Wah, sudah satu Januari nih! Artinya, masa cuti menulis saya sudah selesai :')
Selama bulan Desember kemarin, saya betulan berhenti nulis fiksi non fiksi. Yah, seperti sebuah hubungan, kadang kita butuh jeda untuk istirahat. Bukan karena lelah menjalani, tapi lebih ke arah instropeksi, dan belajar memperbaiki kualitas. Bukankah, begitu? Dan saya nggak cuma cuti menulis, tapi juga cuti membaca. Betulan mengurangi aktivitas media sosial, mengistirahatkan mata dari segala macam deretan aksara, dan sibuk menjelajahi masa lalu #EhCiyee .
Kita semua tahu, bahwa waktu nggak bisa diputar, dan mesin waktu hanya kita kenal di film, bukan di kejadian nyata. Jadi, apakah kita betulan bisa kembali ke masa lalu, atau datang ke masa depan, entah. Tetapi saya pikir, sebagai manusia kita tidak bisa memutar atau mendahului takdir Tuhan. Nah, menjelajahi masa lalu yang saya maksud adalah, berkunjung ke tempat di mana saya menghabiskan masa kecil. Lokasinya ada di Jakarta Timur, dan saya sudah tidak ke sana selama empat belas tahun.
Saya menjelajahi masa lalu diawali dengan datang ke bidan di mana saya dilahirkan. Sayang, nggak ketemu sama bidan-nya. Tapi udah cukup lah, pas nyokap cerita segala hal tentang saya saat kami tiba di bidan tersebut. Terus nyokap sempat bilang (kurang lebih seperti ini), "Durhaka deh, anak-anak yang suka ngelawan orangtua. Membuat kalian mengada di dunia itu nggak mudah. Mau diceritakan perjuangan ketika seorang anak lahir pun, kamu ga akan bisa ngerti sampai nanti ngerasain sendiri."
Kami pun melewati rumah lama ketika dulu tinggal di sana. Rumah seluas 500 meter itu, dulunya asri. Kami membuat teras luas di depan rumah, supaya semua anak para tetangga bisa bermain di teras tersebut, jadi saya lebih sering menghabiskan waktu main di teras ketimbang di rumah orang. Lalu di samping teras tersedia taman kecil. Taman itu bentuknya persegi panjang dan kalau disusuri, bisa tembus ke kebun belakang rumah. Di kebun itu ada pohon jambu yang pada batangnya dipasang kayu bertingkat menyerupai tangga. Jika dipanjat, akan membawa saya ke atap rumah. Ada meja kecil, tumpukan jerami, dan peralatan masak mainan di atas sana. Pohon jambu itu selalu ranum buahnya dan saya dengan kakak sepupu sering kali memanjat dan bermain di atap, sambil memakan buah jambu ketika kelaparan. Kadang kucing saya Si Manis ikut memanjat dan kami bermain di atap seharian, sampai saya harus digendong papa karena ketiduran di sana.
Di rumah itu pun saya kali pertama jatuh tepat di dagu, dan mendapat pengalaman jahitan operasi yang bekasnya masih ada sampai sekarang. Apalagi ya... Oh, saya punya lebih dari sepuluh kucing dan tidur bersama mereka, makan bersama, mandi juga dijagain mereka. Soanya kan saya malas mandi di rumah itu, kamar mandinya nggak aman dan pernah ada yang mengintip, (walaupun semasa itu saya masih kecil, sudah punya rasa malu), tapi Si Manis bakal nyakar kalau saya nggak mandi. Di sana juga terjadi momen yang membuat saya trauma dengan kembang api, karena saya pernah membuat rumah itu kebakaran, yang kisahnya tak mungkin saya lupa. Masih di rumah itu, kenangan terkahir adalah, ketika saya merayakan ulang tahun besar-besaran bersama papa, untuk yang pertama dan terkahir kalinya. Bulan Agustus ulang tahun, September papa wafat, tuh.
