Selamat pagi kamu, yang ketika terbangun bukan lagi wajahku yang ada di hadapanmu.
Tentu sekarang ini aku tak berhak mengatakan bahwa yang bergejolak ini adalah sebuah kerinduan terhadapmu.
Namun, sebelum kamu beranjak dari ranjangmu, ada baiknya kamu tahu, yang kurasakan sekarang, sangat menyakitkan tapi juga menyenangkan.
Menyesakkan pernapasanku, Membuat dadaku begemuruh, Melumpuhkan akal sehatku,
Melenyapkan keraguan yang memagari keyakinan.
Aku tak pernah tahu apa itu rindu...
Yang aku rasakan kini sangat pedih, menyayat, dan kondisi ini seakan membuatku harus mengkonsumsi asap karbon monoksida dalam waktu berkepanjangan. Asap berbaya, tapi nikmat ketika dihirup.
Kapan terakhir kali kita bertemu?
Kapan terakhir kali aku dengar suaramu?
Kapan terakhir kali kaki kita meninggalkan jejak di waktu yang bersamaan?
Kapan terakhir kali kita makan malam bersama?
Kapan terakhir kali kita melakukan sesi foto?
Kapan terakhir kali aku melihat senyumanmu?
Aku merasa baru sejam yang lalu kita bertemu, dan jarak ini mampu membuatku berkhayal seolah kita telah berpisah selama satu dekade.
Aku tak layak katakan bahwa aku rindu kamu, tapi rasa yang meletup-letup ini sungguh tak lagi dapat kutahan. Aku butuh bertemu kamu, aku ingin buktikan pada jantung kalau bertemu kamu aku akan baik-baik saja. Aku hendak pastikan kepada paru-paru kalau bertemu kamu aku tak akan lagi sesak menahan kerinduan. Aku mau perlihatkan pada pembuluh darahku kalau kamu adalah separuh nyawa yang membuatku hidup.
Dan tanpa melepas rasa yang kurasakan ini, aku ingin bertanya padamu,
Kapan terakhir kali kamu merapalkan namaku dalam doamu?
Kapan?
Tentu sekarang ini aku tak berhak mengatakan bahwa yang bergejolak ini adalah sebuah kerinduan terhadapmu.
Namun, sebelum kamu beranjak dari ranjangmu, ada baiknya kamu tahu, yang kurasakan sekarang, sangat menyakitkan tapi juga menyenangkan.
Menyesakkan pernapasanku, Membuat dadaku begemuruh, Melumpuhkan akal sehatku,
Melenyapkan keraguan yang memagari keyakinan.
Aku tak pernah tahu apa itu rindu...
Yang aku rasakan kini sangat pedih, menyayat, dan kondisi ini seakan membuatku harus mengkonsumsi asap karbon monoksida dalam waktu berkepanjangan. Asap berbaya, tapi nikmat ketika dihirup.
Kapan terakhir kali kita bertemu?
Kapan terakhir kali aku dengar suaramu?
Kapan terakhir kali kaki kita meninggalkan jejak di waktu yang bersamaan?
Kapan terakhir kali kita makan malam bersama?
Kapan terakhir kali kita melakukan sesi foto?
Kapan terakhir kali aku melihat senyumanmu?
Aku merasa baru sejam yang lalu kita bertemu, dan jarak ini mampu membuatku berkhayal seolah kita telah berpisah selama satu dekade.
Aku tak layak katakan bahwa aku rindu kamu, tapi rasa yang meletup-letup ini sungguh tak lagi dapat kutahan. Aku butuh bertemu kamu, aku ingin buktikan pada jantung kalau bertemu kamu aku akan baik-baik saja. Aku hendak pastikan kepada paru-paru kalau bertemu kamu aku tak akan lagi sesak menahan kerinduan. Aku mau perlihatkan pada pembuluh darahku kalau kamu adalah separuh nyawa yang membuatku hidup.
Dan tanpa melepas rasa yang kurasakan ini, aku ingin bertanya padamu,
Kapan terakhir kali kamu merapalkan namaku dalam doamu?
Kapan?
Tidak ada komentar:
Ada pertanyaan atau kamu ada masukan?
Ditunggu komentarnya!:)