Senyap.
Ada rintik hujan yang jatuh ke setiap atap pemukiman. Tetes-tetesnya jatuh seirama dengan jarum jam yang terus bergerak. Seirama pula dengan detak jantungku yang hampir terbunuh oleh kesunyian.
Ini malam minggu. Malam yang tanpa Undang-Undang Dasar Negara menjadi simbol untuk menghabiskan waktu bersama pasangan. Tapi buatku, menghabiskan waktu bersamamu tidak harus di malam minggu. Kita dapat melakukannya di setiap waktu. Bahkan aku sanggup melakukannya sepanjang waktu jika kamu bersedia.
Sayangnya kamu seolah tak bersedia. Bukan. Sebenarnya bukan karena tak ada kesempatan kita jadi tak bisa bertemu.
Bukan karena kita sibuk sehingga tak ada waktu untuk bertemu.
Bukan karena jarak kita yang jauh sampai sulit untuk bertemu.
Kamu dan Aku, Kita berdua tahu itu.
Kita selalu punya kesempatan tapi tak pernah memanfaatkannya. Kita selalu punya waktu 24 jam tapi terlalu tenggelam dalam kesibukan. Kita berdekatan, tapi hati kita semakin menjauh. Coba tanyakan padanya.
Tanyakan pada dia yang selalu ingin merusak hubungan kita. Tanyakan pada dia yang selalu tertawa melihat kita diam tak bersua. Tanyakan pada dia yang senang mengetahui kita tak menyempatkan diri untuk bertemu. Tanyakan padanya. Dia, bahkan sudah berhasil merebut hatimu dariku. Dia sudah merampas separuh mimpi indah yang pernah kita buat bersama.
Tanyakan padanya, mengapa ia tega membuat hubungan kita seperti ini.
Aku masih di sini, di tempat biasa saat kita selalu bercengkrama dulu. Masih di sini, di udara yang sedikit lembab karena cuaca dingin malam ini. Masih di sini, menanti kamu yang akan mengatakan punya waktu untukku walau lima menit saja. Masih di sini, meyakinkan hatiku kalau kamu akan memberikan satu kesempatan bertemu denganku, meski seterusnya akan bersama dia.
Aku masih di sini, menunggu saat kamu akhirnya lebih memilih aku daripada dia.
Dia, ego-mu. Keegoisanmu.
if they are boy yaaa :(
BalasHapus:')
BalasHapus