"Annyeonghaseyo, Hallo. Aku mencari tas yang seperti ini, ada?" seseorang dengan wajah khasnya, mengejutkanku dengan bahasa korea yang fasih dan menunjukkan sebuah gambar yang ada di tangannya.
Gambar sebuah tas anti air yang biasa digunakan untuk fin-alat untuk melakukan snorkeling. Aku melirik sederet tas-tas display yang ada di tokoku, emm... toko bosku lebih tepatnya.
"Annyeonghaseyo, Eoseo-oseyo. Mian ne, tidak ada disini untuk fin. Hanya dry-bag untuk keperluan saat ke pantai saja," jawabku sopan, juga dengan bahasa korea. Dia sedikit terkejut dengan jawabanku, mungkin heran dengan aku yang juga bisa mengerti dan mengucapkan bahasanya.
"Naneun hangugeoreul baeund-Saya belajar bahasa Korea," aku menjelaskan singkat padanya. Dia mengangguk-angguk pelan. Lalu kakinya melangkah masuk ke dalam toko, entah sekedar basa-basi mencari tas atau memang berkeinginan untuk membelinya. Aku memperhatikannya dengan sekasama dan... Hey dia seperti... Aku yakin sekali aku pernah melihatnya. Dia yang saat ini sedang berbaju kaos bewarna coklat muda itu seperti salah seorang penyanyi yang sangat kukenali, tapi aku lupa namanya. Wajahnya tidak asing dan senyumnya yang sempat tertangkap tadi membuatku memeras otak untuk mengingat. Mianhe, aku meminta maaf saat aku tertangkap basah saat memandangnya tadi. Dia tersenyum dan melanjutkan melihat lihat pajangan di toko.
"Sexy, Free & Single I’m ready too, Bingo..."
tiba tiba ponselku meraung-raung mendendangkan lagu kesayanganku. Aku berlari kebalik konter untuk mengambil teleponku. Dia menatapku dengan terkejut namun aku tak memperhatikannya. "Yoboeseyo," aku menjawab telepon dari sahabatku. Aku mendengarkan dan melupakan kegembiraanku
sampai aku berteriak.
"Jinjia! Sudah pasti mau konser tangal 1 Mei ini? . Iya tenang saja, nanti beli tiketnya bareng, oke. Tapi aku lembur kerja hari itu. Apa?! Oh okay. Nanti kau hubungi aku lagi ya," bip.
Telepon kumatikan. Hampir saja aku terlonjak kegirangan karena mendengar kabar bahwa tiket untuk menonton boyband favorite-ku sudah ada. Sampai lupa kalau aku sedang bekerja, dan... Eh lelaki berkaos coklat itu masih ada, malah memperhatikanku.
"Mau nonton konser ya? Konser apa, ss5? Aku juga mungkin ada disana. Siapa tahu kita bisa bertemu. Begini, bisa aku minta nomormu agar bisa kuhubungi diluar jam kerjamu. bagaimana?," tiba-tiba dia berujar, masih dalam bahasa korea. Aku berpikir keras, mengingat-ingat siapa orang yang ada di hadapanku ini. Seperti seorang artis tersohor di negri gingseng tapi aku benar-benar lupa.
"Siapa namamu?," ia kembali bertanya setelah mencatat nomorku.
"Riana,"
jawabku singkat. Gugup lebih tepatnya.
"Mannaso ban-gapsseumnida oppa!" ucapku pelan, nyaris tak terdengar. Sampai si kakak itu berlalu aku tak tahu namanya. Namun wajahku tersenyum-senyum saat mengingat bahwa dia akan mengajak menonton Suju. Suju idolaku. Bayangkan saja, harga tiket termurahnya seharga 550. 000 rupiah, harga yang lumayan mahal.
Senyum diwajahku langsung meredup seketika. Si oppa tadi hanya minta nomorku dan tak memberi
nomernya balik. Dan bodohnya aku tadi terlalu senang dan gugup hingga lupa meminta nomernya. Bahkan aku pun tak tahu namanya. Aahhhh dasar aku
bodoh. Aku memukul-mukul tangan ke kepalaku. Aku merasa bodoh karena seseorang. Pabo!
