Kepada : @MungareMike
Dari : @unidzalika
Uhm... Selamat hari selasa, yang cuaca dinginnya begitu terasa.
Kamu selebtwit? Sepertinya bukan. Lantas, harus aku tulis surat untukmu? Sepertinya tidak, tapi aku mau. Terserah kamu mau membacanya atau tidak. Kamu sedang apa? Kamu sedang bersama siapa?
Agaknya terlalu kaku jika aku harus basa-basi terlebih dahulu, tapi aku tetap penasaran dengan kabarmu. Jadi, apa kabar?
Setahun lalu aku mengenalmu, pada euforia yang sama seperti awal tahun sekarang ini.
Saat itu, kamu lebih banyak membisu sementara aku sibuk memantau isi timeline-mu. Dan ya, menurutku kamu anak yang asik. Setidaknya itu yang terlintas dalam pikiranku, sebab kamu bersedia menjawab semua mention-ku. Asik, menarik, tapi sepertinya bukan tipe orang yang baik.
Masih ingat? Dulu sekitar bulan Oktober, kamu mengomentari suatu program di mana aku sebagai pengagasnya. Aku kesal, aku sebal, dan merasa kamu sangat menjengkelkan. Namun di sisi lain, apa yang kamu ucapkan itu memang benar adanya. Jadi aku memilih mengucapkan terima kasih. Tak terasa, kejadian itu sudah lama, dan ternyata, aku malah semakin sering terjebak dalam semua pertanyaan yang kamu berikan. Risih? Tidak sama sekali. Aku justru semakin yakin bahwa kamu adalah orang yang berharga karena selalu punya cerita setiap kali kita bercengkrama.
Dulu kita bisa saja berkata tidak saling mengenal. Tapi sekarang ini, pada waktu tertentu, aku gemar sekali melempar sejumlah pertanyaan aneh padamu, lalu kamu dengan (sepertinya) sangat sabar akan menjawab, kamu mulai memberi saran ketika aku meminta, membantuku berpikir lebih jernih, dan aku senang menyimak semua cerita darimu.
Dan bagaimana aku, menurutmu? Pasti aku seseorang yang sangat membosankan.
Hmm, pada intinya semua paragraf di atas masih basa-basi yang tidak semua orang mengerti. Aku bingung ingin berkata apa di surat ini. Aku sangsi jika aku menulis banyak, kamu akan menganalisa semuanya kalimat per kalimat, membuatku semakin terlihat bodoh di matamu.
Surat ini sejujurnya ingin menyampaikan bahwa aku sangat, sangat, sangat beruntung bisa mengenal dirimu. Aku punya banyak teman. Banyak sekali, ratusan, mungkin. Tapi sedikit sekali orang-orang yang benar aku jadikan tempat cerita. Aku hanya bisa bercerita pada orang yang menurutku dia cerdas. Dan beruntungnya aku karena bertemu kamu, yang memiliki cara pandang dengan sangat cerdas, di mana aku tak ragu untuk berkeluh kesah.
Ini surat cinta untukmu. Mencintai dalam kemasan yang berbeda. Mencintai sebagai seorang kawan yang baru saja menemukan teman baru yang sangat luar biasa. Semoga kamu tidak menyesal mengenal orang sepertiku.
Tidak ada komentar:
Ada pertanyaan atau kamu ada masukan?
Ditunggu komentarnya!:)