Selamat sore ka Iin,
Aku ingin bercerita banyak, tapi aku rasa kamu sudah tahu apa yang hendak aku ceritakan, heheheh hehehe hehehehe. Tapi tolonglah kak, jangan gunakan indra keenam saat membaca suratku. Jangan gunakan telepati untuk memahami maksud suratku. Jangan juga menganalisis semua tulisan ini. Aku hanya ingin kamu membacanya.
Kak, aku ini mudah sekali bahagia, sekaligus mudah patah hati. Lucu ya hatiku ini, duh. Mudah sekali meleleh karena hal sepele. Apakah ini berbahaya kak? Sejauh ini, kondisi tersebut tidak menyelakakan, entah aku yang tidak sadar atau memang tidak akan kenapa-napa.
Menurut kakak, aku harus membekukan hati? Supaya dia tidak cepat lumer, tidak mudah hancur, tidak mudah lembek. Kadang-kadang aku takut kak, hati ini sebenarnya terlalu rapuh. Ah kenapa pula Uni konsultasi urusan ini ke kakak.
Pagi tadi aku cek kalendar. Kemudian melihat tahun. Ini 2014. Dan aku baru sadar, usiaku bukan lagi usia remaja. Sementara sifatku jauh sekali dari dewasa. Apakah keadaan ini salah, kak?
Dan jujur, aku bisa (setiap saat) bahagia karena hal-hal sepele yang terjadi di twitter, wasap, dan dunia di media sosial lainnya. Tapi di kehidupan nyata, aku nyaris ingin menyerah. Ini kali pertama cobaam yang aku hadapi, dan untuk menghadapinya tidak mudah. Aku takut kak. Aku takut kalau Uni yang di dunia nyata, tidak bisa kuat seperti Uni yang di dunia maya. Tapi aku selalu mencoba untuk tetap tersenyum, dan tidak mengeluh.
Ka Iin, ternyata, semakin dewasa, seseorang itu semakin mahir menutupi kesedihan, ya. Ternyata, semakin bertambah usia, seseorang semakin pintar menjaga air matanya untuk tidak kelur. Dan itu sedang aku alami sekarang ini.
Kak, kalau kakak, sekarang kenapa? Dan ada cerita apa? Semoga lain hari kita bisa ketemu dan ngobrol panjang lebar ya. Kalau di surat, aku capek ngetiknya.
Salam sayang,
Uni
keren,, gak ada yg typo
BalasHapus