•••
Aku melihat layar jam tanganku dan menunjukkan pukul delapan pagi. Seharusnya Dina-teman yang minggu lalu meneleponku sudah bertemu denganku tapi sepertinya ia terjebak macet di jalan. Suasana hari ini sangat ramai oleh semua Elf-penggemar boyband Super Junior asal korea. Aku sengaja mengambil cuti hari ini untuk membeli tiket tersebut. Aula hotel semakin ramai oleh antrean penggemar yang siap membeli tiket berapapun harganya. Aku ikut mengantre, masuk dalam barisan meski Dina belum datang. Dan... Hey, ditengah keramaian para penggemar yang sedang mengantre, kulihat seseorang yang berdiri di depanku mengibas-ngibaskan rambutnya dengan kipas bergambar salah satu artis Korea yang sepertinya kutemui minggu kemarin.
"Kamu nggak tau ya siapa dia?" seorang yang kutepuk pundaknya melah balik bertanya. Aku menggelang dan mengulang pertanyaanku.
"Oke, kita memang ELF, tapi masa nggak tahu mereka sih?" aku memang elf sejati tak pernah mau melirik artis-artis lain. Tapi aku sering lihat juga kok, batinku. Aku masih diam menunggunya melanjutkan omongannya.
"Dia Minho Shinne, juga satu manajemen sama SM." Dia nyerocos dan menjelaskan nama-nama personel lainnya. Aku hanya menggangguk. Oh dia Minho, ngapain dia ke Indonesia ya? Aku mau bilang kalau aku bertemu sama Minho tapi aku tak yakin mereka akan percaya. Jadi aku simpan saja informasi itu. Anteran semakin menggila dan membuat kami kelelahan. Sudah berjam-jam loket belum terbuka juga. Dina pun sudah dari tadi sampai di depanku.
"Gimana kalau habis? Sudah antre dari pagi." Dina mulai panik dan aku? Aku lebih panik. Aku ingin bisa melihat oppadeul dari dekat. Siwon oppa, Eunhyuk oppa, Donghae oppa, Kyuhun... Ah aku ingin menyerukan nama mereka. Tapi yang ada dalam pikiranku saat ini bukan hanya tiket dan oppa yang ingin kutemui. Aku... Aku sedang memikirkan Minhoo oppa yang kemarin mendatangi tokoku. Bodoh sekali aku sampai lupa namanya. Bodoh sekali aku sampai tak tahu ia adalah artis yang paling digemari oleh kebanyakan wanita. Aku melirik Dina. Ia berkeringat, entah karena panik atau karena padatnya antrean. Sepuluh menit berlalu sudah, dan penjaga loket mengatakan bahwa tiket seharga Rp550.000 sudah habis.
"Mau tetep lanjut nggak?" Dina menoleh padaku. Aku menaikan kedua alisku, tanda setuju. Itu berarti kami harus membeli tiket yang lebih mahal dari perkiraan kami. Kami maju selangkah demi selangkah, mengikuti alur antrian. "Sexy, free, and single..." Teleponku berdering. Nomor tak dikenal muncul di dalam layar. "Yeoboseo, Hallo,"
"..."
Oppa? Aku berujar dan menutup mulutku saat mendengar suara disebrang sana. Entah aku harus meloncat kaget dan histeris atau aku harus tertunduk
lemas dan terjatuh pingsan. Aku sungguh tidak menyangka mendengar Minho oppa melapalkan namaku. aku mendengarkan saja saat Minho oppa
berbicara. Aku takut salah mengartikan ucapannya. Dan aku takut dianggap elf gila karena tidak mendapatkan tiket. Senyumku menghilang saat Minho oppa mengabarkan bahwa dia tak lagi di Indonesia. Telepon kututup. Senyumku benar-benar menghilang karena aku tak mendapat kesempatan kedua dengan Minhoo oppa untuk berbincang-bincang, menghilang bersamaan dengan habisnya tiket yang berikutnya. Yah, tidak terlalu sedih juga. Setidaknya aku senang karena ia meneleponku dan itu menjadi kenangan tersendiri buatku. Dina hampir menyerah.
