. Dan kau melakukan
itu pada saya, Tuan. Kata-kata yang kau keluarkan adalah sebuah peluru, menampar
saya sesekali, dan jika kau keluarkan bertubi-tubi, aksaramu bisa membunuh. Ah,
kau tidak akan pernah bisa menghitung berapa kali saya terbunuh karena
kata-katamu. Kau pelupa, dan tak penting juga untuk mengingatnya.
Saya bersyukur ada banyak
orang di sekeliling saya yang memberi semangat, dukungan, juga pujian, dan jauh
lebih bersyukur karena ada kau yang memberikan kritikan, makian, dan hujatan,
yang justru membuat saya menjadi lebih baik seperti sekarang ini. Saya suka
caramu menegur saya ketika saya salah, menghibur ketika sedih, dan mendukung
ketika terjatuh, mengajari saya soal dunia kepenulisan, perkuliahan, pun
kehidupan. Walau saya tahu, yang kau lakukan atau katakan itu bukan hanya pada
saya saja, tak apa.
Tuan, barangkali surat
ini tetap membosankan serupa surat pertama yang saya kirimkan setahun lalu,
bedanya kali ini saya menuliskan dengan perasaan yang sungguh-sungguh. Tetapi tenang
saja, surat cinta ini tak butuh balasan untuk itu. Mengenal Anda, sudah lebih
dari cukup. Terima kasih untuk semuanya, segalanya, dan sampaikan salam saya
untuk Tuhan Anda.
Tabik, Z.
keren nih ya :")
BalasHapuskarakter 'saya' ini pasti memorynya memory komputer, keren amat bisa inget semua yang 'pertama kali'....
Hah, surat cinta untuk dia.
BalasHapusSebagai cowok. Gue terkeshima baca surat ini.
Entah lelaki seperti apa yang telah membuatmu menjadi wanita penuh tutur seperti ini.
Keren surat cintanya. :)
Namanya fajarkah?
BalasHapusAh. Katanya jatuh cinta itu membuat kita menjadi pengingat yang baik, Kak. Itu ternyata betulan ya dari detail yang Kak Uni ceritain.
BalasHapusterharu :D
BalasHapusAh, gue meleleh bacanya. Sungguh baik hati lelaki itu samapai membuatmu begini. Layak dijadiakn panutan dan pemimpin rumah tangga kelak. Hahahahah
BalasHapusIni salah satu tulisan Favorit gue kak :)
BalasHapuseleuh, meuni romantis pisan :')
BalasHapustapi pria macam gitu (baik ke semua) kan rentan bergelar php, kak .-. waspadalah dengan hati. sungguh, waspadalah :O
Hoo, jadi ini surat buat seseorang. Keren, kak. Surat yang menceritakan perasaan kk secara blak-blakan ke orang lain tanpa perlu ngomong hal yang gak dibutuhkan.
BalasHapusDibagian bawah itu ada yang bikin nyesek. Bagian yang doi sering nyemangatin kk, tapi dia juga sering bilang ke orang lain. Gpp, itu tandanya kita gak boleh terlalu berharap.
Kata-katanya sadis. Keren banget :)
BalasHapusuniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii :(
BalasHapusini vina bingittt... disemangatin danlain lain meskipun vina tauu itu bukan cuma untuk vina.
tapi semangat dari seseorang yang kita suka itu luar binasa efeknya yaa unii :(
ntahlah sampai kapan.
dan memang, seperti yang uni komen di komentar facebook, buat yang lupa rasanya jatuh cinta..
vina lupa kapan terakhir jatuh cinta uni..
dan sekalinya jatuh, pada saat yang tak tepat ntah orangnya yang tak tepat. tapi yagitu unn :(
Soal kata 'predisksi' typo, ya? Maksudnya prediksi, kan? Haha. Mata gue jeli amat. Semoga calon editor. :))
BalasHapusGue terhanyut, merasakan seolah-olah gue ini menjadi 'saya' di tulisan itu. Keren!
Oh iya, kadang pujian membuat orang jadi sombong. Kadang kritik juga membuat orang jadi lemah. ( Gue dulu banget ) Seharusnya pujian itu membuat seseorang untuk lebih baik lagi, ya? Dan kritik seharusnya membangun.
