"Kalau kamu dapat kesempatan untuk kembali, tahun berapa yang akan kamu pilih?"
"2014."
"Kenapa harus tahun 2014? Bukannya kamu baru saja meninggalkan tahun itu, kemarin."
"Aku mau kembali dan mengulang aktivitasku tahun 2014."
"Kenapa?"
"Karena aku telah lalai di tahun 2014. Aku dapat dua kali kesempatan untuk lulus kuliah tapi kuabaikan. Aku dapat tiga kesempatan untuk bekerja, tapi ketiganya tidak aku indahkan. Aku dapat banyak waktu luang tetapi tidak aku gunakan dengan baik. Aku telah mengecewakan orangtua karena sering membantah. Aku seharusnya bisa menerima seseorang, namun ia kutinggalkan, karena masih juga kukunci hati dan enggan membukanya. Aku diingatkan berkali-kali agar dekat dengan Tuhan melalui bencana di sekitarku, tapi tetap saja Tuhan tak kugubris. Aku bisa menjadi sesuatu dan mengasah kualitas kemampuanku, sayangnya hanya berleha-leha yang kulakukan sepanjang tahun. Kalau bisa kembali, aku mau mengulang hidupku di tahun 2014."
"Kenapa harus 2014?"
"Kamu nyimak nggak, sih? Alasannya sudah kujelaskan barusan."
"Oh, iyasih. Lagipula... Duh, catatan burukmu menumpuk. Kamu ngapain aja sih di dunia. Nggak beramal sedikit pun?"
"Aku melakukan apa yang kusuka."
"Hm. Oke, gini. Pertanyaannya kuganti."
"Hah?"
"Kalau kamu bisa mengulang hidup, dapat kesempatan untuk kembali kecuali di tahun 2014, tahun berapa yang akan kamu pilih?"
"Tidak ada. Aku tak perlu kembali."
"Kenapa?"
"Karena aku tidak pernah menyia-nyiakan hidup selama 360 hari, setiap tahunnya, kecuali di tahun 2014. Aku sungguh ingin mengulangnya. Bisa?"
"Sebentar. Aku harus negoisasi dengan Tuhan."
"Nggak perlu."
"Kenapa?"
"Karena aku tahu, kita nggak akan pernah bisa kembali ke masa lalu. Itulah kenapa ada kata 'penyesalan' . Karena yang sudah terjadi, tidak akan bisa diulang."
"Kamu meremehkan Tuhan? Dia bilang, Kun fayakun'. Jika Ia menghendaki sesuatu untuk terjadi, maka akan terjadi."
"Tapi tidak dengan memutar waktu, kan? Aku percaya Tuhan tidak akan mengembalikanku ke tahun 2014."
"Terus, sekarang kamu mau apa?"
"Kamu mau mengambil nyawaku, kan? Silakan. Lagipula, aku sedih melihat keluargaku menghabiskan uangnya untuk biaya rumah sakit. Lebih cepat aku mati, lebih baik."
"Nggak semudah itu. Lagipula, mengambil nyawa bukan tugasku."
"Terus kamu ngapain di sini?"
"Aku lihat catatanmu banyak buruknya. Kamu menyedihkan. Mungkin kamu akan digiring ke neraka."
"Oh, yaudah. Aku yang ke neraka, apa pedulimu?"
"Aku bertemu kakek, ayah, paman, dan sepupumu di surga. Di sana, mereka bercerita banyak tentangmu. Kamu yang baik, polos, ramah. Kamu yang bercita-cita mendirikan yayasan sosial, kamu yang selalu menurut pada keluarga. Kamu yang selalu mendoakan mereka agar kuburnya terang... Mereka menunggumu di surga."
"Apa iya? Apa nggak salah orang? Aku nggak se-mulia itu."
"Kamu nuduh aku berbohong? Aku serius. Setelah mereka cerita begitu, aku jadi tidak tega melihatmu masuk neraka."
"Terus apa yang bisa kamu lakukan buatku? Mau menyelundupkan aku ke surga, gitu?"
"Hahahahaha. Nggak gitu. Aku mau negoisasi denganmu."
"Kamu marketing, ya? Tadi mau coba nego sama Tuhan, sekarang sama aku. Mau nego apa?"
"Kamu tahu amanah? Amanah itu tanggung jawab, dan urusanmu di dunia, belum selesai. Kamu harus menyelesaikan amanah."
"Apaan?"
"Lupa?"