"Kalau yang sejuta habis, kita pulang saja ya Ri. Aku tidak bawa uang lagi," Dina berkata lemah. Aku hanya mengangkat kedua bahuku, lalu izin kepada Dina untuk ke kamar mandi.
Aku menyusuri sepanjang lorong hotel dan mencari-cari toilet. BRUK!
Tubuhku menabrak seorang pria yang baru keluar dari toilet yang letaknya bersebelahan dengan toilet wanita. Ia sedang tergesa-gesa tapi masih sempat membantuku berdiri.
"Maaf, aku buru-buru, Maaf, A... A...aku.. Aku..." Aku tergagap. Yang menabrakku itu... Seseorang dengan senyuman paling khas yang tak pernah kulupa. Senyuman yang selalu menjadi teman sebelum aku tertidur, dan matanya yang selalu kutatap dalam setiap video dan film yang ia bintangi. Dan wajahnya benar-benar tampan seperti seorang malaikat. Siwon.
"Aaaaaaah Siwon Oppa! Saranghaeyo!"
Tanpa malu-malu aku memeluknya. Bahagia sekali bisa khusus bertemu dengannya secara tidak segaja seperti ini. Air mataku meleleh, menangis sejadi-jadinya. Tak peduli dengan tatapan orang sekitar yang memerhatikan ulahku. Yang di peluk segera melepaskan pelukanku, mengusap air mataku, memegang kedua pipiku dan menyuruhku untuk mentapanya. Aku mengusap air mataku, menjernihkan penglihatan yang kabur. Perlahan, aku menatap matanya lekat-lekat. Sebelum aku menyadari sesuatu, dia segera berkata,
"Mbak... Saya bukan Siwon,"
Kolaborasi Aini w.k dengan Uni Dzalika .
Gambar sebuah tas anti air yang biasa digunakan untuk fin-alat untuk melakukan snorkeling. Aku melirik sederet tas-tas display yang ada di tokoku, emm... toko bosku lebih tepatnya.
"Annyeonghaseyo, Eoseo-oseyo. Mian ne, tidak ada disini untuk fin. Hanya dry-bag untuk keperluan saat ke pantai saja," jawabku sopan, juga dengan bahasa korea. Dia sedikit terkejut dengan jawabanku, mungkin heran dengan aku yang juga bisa mengerti dan mengucapkan bahasanya.
"Naneun hangugeoreul baeund-Saya belajar bahasa Korea," aku menjelaskan singkat padanya. Dia mengangguk-angguk pelan. Lalu kakinya melangkah masuk ke dalam toko, entah sekedar basa-basi mencari tas atau memang berkeinginan untuk membelinya. Aku memperhatikannya dengan sekasama dan... Hey dia seperti... Aku yakin sekali aku pernah melihatnya. Dia yang saat ini sedang berbaju kaos bewarna coklat muda itu seperti salah seorang penyanyi yang sangat kukenali, tapi aku lupa namanya. Wajahnya tidak asing dan senyumnya yang sempat tertangkap tadi membuatku memeras otak untuk mengingat. Mianhe, aku meminta maaf saat aku tertangkap basah saat memandangnya tadi. Dia tersenyum dan melanjutkan melihat lihat pajangan di toko.
"Sexy, Free & Single I’m ready too, Bingo..."
tiba tiba ponselku meraung-raung mendendangkan lagu kesayanganku. Aku berlari kebalik konter untuk mengambil teleponku. Dia menatapku dengan terkejut namun aku tak memperhatikannya. "Yoboeseyo," aku menjawab telepon dari sahabatku. Aku mendengarkan dan melupakan kegembiraanku
sampai aku berteriak.