Gue nggak tau mau kritik apa. Bisanya cuma ngelitik. :p
Tidak asing dengan sebuah kisah cinta ini, cukup banyak cerita yang mengisahkan kerasnya lelaki yang justru menguatkan hati wanita itu. Dan sekali lagi saya temukan kisah yang sama, apakah memungkinkan jika seorang wanita yang terkena kerasnya lelaki dapat menyulap lelaki itu menjadi lemah? Kebanyakan cerita pasti menceritakan proses penguatan batin wanita yang tersakiti tanpa mengabari kondisi lelaki itu memakai sudut pandang orang serba tau.
BalasHapusSoal isi, kupikir kamu masih belum butuh kritik, Un.
BalasHapusKumau ngritik EYD aja. Penanda waktu, benar dengan kata "pukul", tapi penulisannya mestinya pakai titik bukan titik dua seperti di atas. Lalu, ada kata "membloking", kayaknya itu masih campuran Indonesia-English. Baiknya kamu pakai kata "memblokir". Ketiga, ada kata "padaNya", mestinya kamu pakai strip jadi "pada-Nya". Satu lagi, soal penggunaan koma sebelum "dan". Tadi ada kalimat di atas yang menjabarkan beberapa hal, di ujungnya ada "dan" tanpa didahului koma. Mestinya pakai koma. Kalau cuma bilang "A dan B" gak apa gak pakai koma, kalau lebih dari dua mesti pakai.
Kepanjangan gak? Hahaha btw, aku baca ini kayak baca tulisanku sendiri. Bahasa kita mirip. :*
Romantis meski bahasanya sangat ringan dan langsung ke inti, bukan gaya bahasa yang ketika satu persatu kalimat atau paragraf harus direnungi lama. Mungkin karena ringan, diksinya juga ga yang aneh-aneh jadi gampang dicerna. Tapi kalo analogi lebih diperbanyak, premisnya pasti lebih yahud.
BalasHapusmanis, selalu dekat dengan kehidupan ya tuisan ka dz.
BalasHapuskirim inspirasi bwt alumnijg dong ka :D
Surat cintanya keren sekali. dan beruntungnya dirimu mengenal malaikat cinta itu. yang dengannya kau dapat meracik kata dengan sebijak-bijaknya perasaan yang mendalam. surat cinta ini merupakan bentuk ketulusan yang paling menakjubkan.
BalasHapusSurat cintanya keren sekali. dan beruntungnya dirimu mengenal malaikat cinta itu. yang dengannya kau dapat meracik kata dengan sebijak-bijaknya perasaan yang mendalam. surat cinta ini merupakan bentuk ketulusan yang paling menakjubkan.
BalasHapusdear uni, aku jatuh cinta pada suratmu ini. Tulus dan membuat hangat. Paling tidak tulisanmu nampak tenang sekalipun mungkin hatimu tidak.
BalasHapusWah bener juga ya, kebanyakan orang lebih mengelu-elukan tentang senja ketimbang fajar. Mungkin di cerpen-cerpen berikutnya aku akan lebih banyak menulis tentang fajar:D
BalasHapusBtw ini sih dalem menurut gue kalo si cowok yg lo maksud baca... Tulisan apapun akan menjadi indah jika itu diperuntukkan kepada kita.
sesuai permintaan dza, aku kasih komentar ya.
BalasHapusdi sini, jika ini adalah sebuah prosa narasi deskriptif, entah kenapa aku tidak bisa membayangkan utuh sosok tuan dan z. mungkin karena plotnya dibuat agak sedikit loncat-loncat. dan untuk ukuran surat cinta, ada satu hal yang aku sayangkan, kenapa di awal tuan dan z terlihat begitu dekat, tapi ketika di penutup, tuan dan z terlihat sangat jauh karena penggunaan anda di sana. padahal, menurutku secara pribadi, sebuah surat cinta, harus ada kedekatan dan emosi yang berlebihan. karena cinta, adalah sesuatu yang selalu hiperbola, jika cintamu belum hiperbola, ada yang bilang, itu bukan cinta.
-sekian, sorry shiftnya error, tengs-