"Iya."
"Padahal sudah kamu jelaskan di atas, loh. Masa lupa."
"Maaf. Dan aku nggak bisa rewind ucapanku. Bisa bantu ingatkan?"
"Kamu belum lulus. Belum membuka hati. Belum mendekatkan diri pada Tuhan. Belum bekerja dan menghasilkan uang untuk keluarga. Belum membantu orang-orang yang membutuhkan. Kamu harus lakukan itu. Jika semuanya selesai, akan kujemput di pintu surga."
"Malas ah."
"Bodoh. Kamu yang bilang, menyesal telah menyia-nyiakan kesempatan. Sekarang kuberi kamu satu kesempatan. Begitu kamu membuka mata, kamu akan tiba di tahun 2015. Kesempatan kamu cuma satu kali. Lakukan semua amanah itu."
"Kalau sudah selesai, aku boleh ke surga?"
"Belum tentu. Aku akan kirim dua sahabatku untuk menjagamu. Namanya Munkar dan Nakir. Mereka akan catat seluruh perbuatanmu. Jadi, hati-hati dalam bertindak."
"Wah, kamu posesif sekali, sampai harus kirim dua penjaga buatku."
"Heh! Aku nggak posesif. Ini kalau bukan karena kakekmu yang baik hati itu, aku nggak akan peduli sama kamu. Oke. Siap ya? Buka matamu sekarang."
"Aku sudah membukanya dari tadi. Dan, oh. Kamu ganteng."
"Kamu flirting sama malaikat?"
"Memangnya kamu malaikat? Apa ada malaikat yang cerewet kayak kamu?"
"Berisik. Buka mata sekarang."
"Aku sudah buka mata. Ih."
"Belum. Buka mata yang sebenarnya. Gini. Aku akan buka jendela kamar. Lompat lah ke sana dan jatuh dengan bebas. Kamu akan segera membuka mata. Setelahnya, pergunakan kesempatan itu."
"Iyadeh, kukerjain. Makasih loh, atas kesempatannya."
"Sana lompat."
"Iya.
"Dah. Sampai ketemu di surga, nanti."
"Iya."
"Besok Munkar sama Nakir bakal datang. Nggak perlu takut, mereka nggak jahat sama kamu."
"Iya."
"Okedeh. See you, my girl."
Aku mengangguk. Tertatih kulangkahkan kaki menuju jendela kamar. Ia mengulurkan tangannya dan aku menggenggam dengan erat. Kami akan segera melompat bersamaan.
"Sebentar. Siapa namamu?"
Kami keburu melompat. Aku merasa tubuhku melayang. Kubiarkan ubuhku berdebam ke bawah ketika terjatuh, dan segera kubuka mataku. Aku tetap berada di ranjang dan ada orang-orang di ruanganku. Ibu, dokter, dan dua penjaga yang Ridwan janjikan. Tapi dia, tidak ada. Sebelum membuka mata tadi, kudengar ia menyebut namanya, "Ridwan."
________
1/ Ridwan adalah malaikat penjaga pintu surga
2/ Munkar dan Nakir adalah malaikat pencatat amal baik dan buruk setiap manusia.
3/ Labun (judul cerita) : Bercakap-cakap - KBBI
Gak mau komen macem-macem ah. Cuma bilang, saya suka dengan tulisan ini.
BalasHapusTerima kasih kalau suka, semoga kita bisa memperbaiki diri ^^
HapusLabun, penasaran aja dengan labun itu mbak
BalasHapusHehe, itu bahasa Indonesia, loh.
Hapus2014 mungkin, Uni punya mantan? :(
BalasHapusGapunya :'(
HapusKalo boleh tahu labun itu apa ya ?
BalasHapusItu sudah kujelaskan di catatan kaki, Labun artinya bercakap-cakap :)
HapusAku suka, maknanya nyampe dan pas nusuknya. Judulnya bikin penasaran. apa benar manusia bisa mengalami hal semacam itu, ya?
BalasHapusEntah, aku belum pernah ngerasain, sih. Pernah baca buku, ada fase saat orang sekarat, dia dilihatkan tentang kegiatannya semasa hidup, tapi sekali lagi, entah. Makasih udah baca, ka ayu ^^
Hapusow,cowoknya itu namanya ridwan ya
BalasHapusEntah deh itu cowok atau cewek, pokoknya malaikat penjaga pintu surga, dalam islam diketahui namanya Ridwan ^^
Hapus