"Jinjia! Sudah pasti mau konser tangal 1 Mei ini? . Iya tenang saja, nanti beli tiketnya bareng, oke. Tapi aku lembur kerja hari itu. Apa?! Oh okay. Nanti kau hubungi aku lagi ya," bip.
Telepon kumatikan. Hampir saja aku terlonjak kegirangan karena mendengar kabar bahwa tiket untuk menonton boyband favorite-ku sudah ada. Sampai lupa kalau aku sedang bekerja, dan... Eh lelaki berkaos coklat itu masih ada, malah memperhatikanku.
"Mau nonton konser ya? Konser apa, ss5? Aku juga mungkin ada disana. Siapa tahu kita bisa bertemu. Begini, bisa aku minta nomormu agar bisa kuhubungi diluar jam kerjamu. bagaimana?," tiba-tiba dia berujar, masih dalam bahasa korea. Aku berpikir keras, mengingat-ingat siapa orang yang ada di hadapanku ini. Seperti seorang artis tersohor di negri gingseng tapi aku benar-benar lupa.
"Siapa namamu?," ia kembali bertanya setelah mencatat nomorku.
"Riana,"
jawabku singkat. Gugup lebih tepatnya.
"Mannaso ban-gapsseumnida oppa!" ucapku pelan, nyaris tak terdengar. Sampai si kakak itu berlalu aku tak tahu namanya. Namun wajahku tersenyum-senyum saat mengingat bahwa dia akan mengajak menonton Suju. Suju idolaku. Bayangkan saja, harga tiket termurahnya seharga 550. 000 rupiah, harga yang lumayan mahal.
Senyum diwajahku langsung meredup seketika. Si oppa tadi hanya minta nomorku dan tak memberi
nomernya balik. Dan bodohnya aku tadi terlalu senang dan gugup hingga lupa meminta nomernya. Bahkan aku pun tak tahu namanya. Aahhhh dasar aku
bodoh. Aku memukul-mukul tangan ke kepalaku. Aku merasa bodoh karena seseorang. Pabo!
•••
Aku melihat layar jam tanganku dan menunjukkan pukul delapan pagi. Seharusnya Dina-teman yang minggu lalu meneleponku sudah bertemu denganku tapi sepertinya ia terjebak macet di jalan. Suasana hari ini sangat ramai oleh semua Elf-penggemar boyband Super Junior asal korea. Aku sengaja mengambil cuti hari ini untuk membeli tiket tersebut. Aula hotel semakin ramai oleh antrean penggemar yang siap membeli tiket berapapun harganya. Aku ikut mengantre, masuk dalam barisan meski Dina belum datang. Dan... Hey, ditengah keramaian para penggemar yang sedang mengantre, kulihat seseorang yang berdiri di depanku mengibas-ngibaskan rambutnya dengan kipas bergambar salah satu artis Korea yang sepertinya kutemui minggu kemarin.
"Kamu nggak tau ya siapa dia?" seorang yang kutepuk pundaknya melah balik bertanya. Aku menggelang dan mengulang pertanyaanku.
"Oke, kita memang ELF, tapi masa nggak tahu mereka sih?" aku memang elf sejati tak pernah mau melirik artis-artis lain. Tapi aku sering lihat juga kok, batinku. Aku masih diam menunggunya melanjutkan omongannya.
"Dia Minho Shinne, juga satu manajemen sama SM." Dia nyerocos dan menjelaskan nama-nama personel lainnya. Aku hanya menggangguk. Oh dia Minho, ngapain dia ke Indonesia ya? Aku mau bilang kalau aku bertemu sama Minho tapi aku tak yakin mereka akan percaya. Jadi aku simpan saja informasi itu. Anteran semakin menggila dan membuat kami kelelahan. Sudah berjam-jam loket belum terbuka juga. Dina pun sudah dari tadi sampai di depanku.