Ah, senangnya menjadi seorang pengingat yang baik, dan sungguh, meski rumah itu hanya saya tempati sampai usia delapan tahun, tetapi kenangannya tak ada yang saya lewatkan satu pun. Barangkali keluarga saya punya kenangan yang lebih banyak di rumah itu, tapi mereka enggan berbagi. Biarlah kami memiliki kenangan masing-masing tentang rumah itu.
Saya berdiri lagi di depan rumah itu, di bulan Desember. Empat belas tahun setelah kami pindah, rumahnya sudah berbeda. Penghuni barunya membangun rumah megah dengan banyak pilar, tembok tinggi, jendela seadanya, serta pagar setinggi tiga meter. Pun tak ada pohon, bunga, tanaman, dan terasnya menjadi tempat parkir. Tempat itu menjadi sesuatu yang sangat asing bagi saya, tetapi kenangan yang ada di sana tidak pernah bisa terkubur.
Saat itu Jakarta mendung, tapi saya sempatkan berkunjung ke TK serta SD lama, yang sepi dan tak ada yang mengenal saya. Tak apa, tak butuh diingat, sebab saya hanya ingin mengenang masa-masa saat papa mengantar dengan sepeda, dan nyokap menjemput pulang dengan angkot. Saya pun menyempatkan diri berkomunikasi dengan teman-teman SD dan mendapat banyak kabar dari mereka.
Saya terus menjelajahi masa lalu, dan mengulang kenangan lama, serta menemukan potongan-potongan kisah yang belum saya ketahui. Hari itu saya yakin, pilihan saya untuk cuti dari menulis dan membaca adalah hal yang tepat. Seorang editor pun pernah berkata, bahwa sebagai seorang penulis, hendaknya kita mengenal dunia nyata dengan baik, dan peka terhadap kejadian sekitar, baik yang telah atau sedang terjadi.
Terima kasih, Desember. Cuti saya berakhir, liburan saya usai, dan kini harus berhenti menjelajahi masa lalu. Saya akan menyetir menuju mada depan! I'm ready to face the world!
Akhir kata, saya telah kembali, dan siap untuk menulis lagi. :)
Salam,
Uni Dzalika
Syemangat
BalasHapusMAKASIH
HapusA
K
A
S
I
H
Keep Blogging kak :)
BalasHapusSure, I will! Thank you :')
HapusSelamat datang Kembali. oh iya, folback Blogku " Arti Perjalanan"
BalasHapusTerima kasih :) aku follow kalau ol di laptop, ya. Belum sempat, nih.
Hapusselamat datang dan selamat tahun baru 2015
BalasHapusTerima kasih sambutannya ^^
HapusHarus kembali, dong. Semngat ngeblognya ditambahin, biar bisa kembali berkarya. Istirahat boleh, tapi jangan nyampe kena zona nyaman. Welcome 2015.
BalasHapusSalam,
Heru Arya
Makasih kakak wortel ^^ aku catat pesannya :)
HapusSelamat datang kembali dari cuti kemaren...
BalasHapusgue sempet kepikiran buat ngelakuin hal yang sama kayak lu, mengenang sejenak masa kecil dan kehidupan gue dulu. tapi gak pernah sempet karena aktivitas padat, libur sedikit -_-
Nah, pas libur itu lakuin aja, seru loh, seenggaknya bisa nostalgia sedikit. Terima kasih sudah baca :)
HapusSelamat datang kembali kak, semoga makin rajin ngeblog ya :D
BalasHapusTerima kasih. Akan aku usahakan, kamu juga ya semangat ngeblog nya ^^
HapusSelamat tahun baru kak, semoga makin rajin nulis dan membacanya :)
BalasHapusTerima kasih kak Rima, doa serta harapan yang sama, untukmu.
Hapussaya bukan pengingat yang baik, kejadian 15 tahun yang lalu saja saya tidak ingat. Yang saya ingat, saya adalah anak yang penyakitan dulu. Untung sekarang gak lagi.
BalasHapusSemangat menulisnya Uni :D
Aku sebetulnya bukan pengingat yang baiktapi karena rajin diingatkan dan rajin nostalgia, jadi keingat terus, semacam sudah ter-schedule gitu, kak, hehe. Terima kasih sudah baca :)
Hapus