"Gimana kalau habis? Sudah antre dari pagi." Dina mulai panik dan aku? Aku lebih panik. Aku ingin bisa melihat oppadeul dari dekat. Siwon oppa, Eunhyuk oppa, Donghae oppa, Kyuhun... Ah aku ingin menyerukan nama mereka. Tapi yang ada dalam pikiranku saat ini bukan hanya tiket dan oppa yang ingin kutemui. Aku... Aku sedang memikirkan Minhoo oppa yang kemarin mendatangi tokoku. Bodoh sekali aku sampai lupa namanya. Bodoh sekali aku sampai tak tahu ia adalah artis yang paling digemari oleh kebanyakan wanita. Aku melirik Dina. Ia berkeringat, entah karena panik atau karena padatnya antrean. Sepuluh menit berlalu sudah, dan penjaga loket mengatakan bahwa tiket seharga Rp550.000 sudah habis.
"Mau tetep lanjut nggak?" Dina menoleh padaku. Aku menaikan kedua alisku, tanda setuju. Itu berarti kami harus membeli tiket yang lebih mahal dari perkiraan kami. Kami maju selangkah demi selangkah, mengikuti alur antrian. "Sexy, free, and single..." Teleponku berdering. Nomor tak dikenal muncul di dalam layar. "Yeoboseo, Hallo,"
"..."
Oppa? Aku berujar dan menutup mulutku saat mendengar suara disebrang sana. Entah aku harus meloncat kaget dan histeris atau aku harus tertunduk
lemas dan terjatuh pingsan. Aku sungguh tidak menyangka mendengar Minho oppa melapalkan namaku. aku mendengarkan saja saat Minho oppa
berbicara. Aku takut salah mengartikan ucapannya. Dan aku takut dianggap elf gila karena tidak mendapatkan tiket. Senyumku menghilang saat Minho oppa mengabarkan bahwa dia tak lagi di Indonesia. Telepon kututup. Senyumku benar-benar menghilang karena aku tak mendapat kesempatan kedua dengan Minhoo oppa untuk berbincang-bincang, menghilang bersamaan dengan habisnya tiket yang berikutnya. Yah, tidak terlalu sedih juga. Setidaknya aku senang karena ia meneleponku dan itu menjadi kenangan tersendiri buatku. Dina hampir menyerah.
"Kalau yang sejuta habis, kita pulang saja ya Ri. Aku tidak bawa uang lagi," Dina berkata lemah. Aku hanya mengangkat kedua bahuku, lalu izin kepada Dina untuk ke kamar mandi.
Aku menyusuri sepanjang lorong hotel dan mencari-cari toilet. BRUK!
Tubuhku menabrak seorang pria yang baru keluar dari toilet yang letaknya bersebelahan dengan toilet wanita. Ia sedang tergesa-gesa tapi masih sempat membantuku berdiri.
"Maaf, aku buru-buru, Maaf, A... A...aku.. Aku..." Aku tergagap. Yang menabrakku itu... Seseorang dengan senyuman paling khas yang tak pernah kulupa. Senyuman yang selalu menjadi teman sebelum aku tertidur, dan matanya yang selalu kutatap dalam setiap video dan film yang ia bintangi. Dan wajahnya benar-benar tampan seperti seorang malaikat. Siwon.
"Aaaaaaah Siwon Oppa! Saranghaeyo!"
Tanpa malu-malu aku memeluknya. Bahagia sekali bisa khusus bertemu dengannya secara tidak segaja seperti ini. Air mataku meleleh, menangis sejadi-jadinya. Tak peduli dengan tatapan orang sekitar yang memerhatikan ulahku. Yang di peluk segera melepaskan pelukanku, mengusap air mataku, memegang kedua pipiku dan menyuruhku untuk mentapanya. Aku mengusap air mataku, menjernihkan penglihatan yang kabur. Perlahan, aku menatap matanya lekat-lekat. Sebelum aku menyadari sesuatu, dia segera berkata,
"Mbak... Saya bukan Siwon,"
Kolaborasi Aini w.k dengan Uni Dzalika .
Tidak ada komentar:
Ada pertanyaan atau kamu ada masukan?
Ditunggu komentarnya!:)